Tampilkan postingan dengan label at AyahBunda. Tampilkan semua postingan
Dedicated for Working Mom
Minggu, 14 Agustus 2011
Tulisan yang mejeng di AYAHBUNDA edisi 14 juli 2011
Mama VS Pekerja Rumah Tangga (versi sebelum di edit)
Tidak usah khawatir jika ternyata si kecil lebih menyayangi pekerja rumah tangga daripada Anda. Gunakan strategi berikut ini untuk memperkuat hubungan Anda dan si kecil. Kata DR. Richard C. Woolfson
Memiliki pekerja rumah tangga adalah baik terlebih jika dia dapat dipercaya, diandalkan dan perhatian. JIka sejauh yang Anda perhatikan pekerja rumah tangga Anda memperlakukan si kecil dengan layak, maka Anda dapat meninggalkan si kecil dalam pengawasannya sementara Anda kembali bekerja. Ini membuat pikiran Anda tenang. Dan Anda bisa berkonsentrasi pada pengaturan perawatan si kecil.
Sampai suatu hari Anda menyadari; ‘Si kecil lebih dekat dengan pekerja rumah tangga dibanding Anda.’
Jangan khawatir, keadaannya tidak sesederhana itu. Selama Anda mengajarkan nilai yang baik dan benar pada si kecil, Anda memiliki kelekatan emosional dengannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan perihal kelekatan psikologi s si kecil .
ARTI KELEKATAN
Kelekatan membuat si kecil merasa aman. Artinya si kecil menjadi tidak mudah stres, frustasi dan marah dan mendorong si kecil menemukan potensi intelektual dan pendidikannya.
Setiap anak memiliki kemampuan untuk membentuk kelekatan emosional dengan lebih dari satu orang dewasa. Adalah normal ketika si kecil menyayangi kakek dan neneknya, saudara kandung dan tentu saja pekerja rumah tangga (atau orang lain) yang menjaganya selama Mama dan Papa bekerja.
Jangan merasa cemburu. Ambil alih pengawasan dan perawatan terhadap si kecil seperti saat si kecil bermain dan mandi. Itu akan membantu kelekatan anda dan si kecil.
Walupun begitu, jika Anda masih merasa khawatir si kecil makin dekat dengan pekerja rumah tangga, coba ikuti saran berikut ini:
*COBA UNTUK TIDAK KHAWATIR
Ingat-ingat kembali, si kecil bisa menyayangi Anda dan pekerja rumah tangga dalam waktu bersamaan artinya Anda bukan saingan. Lihat kelekatan emosi si kecil dan pekerja rumah tangga sebagai sesuatu yang positif – jangan sampai hal ini menjadi hambatan untuk perkembangan si kecil.
*NIKMATI PERAN SEBAGAI ORANG TUA
Bersantai dan bergembiralah ketika Anda bersama si kecil. Sesungguhnya, peran orang tua dalah suatu hal yang serius tapi itu sangat dapat dinikmati. Habiskan sedikit waktu untuk bekerja dan lebih banyak waktu untuk menyelami dunia si kecil yang mengagumkan.
*CARI SOLUSI
JIka Anda merasa bersalah dengan keadaan ini, ambil alih perawatan dan pengawasan si kecil yang biasa dilakukan pekerja rumah tangga. Bermain dengan si kecil, makan bersama, mengobrol, berbagi ide dan menjadi pendengar yang baik akan membuat Anda dekat dengan si kecil.
*MAKSIMALKAN WAKTU BERSAMA SI KECIL
Luangkan beberapa menit setiap hari hanya untuk Anda berdua dengan si kecil, tak peduli seberapa lelah dan banyaknya pekerjaan yang harus Anda lakukan. Ini membantu menggantikan waktu selama Anda tidak berada di sisinya.
*BAGIKAN PIKIRAN ANDA
Katakan pada pekerja rumah tangga keinginan Anda untuk dekat dengan si kecil. Minta pekerja rumah tangga untuk berbicara hal-hal yang positif mengenai Anda pada si kecil ketika Anda tidak berada di sampingnya, dan ini membuat si kecil bersemangat setiap menanti Anda pulang bekerja.
*JAGA KOMUNIKASI
Telpon si kecil ketika Anda tidak bisa berada di sampingnya pada hari saat seharusnya Anda ada. Anda juga dapat meninggalkan catatan atau membuat kejutan kecil untuknya.
