Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan

Menumbuhkan Minat Baca Anak dengan Read Aloud

 Assalamualaikum, apa kabar teman-teman?

Tahukan teman-teman jika tanggal 17 Mei lalu diperingati sebagai hari buku lho, peringatan yang tak lain menandai pentingnya sebuah buku. Teman- teman pasti familiar dengan istilah buku jendela dunia. Yap dengan sebuah buku kita bisa tahu apa dan bagaimana sebuah tempat nun jauh di sana. Buku dapat membawa berkelana mengelilingi dunia. Yes, tentu saja lebih seru kalau traveling mengelilingi dunia secara nyata tapi keinginan seperti itu sukar untuk banyak orang termasuk saya hahah. Setidaknya dengan mengenal suatu tempat (di negara lain) melalui buku saat kita berkesempatan mengunjunginya  kita menjadi wisatawan yang santun, menghargai adat dan budaya berbeda.

Alhamdulillah anak-anak di rumah suka membaca dan bisa membaca saat usia 6 tahun tanpa dileskan, tanpa mengajarkan membaca secara ekstra, hanya alakadar, jadi bisa dibilang mengajari anak-anak baca ga mengalami drama capek atau emosi, dramanya hanya banyak buku sobek hehehe.  Rahasianya karena saya me Read Aloud mereka sejak bayi, ga peduli mereka paham atau belum saya rutin membacakan mereka buku setiap hari. Apa sih Read Aloud?



Sejak hamil saya rajin membaca buku dan majalah pengasuhan (parenting) jadilah  'kenal' dengan istilah Read Aloud   dan dipraktikkan. Mulai me-Read Aloud anak-anak sejak bayi (sebelum usia 1 tahun). Memperlihatkan dan membacakan buku walaupun mereka terlihat tidak paham malah merebut buku dan akhirnya sobek. Tapi saya tidak kapok dengan buku yang sobek, suami juga mendukung, kami tetap membeli buku secara rutin.

Boleh baca Yuk Menularkan Minat Baca 

Read Aloud

Read Aloud adalah membacakan buku dengan suara nyaring. Membaca nyaring atau Read Aloud ini berbeda dengan mendongeng. Bedanya, Read Aloud membaca dengan suara nyaring dengan artikulasi jelas dan sesuai teks buku, sedangkan mendongeng intonasi suara dan ekspresi biasanya disesuaikan dengan cerita, begitupun kalimat dan kosakata, dongeng juga biasa dilengkapi properti yang mendukung cerita.

Tidak semua orang tua bisa mendongeng (dengan ekspresif) tapi semua orang tua bisa membacakan buku dengan suara nyaring.

Hari Senin  lalu    saya berkesempatan mengikuti online gathering yang diadakan Blogger Perempuan dan Lets Aread, aplikasi yang berisi ratusan cerita anak dan bisa diunduh gratis, dengan tema Buku Bekal Anak Bertumbuh.

 

Yang menjadi narasumber di acara ini Bu Roosie Setiawan Founder Komunitas Reading Bugs,  penggagas Read Aloud Indonesia.

Buku menjadi  bekal anak bertumbuh karena buku adalah jendela dunia; buku memberi pengetahuan. Buku yang kaya dan bermakna tentang beragam tokoh, kejadian-kejadian yang dapat diterima/di luar pengalaman normal anak, dapat membuka pintu menuju hal-hal penting (baru).

Buku adalah cermin; menemukan cermin untuk mencerminkan identitas diri. Melihat orang-orang seperti diri mereka sendiri dalam cerita (refleksi). Membentuk persepsi mereka tentang diri dan potensi mereka.

Tokoh dalam buku yang melakukan hal-hal hebat, membantu mereka membayangkan bahwa mereka dapat melakukan hal-hal hebat. 

Read Aloud membaca nyaring membangun banyak keterampilan dasar yang penting, memperkenalkan kosakata,  memberikan model membaca yang lancar dan ekspesif dan membantu anak-anak mengenali apa itu membaca untuk kesenangan.

Berikut hal-hal yang disarakan Bu Roosie, yang harus dilakukan saat membaca nyaring;

Membantu anak-anak untuk mendengar dan merasakan adanya cerita yang mengalir. Bacakan dengan suara yang dapat didengar anak-anak dan tidak terlalu cepat.

Mengajak anak terlibat dan berinteraksi.

Membangun dialog dengan anak menggunakan buku; Minta anak bertanya, Jadikan sebagai ajang diskusi, ubah menjadi pertanyaan terbuka, seperti apa kesimpulan dari buku yang baru dibacakan atau menjelaskan kosa kata yang mungkin belum dipahami anak.

Mengajak anak-anak mengungkapkan secara lisan apa yang didengar atau dibacakan dan apa yang dipikirkan.

Apa semua buku bisa dibacakan nyaring pada anak-anak? Bisa dan tidak terbatas buku fiksi lho, tapi jenis buku tentu disesuaikan dengan usia anak. Tapi komik termasuk buku yang tidak cocok untuk dibacakan nyaring.

Pengalaman me - Read Aloud anak-anak di rumah

Karena me Read Aloud anak-anak sejak bayi begitu mereka dikenalkan pada hurup dan merangkai huruf (membaca) jadi murah menyerap, otak bawah sadar mereka sepertinya sudah hapal bunyi dan bentuk.  

Sekarang usia mereka sudah 9 dan 13 tahun dan walaupun mereka sudah bisa membaca sendiri kadang masih minta dibacakan.  Kepikiran, ini wajah ga sih, udah pada gede kok masih minta dibacain buku, apa karena mereka malas baca buku?

Pertanyaan ini terjawab ketika di acara kemarin ada peserta yang bertanya, sampai usia berapa anak bisa dibacakan buku (Read Aloud)? Bisa sampai usia remaja, bahkan ada lho anak yang udah kuliah kadang suka dengerin ibunya bacain buku. Jadi wajar kalau anak usia remaja masih minta dibacakan buku, malah dapat nilai plus yaitu menambah bonding anak dan orangtua. Ehm baiklah saya tidak akan menolak lagi kalau diminta  asal jangan buku tebal. Dan mereka bukan malas baca buku tapi senang dibacakan buku.

Komunitas Read Aloud Indonesia 

Komunitas Let's Read Indonesia yang digagas bu Roosie memiliki misi; menjadikan 'read aloud' sebagai budaya di keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan visi dari Read Aloud membuat anak Indonesia menjadi pembaca sepanjang hayat.

