Kabar menggembirakan adalah saat si
sulung mau mengenakan hijab saat bepergian selain sekolah dan mengaji karena kemauan
sendiri.
Saya memang bukan Mama yang
membiasakan anak perempuannya memakai hijab kecuali untuk sekolah (dari play
group hingga kini (sd kelas 4) Kakak
sekolah di sekolah Islam). Pernah jika pergi seperti ngemall atau jalan – jalan, Kaka saya minta memakai kerudung tapi biasanya tidak tahan lama, dilepas dengan alasan
gerah.
Tapi walaupun belum membiasakan Kaka
berhijab saya tidak pernah mengenakan Kaka pakaian seksi ,baik di rumah apalagi
ke luar rumah.
Tidak hanya Mama atau Papanya yang menerima THR dari kantor, anak-anak juga. Lembaran uang baru diterimanya dengan suka cita dari Kakek, Nenek, Om dan Tante. Uang-uang itu di masukkan ke dalam dompet dan setiap saat dihitung. Itu juga kan yang kita alami saat kecil? Kalau saya iya walaupun tidak banyak karena hanya Om dan Tante saja yang ngasih. Uang itu biasanya saya gunakan untuk keperluan sekolah, terutama beli buku.
Kalau dihitung - hitung sudah 3x
si sulung ke Kidzania dan belum bosan. Kunjungan terakhir beberapa bulan lalu,
field trip dari sekolah dengan tema profesi. sebelumnya saat TK B dan saat umur
3 tahun.
bukan hanya AZE yang belum bosan,
mamanya juga hehehe.
“Asik tahu De, ke Kidznia,” kata
AZE pada adiknya sepulang dari Kidzania.
Iya Adik belum pernah ke Kidzania
tadinya berharap ada field trip ke Kidzania
dari sekolah (TK) tapi ternyata belum ada. Papanya sih udah janji mau ngajak Adik
ke Kidzania sebagai hadiah ulang tahunnya bulan November mendatang.
Paling seru jadi pemadam kebakaran, beneran nyemprotin air lho
Penah dibuat pusing dengan rumah
yang setiap saat berantakan karena ulah anak-anak? Walaupun rapi hanya bertahan beberapa menit
atau beberapa jam (saat mereka sekolah atau tidur) selebihnya, mainan berserakan,
bahkan bukan hanya mainan, peralatan dapur juga dijadikan objek mainan
anak-anak dan tergeletak di lantai.
Saat rumah jadi base camp main anak-anak
Jujur saja, saya pusing jika anak-anak
sudah mengajak teman-temannya yang tak lain tetangga main di rumah dan ini
hampir terjadi setiap hari. Kalau pun anak-anak tidak mengajak temannya main ke
rumah, teman-temannya ini yang berinisiatif main ke rumah.
Momen menyenangkan dari seorang Mama itu adalah saat menyusui si
kecil. Pasti semua Mama memiliki kesan mendalam. Saat mata kita beradu dengan
mata si kecil, rasanya nyess….bahagia banget. Tidak heran jika banyak Ibu
stress dan feeling quilty saat ASI nya keluar sedikit (walaupun tahu teorinya
kalau ASI yang keluar disesuaikan dengan kebutahan anak – tetap saja ya
kayaknya yang ASI nya melimpah yang bagus – mungkin karena anak pertama, masih
takut ini itu). Saya mengalami masa-masa itu, masa merasa jadi mama tidak
berguna. Untunglah bisa melaluinya tanpa stress berkepanjangan, semua berkat
dukungan keluarga terutama Suami dan Ibu saya.
Salah satu hal yang bisa mengurangi rasa stress karena ASI tidak
keluar banyak (padahal cukup untuk si kecil) atau kelelahan karena begadang
harus menyusui terus, adalah dengan membuat posisi nyaman saat menyusui dan
rileks.
Setelah kurang
lebih dua bulan berhenti membacakan buku pada anak-anak, akhirnya kembali bisa rutin bacain buku. Kenapa berhenti? Karena anak-anak tidak mau saya bacakan buku sama sekali.
Kakak hanya baca buku pelajaran sekolah.
