Si sulung saya berusia 12 tahun dan lagi suka
makan, iya sebentar-sebentar nanyain ada cemilan apa, jam 12 makan siang jam 3 sudah
mengeluh lapar lagi. Ada yang sama? Ehm kalau istilah orang sunda keur mesat,
lagi tumbuh. Pertumbuhan fisik dan mentalnya memang terlihat jauh berbeda dengan
1 atau 2 tahun yang lalu. Suka amazing sendiri kalau membandingkan si sulung
saat ini dengan dengan foto tahun lalu, dimana tingginya hanya 122 cm sekarang
sudah hampir 150 cm, raut wajahnya yang setahun lalu masih lugu sekarang sudah
terlihat berkarakter. Udah punya sikap dan kemauan sendiri.
Yap si sulung sudah jadi anak remaja. Teman
–teman yang memilik anak remaja mungkin memiliki permasalahan yang hampir mirip
ya, lagi suka makan, mulai keukeuh dengan pilihan dan sikapnya.
Bicara soal si remaja yang lagi suka makan, jujur
saya suka khawatir si sulung obesitas terlebih saat pandemi ini kegiatan fisik
berkurang, aktvitas di sekolah termasuk ekskul yang cukup menguras tenaga tidak
ada. Lebih banyak duduk di depan laptop untuk mendengarkan pelajaran. Untuk
menyiasatinya saya melakukan hal berikut;
Makan dengan gizi
seimbang,
memastikan menu makan bergizi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak dan serat. Memastikan makanan bergizi
seimbang tidak selalu mahal lho, saya selalu memastikan ada sayuran, tahu atau
tempe dan sumber protein lain seperti ikan, telur. Lengkapi dengan susu pertumbuhan.
Saya selalu ingat pesan Ibu, minimal ada tahu,
tempe atau telur dan sayuran. Untuk buah-buahan bisa pilih buah-buahan lokal
yang murah seperti pisang dan papaya.
Mengkonsumsi camilan
secara terkontrol dan sehat, mau makan melulu tapi harus tetap dikontrol, memastikan tidak terlalu
banyak ngemil snack yang berkalori tinggi dan biasanya jika sudah
Mendorong melakukan
kegiatan fisik di dalam dan di luar rumah, saat pandemi otomatis kegiatan fisik
anak-anak berkurang tapi saya memastikan mereka ga banyak rebahan atau nonton
tv heheh, caranya melibatkan mereka dalam kegiatan rumah tangga seperti tugas
menyapu, mengepel, mencuci piring. sementara kegiatan fisik di luar rumah,
meminta mereka ain sepeda dan bulu tangkis di depan rumah.
Belajar mengontrol
emosi dan mengungkapkan pikiran/gagasan dengan baik, pertumbuhan fisik si remaja harus dibarengi
dengan bimbingan pertumbuhan mental, karena di usianya mereka sedang mencari
jati diri. Salah satunya dengan selalu mendengarkan mereka jadi teman curhat.
Anemia tantangan
kesehatan lintas generasi
Anemia defisiensi zat besi, istilah ini familiar di masyarakat,
yaitu masalah kekurangan zat besi atau orang awam bilang kurang darah, dengan gejala sakit kepala/pusing, tekanan
darah rendah dan mudah lelah.
Dulu, saya selalu beranggapan kalau masalah ini
masalah orang dewasa dan ibu hamil tapi ternyata berdasarkan penelitain masalah
anemia ini banyak dialami anak, remaja dan lansia di Indonesia.
Akh kan cuma anemia, cuma lemes. Eit, jangan sepelekan Anemia lho karena
efeknya terhadap kesehatan dalam jangka
waktu pendek atau jangka panjang cukup serius. Bayangkan jika si remaja, lebih
memilih rebahan dibanding belajar atau beraktivitas, padahal diusianya yang
sedang dalam masa pertumbuhan fisik dan mental, mereka perlu aktif.
Atau si adik balita yan rewel, ga mau bermain
dan makan, padahal mereka dalam masa golden age. Dalam jangka panjang Anemia defiesiensi zat besi pada anak dan balita dapat menyebabkan stunting atau gagal tumbuh (pertumbuhan tidak sesuai usia), kualitas intelektualpun akan turun.