Let’s Read! Aplikasi buku digital anak, mudah, murah dan praktis

Indonesia tercintah ini,  termasuk negara yang tingkat bacanya rendah. Dulu mungkin salah satu tantangannya harga buku mahal sekarang, dengan mulai banyaknya perpustakaan keliling yang digagas para relawan dan perpustakaan daerah, banyak juga buku online (ebook) yang bisa diakses gratis, tantangannya bukan lagi soal buku tapi memalingkan anak dari game di gadget dan media sosial (anak piyik jaman now udah kenal tiktok dan anteng tiktokan).  Pe-er banget ya buat para orangtua.Tetapi harus tetap semangat….

Kini tidak ada alasan tidak punya buku terutama untuk para orangtua perkotaan yang punya smartphone   karena sekarang ada aplikasi buku anak gratis, yaitu Let’s Read.

Aplikasi Let's Read


Let’s Read adalah aplikasi, perpustakaan digital berisi ratusan cerita anak dari berbagai negara dan daerah di Indonesia, dengan beragam bahasa, dari bahasa asing hingga bahasa daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali dsb.


Aplikasi Let’s Read  bisa diunduh secara gratis di play store. Let’s Read berisi cerita bergambar digital dengan segmentasi anak PAUD dan SD Kelas Rendah. Dapat diakses melalui android dan website ,praktis dan gratis.

Dapat diunduh, dicetak dan  disebarkan tapi dilarang diperjualbelikan. Jadi teman-teman yang aktif di PAUD atau Posyandu bisa lho unduh dan cetak buku di Let’s Read dan dibagikan pada anak-anak.

Let’s Read digagas oleh komunitas literasi, penerbit dan The Asian Foundation. The Asia Foundation adalah organisasi internasional non profit yang bekerja sama meningkatkan kerjasama di kawasan Asia Pasifik. Dengan salah satu programnya di Indonesia adalah mendistribusikan buku anak ke berbagai daerah di pelosok Indonesia.

Ebook di Let's Read kualitas cerita dan gambarnya sudah terkurasi, teman-teman bisa cek langsung ya, ilustrasi ebook di Let's Read bagus-bagus, memancing anak untuk membaca, ini terbukti sama si kecil saya KAE (9yo) yang suka baca Let's Read. Sumber ebook Let

 

 

 

 

 

 

 

 

  

Seaventure, Wisata Virtual Bawah Laut bersama Paddle Pop dan Jakarta Aquarium

Assalamualaikum, bagaimana nih kabar puasa anak-anak di rumah? Masih ada drama membangunkan sahur? Kalau saya sih iya. Belum cukup sekali tepuk, belum cukup 2x panggil, alarm tidak mempan haha. Tapi Alhamdulillah kalau sudah bangun, makan sahur semangat,menjalankan puasa juga semangat – mengeluh lapar haus masih dalam tahap wajar (namanya juga anak-anak ya), subuh dan tarawih di mesjid semangat, dengan menerapkan prokes tentunya.

Karena pandemi, aktivitas di luar rumah dibatasi, sekolah dengan sistem PJJ terasa menyisakan banyak waktu luang buat anak-anak di rumah, pe-er buat para orangtua bagaimana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah tapi efektif dan membuat mereka tetap aktif dan kreatif, orangtua harus lebih kreatif.

Wisata virtual dunia bawah laut bareng Paddle Pop dan Jakarta Aquarium


Saat cari ide kegiatan anak-anak untuk ngabuburit selama Ramadan ini ternyata ada kegiatan seru yang diadakan Paddle Pop, brand es krim yang disukai anak-anak. Yaitu Seaventure, Wisata Virtual Dunia Bawah Laut dengan Jakarta Aquarium Safari. Bagaimana cara ikutannya? Gampang benget;

Pertama, beli 4 buah eskrim Paddle Pop di mini market; Alfamart/Indomaret, jangan lupa minta struknya. Kirim (foto) struk pembelian ke WA  0858-1223-1223 tunggu balasan untuk mendapatkan kode unik.

Kedua, jika sudah mendapatkan kode unik, q website www.paddlepopmainyuk.com dan masukkan kode uniknya. Teman-teman bisa klik   untuk menonton mengalaman menjelajah bawah laut secara virtual dengan dipandu Kak Sigi.

Info lengkap bisa juga teman-teman lihat di IG  @paddlepop.idn.

Seaventure wisata virtual bawah laut akan dipandu kak Sigi. Kak Sigi akan mengenalkan aneka hewan bawah laut dan keunikannya. Dijamin ga bosan selain karena seru juga dipandu secara interaktif sehingga mengasah kemampuan sosial dan kemampuan kognitif anak.

Beberapa hewan bawah laut yang dikenalkan diantaranya; gurita, ikan pari, dugong dan lain sebagainya. Setiap hewan memiliki keunikan yang membuat anak-anak kagum, seperti gurita yang dapat berubah warna untuk melindungi dirinya, ikan pari yang ternyata tidak memiliki gigi.

Ikan dugong dikenal juga sebagai ikan duyung. KAE protes, katanya bukannya ikan duyung itu cantik, seperti di film marmaid? 

Nah di wisata virtual ini juga diceritakan dongeng asal muasal putri duyung.

KAE senang banget wisata virtual Seaventure ini karena (bukan kebetulan) dia tertarik dengan science, dan anak-anak di rumah punya cukup banyak buku science.

Keseruan lain yang bisa didapatkan di www.paddlepopmainyuk.com selain berwisata virtual bawah laut;


Bermain DIY dan percobaan science

Ada tutorial melakukan percobaan science dan DIY sederhana yang bisa dilakukan anak-anak di rumah dengan bahan yang mudah didapat dan murah (bisa dari bahan bekas). Seperti percobaan air berjalan ke atas. Anak-anak jadi belajar hal baru.

DIY dan percobaan science

Membuat Diving Goggle

Kemarin saya mempraktikkan DIY Diving Goggle, sekaligus untuk merasang imajinasi anak kira-kira seperti apa jika berada di bawah permukaan air laut dengan membawa gas oksigen.

Keseruan Seaventure, wisata virtual bawah laut

Bahan yang dibutuhkan

DIY Diving Goggle ini  bisa menggunakan barang bekas yang ada di rumah, yaitu botol bekas air mineral, dus bekas, dan tali. Jangan lupa siapkan gunting, lem dan solatif.