Walaupun Kaka sudah bisa membaca saya
tidak pernah memaksanya untuk baca buku, hanya mendorong dan sering menolak,
malah balik minta dibacain buku. Dia memang bukan tipe anak yang bisa duduk
manis lama-lama baca buku, kalau diam pasti harus ada yang dilakukan dengan tangannya,
misal menggambar atau membuat kreasi. Dia tipe pembelajar audio visual.
Beberapa waktu lalu mengajak anak-anak 'belajar' ke Pasar Bunga Rawa Belong. Sebenarnya setiap
mengajak anak ke tempat baru pasti mereka secara otomatis belajar hal baru,
bedanya kali ini saya dan Pak suami menseriusinya dan memberi tahu maksud kami
mengajak mereka ke suatu tempat. Yap ide ini terinspirasi dari para
homeschooler hehehe. Tempat jalan-jalan di sesuaikan dengan waktu, budget dan
kepentingan, biar sering – minimal
sebulan sekali, kami memilih tempat-tempat sekitaran Jabodetabek dulu.
Oh ya pasar bunga Rawa Belong untuk dikenal sebagai salah satu tujuan wisata kota Jakarta lho. Para pedagang di sini sudah tidak heran dengan kedatangan wisatawan asing yang kemudian menfoto bunga - bunga. Wisatawan umumnya datang pada malam hari, saat pasar hiruk - pikuk dan jutaan tangkai bunga datang.
Alhamdulillah akhirnya bisa
update blog lagi setelah berhibernasi – (sok) sibuk dengan pekerjaan rumah, sibuk
mencoba resep baru (teracuni seleb food blogger di IG hahah) dan nanam tanaman
di pekarangan rumah yang cuma seuprit, jadi tukang ojek dan guru privat kedua si kecil saya.
Beberapa hari lalu di grup WA
teman kuliah ngomongin soal pelajaran anak SD sekarang yang ajaib. Ya, ajaib
dibandingkan jaman kita (generasi 80-90 an mana suaranya? Heuheu). Tidak ada
pelajaran membaca, buku-buku paket langsung berisi paparan kalimat panjang yang
perlu pemahaman (padahal anak baru bisa membaca).
Beberapa anak mungkin enjoy dan mudah beradaptasi dengan keadaan ini, seperti saya dulu menikmati
banget masa-masa sekolah. Senang-senang saja disuruh menghapal perkalian dari 1
sampai 10. Hayuk aja disuruh Bu Guru
ngapalin isi buku HPU – Himpunan Pengetahuan Umum (masih ingat buku ini
temans?). Mau aja ngapalin tanggal-tanggal bersejarah kemerdekaan. Tapi tidak
semua anak samaaa….
Sukar menghilangkan kebiasaan
mengomentari karya si kecil, dengan
persepsi bagus menurut saya sebagai orang dewasa. Misal, “Masa kudanya warna
pink?”
“Kan kudanya perempuan.”
Ya tetap aja kali mau betina atau jantan kuda tidak ada yang berwarna pink, pikir saya keukeuh.
Atau,”Coba gambarnya seperti
begini, kan cantik.”
“Tapi kan aku ga bisa. Mama aja
gak bisa gambar.”
Maksudnya sih minta dia belajar
menggambar seperti contoh yang saya sodorkan. Kemudian saya sadar, cara saya
salah…
Terlalu banyak berkomentar negatif
dengan cara yang salah pula, katanya bisa membuat anak frustasi bahkan kapok
untuk bereksplorasi dengan imajinasinya, saya lupa di mana saya pernah membaca
artikel yang menyebutkan hal itu. Kalau dipikir-pikir ada benarnya. Gimana gak frustasi udah senang-senang
menuangkan khayalan dalam bentuk gambar dengan kuda perempuan (warna pink)
terus Mamanya bilang, salah. Salah hanya karena imajinasi yang berbeda.
Hari sabtu minggu lalu saya mengikuti talkshow mengenai kesehatan kulit bayi. Healty
Skin Happy baby; Cara Tepat Merawat Kulit Sensitif pada si Kecil, yang diadakan oleh majalah Mother and Baby dan Lactacyd Baby, sabun khusus untuk si kecil yang berkulit sensitif.
Talkshow ini bertempat di Igor’s
Pastry Cafe dengan narasumber dr. Liem Hui Ling, Annisa Pramita selaku
Brand Manager Lactacyd Baby, Mom Blogger Tara Amelz dan Adianti Reksoprodjo
Founder and Trainer FitMumandBub dengan MC Sisca Becker. Di hadiri pula oleh MarComm dari majalah Mother and Baby Indonesia Palupi R.N.
Acara dimulai pukul sepuluh tapi banyak peserta datang lebih pagi termasuk saya. Jeda waktu ini di gunakan peserta untuk menikmati coffe break, foto-foto, terlebih ada beberapa foto corner yang menarik untuk di abadikan. Saya termasuk yang tidak mau ketinggalan untuk berfoto bersama di kecil.
Acara di buka oleh MC Sisca Becker dilanjutkan oleh MarComm Mother and Baby dan Brand Manager Lactacyd Baby. Dalam kata sambutannya keduanya sama-sama berharap acara ini berguna bagi para Mama.
Dr. Liem menjadi pembicara
pertama pada talkshow ini, menjelaskan perihal kulit bayi dan cara merawatnya
yang tepat melalui video berupa slide.
Kepikiran mengajak anak-anak ke
perpustakaan umum setelah lihat postingan mengenai perpustakaan anak Jakarta di
sebuah situs parenting. Wah pasti anak-anak betah di sana, sayang jarang dari
rumah ke sana cukup jauh dan Abinya anak-anak keberatan mengantar ke sana, karena
merasa rugi jika harus berjibaku dengan
kemacetan Jakarta. Nggak sepadan katanya, bolak balik perjalanan bisa sampai 5 jam, mending beli buku di tokbuk gramedia yang ada di seputaran BSD,
katanya. Ehm, iya juga sih.
Kalau tanpa di antar pak suami
bawa anak ke Jakarta saya tidak berani, bisa di bilang saya ‘buta’ kota Jakarta
tapi kalau pergi seorang diri ke suatu tempat di Jakarta, berani.
Berakhir pekan bersama anak-anak kemana? Mengajak mereka mencoba
sesuatu yang baru, kenapa tidak?
Seperti banyak anak-anak lain,
Kaka belum sepenuhnya move on dari film
Frozen, walaupun kini mengidolakan Honey Lemon, tokoh di film Big Hero 6. Masih
terobsesi jika sudah punya kamar sendiri
(sekarang masih berdua adiknya dan tidur masih dikeloni Mama) pengen berFrozen.
Ada stiker frozen di dinding kamar, lemari gambar frozen dsb.
siap-siap meluncur
Nah gara-gara menonton Frozen
juga Kaka berkhayal mengalami musim salju dan mencoba ice skating, meluncur di
atas es. Bukan kebetulan di Tangsel sini ada BXChange Mall Bintaro satu dari dua mall di
jabodetabek yang memiliki arena ice skating.
Kemungkinan keinginan Kaka untuk
mencoba ice skating tidak akan kami kabulkan jika di Tangsel tidak ada mall dengan
area ice skating. Jika harus sengaja ke
mall Taman Anggrek, Abinya pasti
keberatan mengantar karena macetnya Jakarta tidak nahaaaan.
Dulu waktu masih anak-anak sampai
remaja, apakah kamu termasuk yang pernah menunggu pak pos datang? Kalau saya
sih iya, menunggu surat-surat dari sahabat pena yang alamatnya saya dapat dari
majalah Bobo dan Kawanku. Dan waktu itu jamannya pak pos masih naik sepeda.
*Elly Risman, psikolog, pendiri
Yayasan Kita dan Buah Hati
Tulisan ini saya dapat dari grup
WA, cukup panjang tapi menurut saya penting banget, alasan itu pula yang
membuat saya menyalin dan mempublishnya di blog sekaligus sebagai pengingat
untuk menghadapi anak laki-laki saya yang masih berusia 4 tahun.
Dear Parents,
Tahukah anda, bahwa anak
laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis pornografi
internasional?
Mengapa demikian?
Karena anak laki-laki cenderung
menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada di luar. Di berbagai media
(komik, games, PS, internet, VCD, HP), mereka menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui
tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak. Dengan berbagai
rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang
diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone di dalam tubuh bergerak
20 kali lebih cepat. Sehingga, testis mulai memproduksi sperma. Dan kantung sperma
menjadi penuh. Karena itu, anak laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan
mani lebih cepat dari yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya
rangsangan dari berbagai media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi!
Tempat yang mencolok jika lewat Jalan
Pajajaran Pamulang Tangerang Selatan adalah area berkuda yang
terletak di sisi kanan dan kiri jalan (berhadapan), dengan salah satu papan
nama tertera di sana Pamulang STABLES
& EQUESTRIAN. Dulu nampak tak terurus, semak belukar di sana-sini dan
baru –baru ini (beberapa bulan kebelakang) nampak perbaikan, pagar yang di cat,
beberapa area nampak sedang di renovasi, semak dan belukar yang sudah
terpangkas habis dan saya pun baru tahu jika tempat ini terbuka untuk umum setelah membaca postingan
di blognya mba Ophi Ziadah.
Jadilah liburan sekolah akhir
tahun lalu saya dan pak suami mengajak anak-anak dan sepupunya (yang sedang liburan
di sini) ke tempat ini.
Benar gak sih jadi mama itu harus
cerewet, tegaan, galak ...dan seterusnya
1.Cerewet
Saya pernah menghadiri seminar
parenting, narasumbernya seorang
psikolog dan dia bilang, jadi mama itu memang harus cerewet, tidak apa-apa di
bilang cerewet.
Mengajak anak-anak ke Museum membuat mereka bosan? Coba ajak kemari deh, salah satu museum yang selalu
minta di kunjungi anak-anak saya saat
berlibur ke rumah neneknya di Bandung, Museum Geologi, untunglah
tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah.
Anak-anak kita tumbuh
dalam dunia digital sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam kandungan saat Ibu
memperdengarkan suara musik atau e-book
rider dari tablet atau telepon pintar pada janin.
Gadget seperti telepon pintar dan tablet sudah menjadi
bagian tak terpisahkan dalam sebuah keluarga terutama keluarga urban. Berdasarkan
survey yang di lakukan The Asian Parent pada tahun 2014 terhadap 2500 orang tua di negara-negara Asia yaitu
Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina, menyebutkan bahwa 98% anak
terbiasa menggunakan gadget, artinya 9 dari 10 anak, terbiasa berinteraksi
dengan gadget.
sumber. id.theasianparent.com
Banyak orang tua,
termasuk saya, menjadikan gadget sebagai alat belajar dan menstimulasi si
kecil. Dampak positifnya terasa, sebagai contoh anak kedua (4 thn) saya hapal
cukup banyak kosakata bahasa inggris – bahkan dengan pengucapan yang lebih
fasih – tanpa saya mengajarinya langsung tapi sering mendengar
lagu dan film kartun edukatif yang saya unduh dari youtube. Belum termasuk beragam aplikasi
untuk menstimulasinya seperti mengenal bentuk, warna, angka, huruf dan game
yang juga edukatif.
gadget sebagai media belajar dan stimulasi
Untuk si sulung
(7 thn) yang suka sekali menggambar, saya mendampinginya melihat tutorial menggambar dari youtube.
Selain dampak
positif secara kognitif seperti yang saya sebut di atas, gadget juga berdampak
positif secara afektif yaitu anak mengenal dan memahami teknologi secara dini, menumbuhkan
kepercayaan diri anak karena anak merasa banyak tahu dan mudah menemukan
sesuatu.
Sebagai orang tua,
sisi positif menggunakan gadget sebagai media belajar dan
stimulasi anak adalah lebih praktis, banyak pilihan, efisien dan hemat. Simpel
karena saya tidak harus setiap saat membuat peraga sendiri (DIY) untuk
menstimulasi anak. Banyak pilihan untuk
setiap jenis stimulasi, lebih hemat di banding membeli banyak mainan/peraga
untuk menstimulasi dan efisien karena belajar dapat dilakukan kapan dan di
manapun.
Kekhawatiran orang tua, berlebihan kah?
Pada saat
bersamaan, ada kekhawatir jika nanti
anak-anak memiliki smartphone sendiri (sekarang mereka masih menggunakan smartphone milik saya dan penggunaannya benar-benar di bawah kendali saya), lebih asik
dengan smartphone nya di banding bermain atau bersosialisasi dengan lingkungannya
yang mengakibatkan sifat empati dan simpati anak tidak tumbuh dengan baik.
Saya juga
khawatir mereka mengakses konten yang tidak sepantasnya mereka lihat saat
pengawasan saya lengah. Khawatir mereka tumbuh menjadi generasi instan, yang
tidak tahu cara ‘kerja keras dan cerdas’ untuk mencapai sesuatu.
Apa
kekhawatiran saya berlebihan? Beberapa waktu saya mengikuti seminar mengenai
Digital Parenting yang salah satu narasumberya Konsultan Psikologi Personal
Growth Jakarta, data dari konsultan ini menyebutkan ada beberapa kliennya yang
memang mengalami dampak negatif gadget serius, dari kecanduan games dengan
taraf yang sulit disembuhkan sehingga anak yang kehilangan daya pikirnya.
Bagaimana agar
hal itu tidak terjadi pada anak-anak kita? Salah satunya dengan memilih perangkat ponsel pintar yang
aman, ponsel pintar yang memang di desain untuk anak-anak. Memang ada? Ada yaitu smartphone Acer Liquid Z320.
Smartphone Acer Liquid Z320, aman untuk
anak
Acer LiquidZ320 smartphone yang dilengkapi aplikasi
khusus untuk anak dan super aman. Aman dalam arti tak perlu khawatir si kecil
mengakses konten yang tidak pantas andai pun kita lengah saat mendampinginya.
Secara singkat Kids Center bisa di lihat dari video berikut ini;
Yap, Acer
Liquid Z320 yang di lengkapi Kids Center yaitu aplikasi yang berisi beragam games,
fitur, konten dan web yang aman, edukatif dan menarik untuk anak. Aplikasi ini merupakan aplikasi
pre-install dalam Acer Liquid Z320. Kids Center sudah terinstal secara otomatis
dengan tampilan full colour dan eye-catching.
Kelebihan lain Kids Center dari
Acer Liquid Z320 diantaranya :
Parental Control yang ekstra aman
Saat fitur Kids
Center diaktifkan anak, ia hanya akan menikmati aplikasi dan situs tertentu,
sehingga konten yang tidak cocok untuk anak tidak akan terakses. Kids Center
juga memberikan usulan aplikasi, video dan game yang sesuai dan aman untuk
anak.
Tersedia pula
channel video dan karena Kids Center terupdate secara otomatis maka jumlah channel
video (yang tentunya positif dan sesuai untuk anak) bertambah sehingga anak
tidak bosan.
Tampilan untuk
memutar video di Kids Center berbeda dengan tampilan youtube, agar pengguna
yaitu anak tidak ‘tersesat’ atau mengakses dengan tidak sengaja video yang
tidak sesuai.
Di lengkapi
dengan parental control untuk memantau aktivitas internet anak dan
mengatur keamanan yang mencegah anak dari mengunduh konten dewasa atau membeli
aplikasi baru tanpa seijin spAcer. Tapi jika orangtua merasa pilihan keamanan
yang otomatis ada dalam Kids Center kurang, bisa mengaktifkan Extra Safe Zone yang mengunci ponsel di
Kids Center meskipun telah dinyalakan.
Beragam pilihan aktivitas menarik untuk
anak
Selain beragam
fitur, konten dan situs khusus anak, Kids Center dari Acer Liquid Z320
dilengkapi aktivitas menarik seperti untuk kamera tersedia bingkai foto lucu
dan sesuai untuk anak. Galeri hasil foto dari kamera Kids Center dibuat
terpisah dari galeri utama.
Kids Center
juga menyediakan coloring pages yang
berisi banyak gambar lucu sehingga anak betah berlama-lama mewarnai.