Simak
Baca secara fonetik
Pengalaman Pertama
Minggu, 24 Juli 2011
Saya langsung mengiakan ketika mbak Redaktur meminta saya menulis sebuah artikel mengenai mata dan harus mengkonsultasikan tulisan saya itu dengan orang ahlinya (dokter spesialis mata) padahal tenggat waktu yang diberikan hanya 4 hari terhitung sejak sms di terima. Bingung plus was-was. Bisa kekejar gak ya? Terlebih saya tidak punya kenalan pribadi dengan seorang dokter mata tapi itu bisa di cari di rsia yang tidak jauh dari rumah. Rsia yang setiap bulan saya kunjungan terhitung sejak saya dinyatakan positif hamil enam bulan lalu. Tantangan lain, ini mungkin jadi pengalaman pertama saya sebagai kontributor lepas mewawancarai orang. Dengan latar pendidikan eksakta yang saya miliki saya benar-benar tidak tahu teori atau tehnik mewawancara termasuk mencari narasumber.
Sempat terpikir untuk cuti kerja, hanya untuk cari bahan tulisan dan menuliskannya lalu mencari dokter yang bersedia jadi narasumber. Kalau saya keukeuh dengan tawaran ini masalah tentu bukan soal honor tapi saya menyukai dunia menulis. Untungnya suami mengingatkan besok kan hari sabtu dan pas dengan jadwalnyasaya ke dokter obgyn. Setelah saya cek di daftar praktek dokter ternyata ada dokter mata yang praktik hari itu. Ehm tapi bagaimana caranya bisa ketemu dokter itu? Waktu Tanya ke resepsionis untuk minta no hpnya tidak di beri katanya, harus seijin dokternya. Alas an yang masuk akal. Aha…sampai usia 3 tahun ini si kecil Azka kan belum pernah screening mata. Akhirnya saya daftarkan Azka untuk periksa mata sekaligus memaksimalkan fasilitas asuransi kesehatan kantor hehehe.
Malam sabtu itu saya langsung browsing cari bahan tulisan dan membuat tulisan agar tulisan harus selesai sabtu dan langsung diberikan pada dokter yang mau jadi konsultan. Dan sepertinya harus dapat hari sabtu ini karena tulisan dl hari selasa jadi minimal senin malam saya ketemu dokter lagi untuk mendiskusikan tulisan saya. Alhamdulillah, dokter yang memeriksa si kecil mau saat saya minta untuk jadi narasumber dan konsultan tulisan saya.
Saya mengucap syukur untuk kesekian kalianya pertemuan kedua dengan dokter berjalan tanpa hambatan. Hanya agak kaget mendengar komentarnya tentang tulisan yang saya berikan padanya di sms menjelang kami akan bertemu senin malam itu. Katanya tulisan saya banyak kesalahan dan saya harus membawa rekaman karena dia tidak sempat jika mengkoreksi tulisan saya dengan tulisan.
“Itu sebabnya saya butuh konsultasi dengan dokter agar tidak ada kesalahan,” kata saya dengan perasaan malu yang belum hilang .
“Itu sebabnya saya butuh konsultasi dengan dokter agar tidak ada kesalahan,” kata saya dengan perasaan malu yang belum hilang .
Wah wah padahal semua bahan tulisan saya dapat diinternet dengan alamat sumber terpercaya di google. "Ini terlalu luas mba, coba bikin tulisan yang mengerucut sehingga pas dengan tema. nah in gak perlu ditulis karena kurang penting untuk pembaca jika temanya ini. Ini sudah terlalu umum diketahui, yang penting dan kurang diketahui orang umum bla...bla....
Intinya, hindarkan keinginan memindahkan semua yang kita tahu, jadilah penulis kritis.
Intinya, hindarkan keinginan memindahkan semua yang kita tahu, jadilah penulis kritis.
Dengan hp smartphone saya merekam percakapan kami yang berlangsung sekitar 45 menit. Waktu yang benar-benar tidak terasa karena topiknya menarik dan saya mendapat banyak ilmu baru. Dokternya pun sangat komunikatif dan ramah. Selain berpraktik di rsia hermina bogor dan depok dr. Erry, SpM., ini juga seorang peneliti di Dinkes Jakarta yang terbiasa menulis (ilmiah) tidak heran dia jika dia bukan hanya mengoreksi isi tulisan saya tapi pilihan katanya. Enaknya berbincang dengan dokter yang juga seorang penulis ilmiah.
Langganan:
Postingan (Atom)