Bahan yang dibutuhkan 


Cara membuat

Dua botol plastik, bisa gunakan botol bekas air mineral. Warnai dengan cat atau filox, botol, biarkan kering.

bagian yang disukai KAE, main filox

Setelah kering, beri botol solatif hitam seperti ini;




Siapkan kain flannel warna hitam, atau bisa juga dus bekas yang dicat/ hitam dengan ukuran panjang 2x lebar botol, lebar 1/3 panjang botol. Rekatkan seperti ini dengan lem atau doble tip.

quality time 


Tempelkan tali di empat sudut kain flanel/dus. kTutup permukaan dengan kain flanel kedua agar terlihat rapi. Oxigen tank siap digunakan.


Hampir selesai 


dipakai sambil berimajinasi


Yuk ikutan kuisnya

 

Ikutan lomba fotonya 


Lomba foto dan dapatkan hadiah kit





Pentingnya Mengkonsumsi Gizi Seimbang untuk Mencegah Anemia

Si sulung saya berusia 12 tahun dan lagi suka makan, iya sebentar-sebentar nanyain ada cemilan apa, jam 12 makan siang jam 3 sudah mengeluh lapar lagi. Ada yang sama? Ehm kalau istilah orang sunda keur mesat, lagi tumbuh. Pertumbuhan fisik dan mentalnya memang terlihat jauh berbeda dengan 1 atau 2 tahun yang lalu. Suka amazing sendiri kalau membandingkan si sulung saat ini dengan dengan foto tahun lalu, dimana tingginya hanya 122 cm sekarang sudah hampir 150 cm, raut wajahnya yang setahun lalu masih lugu sekarang sudah terlihat berkarakter. Udah punya sikap dan kemauan sendiri.

Yap si sulung sudah jadi anak remaja. Teman –teman yang memilik anak remaja mungkin memiliki permasalahan yang hampir mirip ya,  lagi suka makan, mulai keukeuh dengan pilihan dan sikapnya. 

Bicara soal si remaja yang lagi suka makan, jujur saya suka khawatir si sulung obesitas terlebih saat pandemi ini kegiatan fisik berkurang, aktvitas di sekolah termasuk ekskul yang cukup menguras tenaga tidak ada. Lebih banyak duduk di depan laptop untuk mendengarkan pelajaran. Untuk menyiasatinya saya melakukan hal berikut;

Makan dengan gizi seimbang, memastikan menu makan bergizi seimbang antara karbohidrat, protein,  lemak dan serat. Memastikan makanan bergizi seimbang tidak selalu mahal lho, saya selalu memastikan ada sayuran, tahu atau tempe dan sumber protein lain seperti ikan, telur. Lengkapi dengan susu pertumbuhan.

Saya selalu ingat pesan Ibu, minimal ada tahu, tempe atau telur dan sayuran. Untuk buah-buahan bisa pilih buah-buahan lokal yang murah seperti pisang dan papaya.

Mengkonsumsi camilan secara terkontrol dan sehat, mau makan melulu tapi harus tetap dikontrol, memastikan tidak terlalu banyak ngemil snack yang berkalori tinggi dan biasanya jika sudah

Mendorong melakukan kegiatan fisik di dalam dan di luar rumah, saat pandemi otomatis kegiatan fisik anak-anak berkurang tapi saya memastikan mereka ga banyak rebahan atau nonton tv heheh, caranya melibatkan mereka dalam kegiatan rumah tangga seperti tugas menyapu, mengepel, mencuci piring. sementara kegiatan fisik di luar rumah, meminta mereka ain sepeda dan bulu tangkis di depan rumah.  

Belajar mengontrol emosi dan mengungkapkan pikiran/gagasan dengan baik, pertumbuhan fisik si remaja harus dibarengi dengan bimbingan pertumbuhan mental, karena di usianya mereka sedang mencari jati diri. Salah satunya dengan selalu mendengarkan mereka jadi teman curhat.

Anemia tantangan kesehatan lintas generasi 

Anemia defisiensi zat besi, istilah ini familiar di masyarakat, yaitu masalah kekurangan zat besi atau orang awam bilang kurang darah,  dengan gejala sakit kepala/pusing, tekanan darah rendah dan mudah lelah.

Dulu, saya selalu beranggapan kalau masalah ini masalah orang dewasa dan ibu hamil tapi ternyata berdasarkan penelitain masalah anemia ini banyak dialami anak, remaja dan lansia di Indonesia.

Akh kan cuma anemia, cuma lemes.  Eit, jangan sepelekan Anemia lho karena efeknya terhadap kesehatan  dalam jangka waktu pendek atau jangka panjang cukup serius. Bayangkan jika si remaja, lebih memilih rebahan dibanding belajar atau beraktivitas, padahal diusianya yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik dan mental, mereka perlu aktif. 

Atau si adik balita yan rewel, ga mau bermain dan makan, padahal mereka dalam masa golden age. Dalam jangka panjang Anemia defiesiensi zat besi pada anak dan balita dapat menyebabkan stunting atau gagal tumbuh (pertumbuhan tidak sesuai usia), kualitas intelektualpun akan turun. 

Untuk ibu hamil masalahnya lebih serius karena berdampak pada bayi yang dikandungnya selain keselamatan ibu.

Anak dna remaja bebas anemia
tumbuh aktif dan produktif

Padahal anak dan remaja adalah aset  masa depan bangsa ini, generasi penerus yang harus lebih baik.  

Kenali gejala anemia

Remaja dan anak-anak yang mengalami Anemia mungkin tidak sadar dirinya anemia karena tidak paham, itulah pentingnya sebagai orang tua kita harus tahu dan aware dengan perubahan yang terjadi pada mereka sehingga jika mengalami anemia bisa segera diatasi.

Gejala anemia pada anak dan remaja relatif sama; lemas, pusing, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi dan pertumbuhan, tidak aktif bermain. Bedanya si anak balita akan rewel jika anemia. 

Dampak jangka panjang anemia; mudah terkena infeksi, daya tahan tubuh menurun, tidak bugar, prestasi dan aktivitas menurun.

Sementara gejala anemia pada ibu hamil; wajah, kelopak mata dan bibir pucat, cepat lelah, kurang nafsu makan, sering pusing, mata berkunang-kunang.

Efek  anemia pada ibu hamil; infeksi, preeklamsia, prematur, gangguan pertumbuhan janin, pendarahan pasca melahirkan, gangguan fungsi jantung.

Cari tahu penyebab amenia 

Ada 3 hal yang menyebabkan anemia, seperti diungkapkan Dr. dr. Diana Sunardi, M. Gizi, Sp GK, Dalam acara webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi yang diadakan Danone Indonesia dan Indonesia Nutriton Association (INA) dalam rangka hari gizi Nasional awal Februari lalu. yaitu    asupan makanan yang mengandung zat besi kurang, sakit (infeksi atau penyakit kronis), dan penyebab lainnya.


Tapi kebanyakan Anemia disebabkan asupan makan yang tidak seimbang, kurang asupan zat besi dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari kurang. 

Kurangnya asupan zat besi dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari karena asupan zat besi rendah terutama besi hemme (sumber zat besi dari hewani), asupan vitamin C rendah (berperan membantu penyerapan zat besi oleh tubuh), konsumsi sumber tannin (kopi dan teh) berlebihan dan menjalani diet tidak seimbang.

Sementara pada anak anemia disebabkan Pemilih makanan (picky eater), asupan makanan tidak bervariasi, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan penyerapan, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan asupan zat besi rendah (alergi pada makanan yang mengandung zat besi).

Bersama kita cegah Anemia 

Anemia dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius jika dibiarkan, untuk melakukan pencegahannya perlu dukungan semua pihak, karena persoalannya bukan hanya ekonomi tapi masih banyaknya masyarakat yang belum paham pentingnya mengkonsumsi gizi seimbang, seperti diungkapkan Ari Mujahidin Corporate Communication Director Danone Indonesia. 

Makanan bergizi tidak selalu berharga mahal, beragam sayuran hijau, tahu, tempe, hati ayam, adalah sumber zat besi yang mudah dan murah di pasaran. 

Sumber zat besi nabati; wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, daun singkong, kecipir, kacang buncis.

Sumber zat besi yang murah dan
mudah didapat, tahu

Begitu pun sumber vitamin C yang berperan dalam penyerapan zat besi oleh tubuh. Sumber vitamin C yang mudah dan murah didapat diantaranya; jambu biji, cabai, tomat, mangga dan jeruk.

Cegah Anemia dimulai dari lingkungan keluarga dengan memastikan  asupan bergizi seimbang, bila asupan didominasi sumber besi mon heme (sumber nabati) pastikan konsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Fortifikasi makanan: tepung terigu/beras, biskuit dan susu. Jika dimengkonsumsin tablet penambah darah sesuai dengan resep dokter.


Danone Indonesia sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk berkonstribusi pada masalah kesehatan di Indonesia mendukung pencegahan anemia dengan mengadakan beberapa program selain webinar menegnai kesehatan yang kerap dilakukan, juga mengadakan Festival Isi Piringku, webinar yang menghadirkan narasumber ahli gizi bekerja sama dengan beberapa PAUD di Indonesia, memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengkonsumsi gizi seimbang.

Kita semua bisa berkontribusi untuk mencegah anemia, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga.








Tanggap Alergi di Masa Pandemi dengan 3K; Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan

Assalamualaikum Teman, apa kabar dengan new normal? Sudah jalan kemana sama anak-anak? Kalau saya sih belum kemana-mana bawa mereka. Kalau perlu kemana-mana, pasar atau atm, sendiri. Jujur pengennya sih keluyuran ngajak mereka jalan-jalan.  Tapi masih menahan diri karena walaupun sudah boleh kemana-mana, virusnya masih berkeliaran, jumlah yang positif perhari mencapai ribuan, data tanggal 5 Juli 2020 kenaikan mencapai 1600-an (duh). Mungkin imunitas kita kuat tapi bagaimana dengan orangtua yang sudah lansia, khawatir kita tak sadar membawa virus, khawatir juga anak terlebih si kecil yang kedua punya asma.

Anak-anak termasuk yang rentan terkena penularan virus Covid-19, berdasarkan data IDAI  perbulan Mei 2020 jumlah anak di Indonesia yang terpositif Covid-19 mencapai 500-an orang dan merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara.

Bukan hal mudah, menerapkan protokol kesehatan pada anak-anak yang masih suka pecicilan, tangannya ga bisa diam pegang sani sini karena ingin tahu, mengeluh tidak betah pake masker, beda dengan si kaka yang udah remaja,

Tapi ‘merumahkan’ anak-anak bukan berarti diem –diem bae (kalau istilah orang Betawi) tetap beraktivitas normal, beraktivitas fisik, main di teras atau halaman rumah agar anak-anak menghirup udara segar dan beraktivitas fisik  tapi menghindari main bersama-sama teman seperti masa normal.
Itu salah satu tips yang saya dapat dari  acara web binar Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju; Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju, yang saya ikuti hari sabtu tanggal 29 Mei 2020 yang diadakan PT. Sarihusada Generasi Mahardhika melalui brand SGM Eksplor Advance+ Soya, dengan narasumber Prof. Dr. Budi Setiabudiawan., dr., SpA(k), M.Kes., - Konsultan Alergi dan Imunologi Anak. Acara ini sekaligus dalam rangka menyambut World’s Allergy Week 2020.



Meluaskan Dunia Anak dengan Perpustakaan Digital Let's Read

Menanamkan minat baca anak 


Perpustakaan digital anam

Assalamualaikum
Apa kabar teman – teman, masih dirumah aja? Kalau saya sih iya walaupun new normal. Keluar rumah kalau memang penting aja walaupun godaan untuk jalan-jalan lumayan besar karena sudah 3 bulan di rumah aja hehehe. Tapi harus sabar, daripada beresiko membawa virus.

Kebosanan juga dilanda anak-anak tapi mereka jarang sekali mengeluh, mungkin paham kalaupun mengeluh, seperti saat lebaran kemarin, mengeluh pengen mudik ke Bandung ketemu Akung, Uti dan sepupu-sepupunya, tetap tidak bisa kami kabulkan. Mereka mulai paham bahaya Covid-19.

Kemarin iseng nanya si Kaka,“Bosan ga di rumah aja?”

“Bosan bangettt, aku pengen sekolah ketemu teman-teman.”

Tapi karena kondisinya belum memungkinkan, mereka mulai menikmati kegiatan di  rumah yang mereka dan kami (saya dan suami) ciptakan dan fasilitasi. Dibacakan atau membaca (sendiri) buku jadi salah satu kegiatan yang diagendakan setiap hari walaupun kadang mereka mengeluh karena buku yang saya haruskan baca bukan buku kesukaan mereka. Seperti si Kaka yang tahun ini masuk SMP  mulai saya tugasi membaca buku fiksi yang serius, seperti buku Laskar Pelangi dan buku Tere Liye. Sebelumnya hanya buku fiksi anak-anak tulisan Arleen, Stella Ernes, Enid Blyton, komik KKPK,  dan buku komik science Korea.


Perpustkaan mini di rumah 
Boleh baca Resensi buku anak  yang sudah saya tulis.


Tips Menjaga Kesehatan Anak-Anak di Masa Pandemi

Assalamualaikum teman – teman masih #dirumahaja kan? Bosan sudah pasti hahaha. Sabar ya *ini mah lebih pada diri sendiri, sungguh kaki ini ingin melangkah kesana-kemari*. Tapi apa daya ya, demi memutus rantai penyebaran virus, harus di rumah aja.

Foto tahun lalu, waktu mudik ke Bandung


Bagaimana kabar anak-anak di rumah? Kalau kedua anak saya udah bosan. Kemarin si Kaka nyeletuk,”Karena  corona ga bisa main sama temen, ga bisa berenang, ga bisa ketemu Uti (mudik), ga bisa sekolah."

Pendidikan Karakter Nabawiyah

Judul buku       : Pendidikan Karakter Nabawiyah
Penulis                 : Abdul Kholiq
Penerbit               : Mutiara Qur’an
Tahun                   : Agustus 2017
Halaman              : 322 hal – Hard Cover

Recommendation Islamic pareting book!





Mendidik anak adalah sebuah proses panjang, tidak mudah, akan selalu ada tantangan, itu sebabnya semuanya harus dikembalikan pada Allah SWT, berdoa untuk kebaikan anak. Karena Dia - lah pendidik sebenar – benarnya yang tidak pernah salah. Yang dilakukan kita, orang tua, hanyalah ikhtiar.

“Tiga doa yang mustajab dan tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu; doa orang yang terdzalimi, doa orang yang dalam perjalanan serta doa orang tua kepada anaknya.” (HR Tirmidzi).

Setiap anak terlahir beriman, pembelajar, berbakat dan tumbuh.  Sub judul buku yang membangkitkan optimisme para orang tua untuk mendidik anak – anak dengan maksimal agar sukses dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Ukuran sukses dalam kehidupan bermasayarakat yang tentunya tidak dinilai berdasarkan materi saja   tapi taat pada Allah swt, bahagia  lahir batin, bermanfaat bagi masyarakat, dan mandiri.  Seimbang dan sejalan antara hablum minallah dan hablum minannas.

Tips Mengamati dan Mengarahkan Bakat Anak

Tips Memetakan Bakat dan Minat Anak

Bakat - Minat Anak Hasil Psikotes VS Hasil Observasi Orangtua
Bakat dan minat si sulung hasil psikotes di sekolah tidak jauh berbeda dengan hasil pengamatan saya dan bapaknya. Jadi ingat, kalimat yang pernah dilontarkan seorang psikolog anak,  

”Yang paling mengenal anak itu sebenarnya, orang tuanya. Hanya saja orang tua kadang tidak jeli mengamati atau tidak siap menerima saat anak berkembang tidak sesuai harapannya.”




Sejak membaca buku     Rahasia Ayah Edi Memetakan Potensi Unggul Anak, enam    tahun lalu, saya mulai mencatat kecenderungan  bakat dan minat anak – anak. Sebelumnya hanya menstimulasi macam – macam kecerdasan majemuk versi Joestin Gardner  tanpa dievaluasi serius.


Hasil pengamatan biasanya saya diskusikan dengan suami, saya cocokan juga dengan hasil pengamatan dia. Walaupun suami lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, dia cukup jeli juga melihat anak – anak, tipe family man hahaha.  Setelah diskusi biasanya kami (saya dan suami) menyamakan persepsi, mau lanjut apa nih untuk stimulasi yang lebih mengarah pada bakat dan minat anak – anak.

Di post blog ini saya akan berbagi tips memetakan bakat dan minat anak berdasarkan pengalaman.

Kapan mulai mengamati
Cetak biru anak – anak
Rekomendasi buku dan majalah
Bakat dan minat mulai terlihat di usia 10 tahun
Setiap anak dianugrahi lebih dari satu minat dan bakat
Langkah mengamati bakat dan minat anak
Stimulasi yang mengarah pada bakat dan minatnya
Bakat vs minat
Jika minat tidak sesuai bakat

Madurasa Fitkidz Multivitamin untuk Anak Aktif

Multivitamin Anak  Madurasa Fitkidz, Fitkidz Fit itu Asik

Menghadapi si anak aktif

Benar yang dikatakan para Mama yang sudah memiliki anak gadis atau anak bujang, akan tiba masanya kita merindukan direpotkan oleh anak – anak, merindukan  dibuntuti anak – anak, merindukan teriakan atau rengekan Mah – nya. Akan tiba saatnya  mereka sibuk dengan kegiatannya dan enggan diajak Mamanya wara - wiri.  

Dan ini mulai saya rasakan dengan si sulung yang beranjak remaja (11 tahun). Si Adik juga yang kini berusia 8 tahun sudah mandiri, enjoy main dengan teman – temannya.  Sibuk dengan beragam kegiatan di sekolah dari kegiatan belajar regular, kepanduan sampai ekskul. Si sulung dengan inisiatif dan kemauannya sendiri mengikuti lebih dari satu ekskul di sekolah dan karena biaya ekskul sudah disatukan dengan uang kegiatan tahuan jadi tidak dikenakan biaya lagi jika mengikuri dua atau tiga ekskul selama tidak bentrok.

Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak

Mengenali  Keterlambatan Bicara pada Anak

Beberapa bulan lalu Ibu  saya dibuat khawatir karena cucu ke - 4 nya sampai 1.5  tahun belum mampu mengucapkan satu kata pun,  hanya mengoceh tak jelas. 

"Kenapa ya, Mama punya anak 5 belum setahun udah bisa ngomong satu dua kata.  Cucu mama yang lain juga begitu."
"Ada masalah sama pendengaran kali," ujar saya. Saya dan Ibu tinggal di beda kota. 
"Nggak," jawab Ib  tegas."Kalau dipanggil nengok, diajak becanda ngerti. diajak ngobrol juga ngerti.  misal di suruh duduk ya duduk. Ngerti kata makan, lari, cium."

Kekhawatiran Ibu menular pada saya. Kalau ke Bandung dan ketemu ponakan saya suka memperhatikan mata dan kefokusannya karena khawati ada gangguan perilaku. Tapi ternyata si anak fokus dan matanya balik menatap apalagi kalau diajak becanda.

Susu Pertumbuhan Anak

Pentingnya Susu Pertumbuhan Anak 

Membiasakan anak - anak tetap minum susu pertumbuhan walaupun usia mereka sudah di atas 7 tahun, bagi saya bukan tanpa perjuangan lho. Apa sebabnya? Karena begitu menginjak usia sekolah mereka mulai ogah - ogahan minum susu dengan alasan bosan dan udah gede. 


"Aku kan bukan anak kecil lagi, masa minum susu terus."

Tantangan lain, saya lupa mengingatkan mereka untuk minum susu. Yap tidak seperti saat usia mereka batita, mereka punya jadwal khusus minum susu dan saya yang membuatkan. Jadi kalaupun saya lupa jadwal minum susu mereka, mereka yang mengingatkan. Mulai usia 6 tahun mereka belajar mandiri, termasuk menyiapkan makanan dan minuman. Otomatis tugas saya menyiapkan susu, sudah tidak saya lakukan. Karena susu bukan merupakan kebutuhan pokok, mereka pun kerap lupa minum.

Anak tumbuh dan berkembang hingga usia belasan tahun, meskipun bertumbuhannya lebih lambat dari masa bayi, mereka memerlukan kebutuhan nutrisi dan gizi yang tinggi karena aktivitas mereka pun sudah banyak dan padat, salah satu sumber alternatif untiuk memenuhi kebutuhannya adalah susu pertmbuhan anak.   Di sisi lain, mereka mulai kenal beragam makanan, mulai memilih - milih makanan yang disukai dan tidak disukai, dan mulai suka jajan.


Ide ngabuburit bersama anak – anak

Alhamdulillah disampaikan pada bulan Ramadan yang penuh berkah. Maaf lahir batin teman - teman. Semoga kita semua diberi kemudahan dan istiqomah dalam menjalankan puasa dan amalan lain di Ramadan ini. Aamiin.

Hari pertama tarawih,  mesjid – mesjid penuh termasuk mesjid di lingkungan rumah saya, anak – anak jadi semangat tarawih ke mesjid walaupun ya sampai di mesjid tarawihnya tidak full. Selanjutnya main di teras mesjid. Tapi saya yakin ini jadi pembelajaran untuk si kecil, jadi akrab dengan mesjid, terbiasa dengan solat tarawih dan amalan lain di bulan Ramadan.

Ekstra Kulikuler di Sekolah dan Bakat Minat Anak

Anak - anak sekolah di sekolah Islam jadi jam sekolahnya lebih panjang, ekskul serentak dilaksanakan hari jumat, beberapa ekskul hari sabtu. Walaupun sekolah sampai sore si sulung semangat ikut ekskul bahkan sampai 3 ekskul. 

 Ganti Ekskul lagi 

“Ma, aku mau pindah ekskul. Keluar MB dan ikut TS, “ kata si sulung. MB kependekan dari marching band, TS kependekan dari Tapak Suci (bela diri).
“Kenapa tidak  dua – duanya,”saran saya karena sayang dia sudah mau 4 semenster ikut MB. Dan pernah juga ikut  ekskul TS 4 semester saat kelas 1 dan 2.  
“Jamnya latihannya sama.”

Foto setelah tampil

“Bukannya ekskul TS hari jumat dan MB sabtu.”
Jumat aku ekskul bulu tangkis. TS ada juga hari sabtu, aku mau yang hari sabtunya.”
“Ya terserah.”
Entah sudah berapa kali si sulung  pindah ekskul,  perasaan tiap semester, kecuali MB yang sudah bertahan 3 semester dan TS 4 semester (saat kelas 1 dan 2), sisanya ganti – ganti dari nari, marawis, teater.

Faber - Castell Colour to Life, Colour Your Creativity

"Aku bosan di rumah aja," celetuk si sulung.
"Lha pagi tadi kan kita udah olahraga sekalian jajan di taman kota."
"Maksudnya aku bingung mau ngapain."
Jarang - jarang ngeluh bingung mau ngapain, biasanya kalau sabtu minggu seperti ini, nagih - nagih jatah main games.
"Tumben gak main games."
"Bosan makanya pengen download yang baru. Boleh kan, Ma. Yang lama dihapus."
Anak - anak memang saya beri handphone tapi tanpa nomor apalagi pulsa karena memang handphonenya rusak tidak bisa dipasangi kartu. Hanya bisa untuk foto dan main games yang didownload via handphone saya atau Papanya lalu di share it.

"Kalau bosan main games ngerjain yang lain kek, baca buku, gambar."
"Udah gambar, udah baca buku. Nih buku gambar aku udah penuh," katanya sambil menyodorkan buku gambar isinya penuh gambar doodle.

Saya termasuk yang selektif memilih games untuk anak - anak selain dibatasi jumlah games yang boleh diunduh, kalau mau nambah harus ada yang dihapus. Main games itu memang melenakan, memicu adrenalin sehingga dibuat penasaran jika kalah, ingin terus main lagi dan lagi. Tak heran anak – anak pun jika sudah main games lupa waktu jika tidak dibatasi.

Jujur saja, kadang itu membuat saya khawatir anak – anak terlena, sehingga kurang kreatif dan pasif untuk melakukan sesuatu.  Untuk menghindari itu, saya selektif memilih games yang boleh diunduh dan  dimainkan, begitu pun dengan tontonan di  youtube. Untuk  games anak – anak, saya mengusahakan mengunduh games yang tidak sekedar menghibur tapi ada unsur edukatif,  memicu imajinasi dan kreativitas mereka.

Sebenarnya saya juga lagi bosan, bawaan kalau weekend di rumah hahaha. Yap, pengennya jalan - jalan tapi ga mungkin kan tiap weekend jalan - jalan, bisa  - bisa uang bulan habis sebelum waktunya. Oh iya saya kan punya Faber - Castell Colour to Life yang sengaja mau dikasihkan ke anak - anak weekend ini biar sekalian main bareng dengan saya dan papanya.

Colour to Life, Inovasi dari Faber – Castell


Faber - Castell Colour to Life

Monkey See Monkey Do

Ada yang pernah menonton animasi film seri Monkey See Monkey Do? Bukan film sepenuhnya, kartun untuk balita ini menggambarkan seorang monyet yang menjelaskan dan memperagakan beragam gerak atau bunyi hewan. Anak – anak balita yang ada di film ini akan menirukan. Jadi semacam film untuk stimulasi.

Istilah Monkey See Monkey Do digunakan juga dalam dunia parenting untuk menggambarkan bagaimana seorang anak dengan cepat dan tangkas peniru sebuah perilaku, terutama perilaku dari orang-orang terdekatnya, seperti orangtua.

Vlog ala - ala untuk disimpan sendiri :)
Perilaku anak yang ditiru dari orangtuanya kemungkinan besar menjadi karakternya. Kalau yang ditiru yang positif saja tentu tak perlu khawatir. Masalahnya, anak meniru apapun, baik maupun buruk, pun jika kelak setelah dewasa dia tahu perilaku yang ditirunya itu buruk – karena sudah kebiasaan sukar dihilangkan. Sementara saya sebagai orangtua, kadang tidak bisa menyembunyikan rasa kesal atau marah dengan menaikkan suara, menggerutu dsb. Duh, feeling quilty ya…semoga Allah selalu menjaga anak – anak dari perilaku buruk.

Perilaku Monkey See Monkey Do yang terjadi baru – baru ini pada si sulung saya adalah meniru kebiasaan mamanya  di  media sosial terutama Instagram, karena saya memang kurang aktif di FB maupun twitter. Di IG juga tidak setiap hari update foto sih tapi mungkin karena berupa gambar, si sulung jadi lebih mudah paham dan tahu. Yap, dia punya akun IG (private).


Dia mulai suka membuat  vlog apa saja dari kucing peliharaan sampai DIY – ini karena melihat mamanya membuat vlog untuk keperluan blog (terutama lomba). Dia mulai ikutan foto ini itu buat di IG. Memang masih undercontrol karena dia hanya bisa mengakses IGnya melalui handphone saya atau Abinya.

Tapi saya mulai khawatir karena usianya yang masih anak – anak (10 y) jika tanpa pengarahan akan kebablasan. Kebablasan jadi suka pujian di media sosial, padahal Mamanya lebih pada kerjaan (membela diri heheh… ya sebisa saya menahan diri untuk tidak smeua hal diposting di media sosial, IG). Foto makanan karena ingin belajar food fotography atau untuk ikut lomba, postingan liburan untuk mendukung blog, intinya biar IG hidup jadi dilirik buat campaign heheh.

So, agar tidak kebablasan dan si sulung tetap pada traknya sebagai anak usia 10 yang masih lugu dan polos, dan paham bermedia sosial yang baik, saya melakukan hal – hal berikut;

Membatasi akses media sosial si sulung (dia hanya memiliki Instagram), hanya melalui hp saya dan abinya, waktunya pun dibatasi.

Mengajarkan memilah hal yang boleh dan tidak boleh diposting di IG. Misal soal aurat, selfie boleh sesekali tapi perhatian sikap tubuh dan aurat. Tidak semua hal yang sedang kita lakukan  di posting di IG agar tidak terbersit rasa sombong.

Menulis caption atau komentar dengan sopan. Media sosial juga ada sopan santunnya lho Kak, seperti saat kita ngobrol ketemu orang, begitu yang selalu saya katakan pada si sulung, jadi kalau tidak suka sama postingan orang atau kesal sama foto orang, tidak boleh mencaci maki. Saya ingatkan ada hukum ITE, bisa dilaporkan ke polisi.

Pamer atau sombong itu dosa, soal itu kami sudah sepakat. Jadi kalau Mama foto – foto makanan di IG bukan sekedar pamer tapi untuk lomba dan latihan foto. Soal pamer memang hanya hati yang tahu. Jadi saat kita posting karena ada rasa pamer di hati, sebaiknya tidak posting.


Jadi walaupun si sulung sudah sering membuat vlog sederhana atau foto ini itu, saya masih membatasinya untuk dipost di media sosialnya.  Saya ingin dia paham dan bisa bijak  bermedia sosial jadi hanya mempsoting hal yang baik, syukur - syukur bermanfaat.  

Tulisan ini merupakan post respon dari Grup #KEBloggingCollab Butet Manurung terhadap tulisan Mak Merry Meirida di website KEB tentang melatih dan menyikapi anak kidal. Mak Merry merupakan pemilik Blog  http://www.meirida.my.id Ibu satu anak yang menyukai K-Drama.



Dampak Apresiasi Prestasi Harian Anak dalam Pembangunan Karakter

Ibu rumah tangga atau Ibu bekerja sama – sama memiliki tantangan bagaimana membagi waktu antara kesibukannya dan keluarga terutama anak – anak. Sewaktu masih jadi ibu bekerja yang terbayang di benak saya sepertinya enak jadi ibu rumah tangga bisa sepanjang hari mendampingin anak – anak nyatanya, kesibukan rumah tangga menyita banyak waktu terlebih setelah memutuskan tidak ada art dengan alasan menghemat pengeluaran dan agar anak – anak belajar membantu kami. Tidak mudah, ditambah Mama ingin punya kesibukan lagi selain berkutat dengan urusan rumah tangga dan keluarga. Ngeblog dan wirausaha. Harus makin pandai membagi waktu.

Kesibukan yang kadang membuat abai terhadap pencapaian harian anak karena tidak kita perhatikan atau menganggap pencapaian itu adalah semestinya yang memang harus dicapai anak sehingga berpikir apa istimewanya? Sampai hari minggu lalu saya mendapat ilmu baru di acara Blogger Gathering Lotte Choco Pie dan Komunitas Kumpulan Emak – Emak Blogger, bahwa mengapresiasi prestasi harian anak berdampak pada pembangunan karakternya.


Dampak Apresiasi Prestasi Harian Anak – Anak dalam Pembagunan Karakter
Bertempat di Harlequen Bistro Kemang, acara  yang sekaligus merupakan peluncuran terbaru campaign Lotte Choco Pie terbaru dengan tema Premium Moment Together. Narasumber pada cara ini Psikolog Anak dan keluarga Anna Surti Ariani dengan mengangkat tema “Dampak Apresiasi Prestasi Harian Anak – Anak dalam Pembagunan Karakter.”

Premium Moments Together 

Saya selalu antusias menghadiri Blogger Gathering yang diadakan Lotte Choco Pie karena acara diperkenankan membawa anak - anak, dilengkapi fasilitas play ground jadi saat Mamanya menyimak sharing parenting dari narasumber kompeten . Anak – anak asik bermain. Yap seru dan sarat ilmu. Dan tentu saja sambil menikmati Lotte Choco Pie. Camilan favorit saya dan anak – anak. Camilan yang juga jadi bekal sekolah Adik. Ada yang suka Lotte Choco Pie juga?  

Tapi di acara hari ini bukan hanya tersedia play ground juga aktivitas yang disediakan untuk Ibu dan anak, yaitu menghias frame foto. Sayangnya saya batal membawa anak – anak karena tiba – tiba Adik tidak enak badan. Kalau adik tidak ikut otomatis Kaka tidak ikut, Adik harus ada teman di rumah.

Suasana saat acara 

Menurut Psikolog Anna Surti Ketika orangtua menyadari dan menghargai prestasi anak – anak, mereka akan termotivasi untuk melakukan hal – hal yang lebih positif. Dengan keterikatan yang lebih baik antara ibu dan anak, aspek pertumbuhan sosial dan psikologis mereka akan tumbuh, dan itu akan menjadi kunci kesuksesan mereka di masa depan.”

Mengapresiasi keberhasilan anak akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Jika rasa percaya diri tumbuh, karakter baik dan positif akan mudah tumbuh pada diri anak, seperti sikap empati, simpati, jujur, suka menolong dsb.

Siap menimba ilmu parenting bareng
Lotte Choco Pie

Saya jadi teringat pencapaian - pencapaian harian anak - anak. Adik yang sudah bisa membaca dan mau gantian baca buku sama Mama (ga dibacain mama semua), Kaka yang sudah bisa menjaga adik dan aware banget sama adiknya walaupun hanya ditunjukkan kalau tidak ada saya.

Apresiasi pada anak harus ditunjukkan secara verbal maupun non verbal. Verbal berupa ucapan, terima kasih, hebat, pintar dan kata positif lainnya sedangkan non verbal berupa ekspresi wajah, bahasa tubuh, pelukan, dan belaian.

Jadi saat mengapresiasi anak, kata – kata baik yang kita ucapkan harus disertai ekspresi dan bahasa tubuh sama. Jangan sampai memuji anak tapi wajah datar atau perhatian malah pada hal lain, layar handphone misalnya. Duh, saya pernah seperti ini karena lagi nanggung. Padahal ya bisa banget handphonenya disimpan dulu.


Premium Moments Together
Hadir juga di acara ini Brand Manager Lotte Choco Pie Oci Maharani dan     Brand Ambassador Lotte Choco Pie Carissa Putri.  Carissa Putri berbagi pengalamannya mendampingi Qu putranya, dengan rutinitas padat sebagai public figure, Carissa Putri mencoba menemani anaknya untuk melakukan hal – hal kecil seperti menemani belajar, mewarnai dan membaca buku.

Campaign yang diusung Lotte Choco Pie tak lain mengajak Ibu - ibu di Indonesia agar may mengajak anak - anak mereka melakukan rutinitas sehari - hari bersama dan setiap pencapaian kecil oleh anak - anak dihargai salah satunya dengan memberikan camilan. Seperti diungkapnya Brand Manager Lotte Choco Pie,"Membesarkan anak di era ini memiliki tantangan tersendndiri dan membutuhkan perhatian khusus dari ibu. Dengan tema campaign baru tahun ini, #PremiumMomentsTogether kami berharap ibu - ibu  di Indonesia dapat lebih sadar  akan mencapaian harian anak - anak mereka. Tentunya Lotte Choco Pie  sebagai camilan keluarga hadir untuk menyempurnakan waktu premium itu."

Foto bersama 
Menguatkan campaign yang telah diusung sejak tahun lalu, Together, More, Lotte Choco Pie mengundang para Ibu di Indonesia untuk lebih menghargai setiap momen kebersamaan dengan anak – anak betapun kecilnya bahkan dalam rutinitas sehari – hari. Lotte Choco Pie meluncurkan tiga video untuk campaign barunya ini dengan tema Shopping, Homework  dan Greetings.  Mana dari ketiga video ini yang paling sesuai dengan pengalaman teman – teman sebagai seorang mama? Kalau saya Shopping, adik dan kaka sudah bisa bantu mama belanja baik di supermarket maupun pasar tradisional. Kaka dan adik juga sudah bisa dimintai tolong membelikan sesuatu di warung tetangga kalau Mama lagi sibuk.

Teman – teman bisa voting satu dari ketiga video Lotte Choco Pie dan dapatkan kesempatan memenangkan hadiah menarik. Selain berkesempatan mendapat hadiah juga berkesempatan diundang ke acara Lotte Choco Pie pada bulan agustus. 

Acara yang direncanakan akan dilaksanakan sesuai tema video adalah;
Shopping; Sehari menjadi manager supermarket bersama Lotte Choco Pie
Anak - anak mengoperasikan supermarket untuk membantu dan melayani pelanggan, yang merupakan ibu mereka. Setelah ibu selesai berbelanja, mereka akan melakukan workshop dengan Lotte Choco Pie.

Homework; Lotte Choco Pie kungjungi sekolah 
Lotte Choco Pie mengunjungii sekolah untuk membuka kela belajar dan mendonasikan alat - alat tulis. 

Greetings; Ucapan terima kasih dengan Lotte Choco Pie 
Lotte Choco Pie mengundang ibu dan anak ke pertemuan di mana mereka menulis surat ucapan terima kasih satu sama lain untuk menghargai waktu mereka. selain itu, Ibu yang berpartisipasi dapat bertukar tips pengasuhan.

Menarik kan? Jadi tunggu apa lagi yuk voting, caranya bisa lihat di kanal media sosial Lotte Choco Pie di facebook di https://web.facebook.com/lottechocopieindonesia/?_rdc=1&_rdr Instragram di https://www.instagram.com/lottechocopie.id/?hl=id atau di website www.Lottechocopieindonesia.com.




Tentang Lotte Choco Pie
Lotte Choco Pie adalah merek soft cake nomor satu di Jepang dan hadir pertama kali tahun 1983 dan kini dapat dinikmati konsumen Indonesia sejak 2014 dibawah pengawasan Lotte Jepang dan Korea. Produk yang ditargetkan untuk anak – anak usia sekolah. Kelezatan Lotte Choco Pie merupakan kombinasi cokelat berkualitas, soft cake, dan marsmallow.