Mudah digunakan
Kids Center
diaktifkan dengan cara pengguna membuat akun untuk melakukan berbagai
pengaturan, termasuk konten yang dapat diakses anak.
Kids Center
mudah digunakan anak-anak di bawah usia 12 tahun walaupun memiliki banyak
fitur. Begitupun pengaturan yang harus di lakukan oleh orangtua, mudah di
pahami.
4 langkah mudah mengaktifkan Kids Center
Jadi dengan
Acer Liquid Z320, kita tak perlu khawatir jika lengah mengawasi anak saat
tengah asik dengan ponsel pintarnya jika kita sudah melakukan pengaturannya.
Harga terjangkau
Harga Acer Liquid Z320 seharga Rp.999.000,-.
Keterlibatan orang tua secara aktif dan
penuh
Selain pemilihan smartphone yang tepat untuk anak yaitu Acer Liquid Z320, penggunaan ponsel pintar akan lebih
efektif untuk mendukung kecerdasan dan tumbuh kembangnya jika orang tua
terlibat secara aktif dan penuh. Keterlibatan orang tua juga akan membuat anak cerdas berinternet dan media sosial (kelak) serta menghindarkan anak dari perilaku negatif di dunia maya. Berikut berdasarkan survey, perilaku kurang baik anak di dunia maya;
Foto adalah dokumentasi pribadi saat mengikuti seminar digital parenting
Keterlibatan orang tua dapat dilakukan diantaranya dengan;
Menyepakati waktu dan lamanya berinteraksi
dengan gadget
Membuat
kesepakatan dengan anak mengenai waktu dan lamanya berinteraksi dengan gadget
selain agar anak tidak kecanduan, anak menjadi tahu bahwa yang harus di
lakukannya bukan hanya bermain dengan ponsel pintarnya dan mengerti pentingnya
waktu.
Pemakaian gadget
sebaiknya tidak lebih dari 2 jam sehari atau dilakukan saat akhir pekan saja.
Pendampingan
Pendampingan
yang dilakukan orang tua selain untuk memastikan anak tidak mengakses konten
yang tidak baik, juga membantu anak memahami konten yang di aksesnya sekaligus
menanamkan nilai-nilai baik.
Pendampingan
yang dilakukan juga dapat mempererat bonding orang tua dan anak, sehingga peran
orang tua sebagai tempat bertanya dan berkeluh kesah tidak tergantikan gadget
dan internet.
Konten disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan anak
Akan efektif
jika konten yang di akses anak disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak
sehingga menyenangkan. Konten sebaiknya
tidak sekedar ‘bermain’ tapi merangsang anak berpikir, membawa pesan positif
dan kreatif.
Berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Selain menetapkan
waktu untuk anak bermain dan belajar dengan gadget, tetapkan juga waktu
anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, baik teman sebaya maupun alam.
memberi ruang agar anak berinteraksi dengan alam sekitar
Interaksi anak dengan lingkungan dan alam akan menumbuhkan sikap simpati dan empati, hal yang tidak bisa di pelajari secara teoritis.
refensi tulisan dan gambar
www.acerid.com
www.id.theasianparent.com
www.ayahbunda-online.com
seminar digital parenting
Tulisan ini diikutsertakan dalam Acer Liquid Z320 Blog Competion
Beberapa waktu lalu (lebih dari
setahun) saya mengikuti gathering yang di adakan sebuah penerbit di mana buku
saya di terbitkan, dalam acara tersebut
direktur utama penerbit berbicara mengenai perkembangan dunia penerbitan di
tanah air. Penjelasan yang membuat saya mengerti kenapa saat ini tugas penulis bukan hanya menulis tapi membantu
mempromosikan buku/tulisannya.
Seperti biasa, usai liburan di
Bandung, sampai beberapa hari Kaka sedikit mengeluh; masih pengen di Bandung,
kangen Uti, kapan ke Bandung lagi dan sederet kalimat yang intinya pengen terus
di Bandung lalu tiba-tiba matanya merah dan terisak,”Aku kangen Uti.”