Untuk ibu hamil masalahnya
lebih serius karena berdampak pada bayi yang dikandungnya selain keselamatan
ibu.
 |
Anak dna remaja bebas anemia tumbuh aktif dan produktif |
Padahal anak dan remaja adalah aset masa depan bangsa ini, generasi penerus yang harus lebih baik.
Kenali gejala anemia
Remaja dan anak-anak yang mengalami Anemia
mungkin tidak sadar dirinya anemia karena tidak paham, itulah pentingnya
sebagai orang tua kita harus tahu dan aware dengan perubahan yang terjadi pada
mereka sehingga jika mengalami anemia bisa segera diatasi.
Gejala anemia pada anak dan remaja relatif sama; lemas, pusing, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi dan pertumbuhan, tidak aktif bermain. Bedanya si anak balita akan rewel jika anemia.
Dampak jangka panjang anemia; mudah terkena infeksi, daya tahan tubuh menurun, tidak bugar, prestasi dan aktivitas menurun.
Sementara gejala anemia pada ibu hamil; wajah, kelopak mata dan bibir pucat, cepat lelah, kurang nafsu makan, sering pusing, mata berkunang-kunang.
Efek anemia pada ibu hamil; infeksi, preeklamsia, prematur, gangguan pertumbuhan janin, pendarahan pasca melahirkan, gangguan fungsi jantung.
Cari tahu penyebab
amenia
Ada 3 hal yang menyebabkan anemia, seperti diungkapkan Dr. dr. Diana Sunardi, M. Gizi, Sp GK, Dalam acara webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi yang diadakan Danone Indonesia dan Indonesia Nutriton Association (INA) dalam rangka hari gizi Nasional awal Februari lalu. yaitu asupan makanan yang mengandung zat besi kurang, sakit (infeksi atau penyakit kronis), dan penyebab lainnya.
Tapi kebanyakan Anemia disebabkan asupan makan
yang tidak seimbang, kurang asupan zat besi dari makanan yang kita konsumsi
sehari-hari kurang.
Kurangnya asupan zat besi dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari karena asupan zat besi rendah terutama besi hemme (sumber zat besi dari hewani), asupan vitamin C rendah (berperan membantu penyerapan zat besi oleh tubuh), konsumsi sumber tannin (kopi dan teh) berlebihan dan menjalani diet tidak seimbang.
Sementara pada anak anemia disebabkan Pemilih makanan (picky eater), asupan makanan tidak bervariasi, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan penyerapan, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan asupan zat besi rendah (alergi pada makanan yang mengandung zat besi).
Bersama kita cegah Anemia
Anemia dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius jika dibiarkan, untuk melakukan pencegahannya perlu dukungan semua pihak, karena persoalannya bukan hanya ekonomi tapi masih banyaknya masyarakat yang belum paham pentingnya mengkonsumsi gizi seimbang, seperti diungkapkan Ari Mujahidin Corporate Communication Director Danone Indonesia.
Makanan bergizi tidak selalu berharga mahal, beragam sayuran hijau, tahu, tempe, hati ayam, adalah sumber zat besi yang mudah dan murah di pasaran.
Sumber zat besi nabati; wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, daun singkong, kecipir, kacang buncis.
 |
Sumber zat besi yang murah dan mudah didapat, tahu |
Begitu pun sumber vitamin C yang berperan dalam penyerapan zat besi oleh tubuh. Sumber vitamin C yang mudah dan murah didapat diantaranya; jambu biji, cabai, tomat, mangga dan jeruk.
Cegah Anemia dimulai dari lingkungan keluarga dengan memastikan asupan bergizi seimbang, bila asupan didominasi sumber besi mon heme (sumber nabati) pastikan konsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Fortifikasi makanan: tepung terigu/beras, biskuit dan susu. Jika dimengkonsumsin tablet penambah darah sesuai dengan resep dokter.
Danone Indonesia sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk berkonstribusi pada masalah kesehatan di Indonesia mendukung pencegahan anemia dengan mengadakan beberapa program selain webinar menegnai kesehatan yang kerap dilakukan, juga mengadakan Festival Isi Piringku, webinar yang menghadirkan narasumber ahli gizi bekerja sama dengan beberapa PAUD di Indonesia, memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengkonsumsi gizi seimbang.
Kita semua bisa berkontribusi untuk mencegah anemia, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga.