Surya Darma, Pengagas Tuntas Belajar 12 Tahun di Ulujadi Sulawesi Tengah

Surya Darma, Pengagas Tuntas Belajar 12 Tahun di Ulujadi Sulawesi Tengah

Pendidikan pilar peradaban bangsa

Kemajuan suatu bangsa ditentukan kualitas pendidikan masyarakatnya, pendidikan berkualitas dan merata menciptakan peradaban bangsa yang maju dan modern. Pendidikan yang tidak hanya mendidik akal juga budi pekerti dan spiritual, agar terbentuk pribadi yang pintar secara intelektual dibarengi sifat jujur, bertanggung jawab, memiliki sikap empati dan simpati.

Pintar secara intelektual jika tidak jujur? Ya korupsi, memperkaya diri dan golongannya.

Tahun 2045 Indonesia mentargetkan menjadi Negara maju, tahun generasi emas, di mana pada tahun ini diharapkan anak-anak yang ada sekarang menjadi generasi penerus bangsa yang handal dan itu hanya bisa dicapai dengan pendidikan yang baik.

Pemerintah mendorong wajib belajar sehingga untuk  sekolah negeri tidak dikenakan uang pangkal dan uang bulanan kalau ada pembarayan ini itu digunakan untuk  kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar, sebut saja misalnya kegiatan camping pramuka, ekskul,  kunjungan anak sma ke beberapa PTN sebagai upaya sekolah menyemangati anak-anak didik untuk belajar giat agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang tinggi yang terbaik. Sebagai orangtua yang menyekolahkan anaknya ke sma negeri saya tidak keberatan.

Sayangnya pendidikan di Indonesia belum merata, fasilitas pendidikan sekolah negeri di kota, daerah dan daerah perpencil masih jomplang. Bukan hal aneh kita melhat berita anak-anak sekolah di daerah terpencil sana harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mencapai sekolah, melintasi sungai atau jembatang penyembrangan yang kondisinya membahayakan. Anak-anak ini butuhkan mental baja dan dukungan orang tua yang kuat untuk bisa tetap sekolah.

Belum lagi anak-anak di daerah terpencil dengan tingkat ekonomi yang tidak terlalu baik ini dituntut membantu orang tua bekerja, tak heran sebagian anak memutuskan berhenti sekolah, orang tua mendukung, apalagi jika anaknya perempuan, tak usahlah sekolah tinggi-tinggi, menunggu dipinang orang saja. Apa itu salah? Yang salah pendidikan  (termasuk fasilitas dan akses) yang belum merata.

Tanpa disadari, masyarakat yang tinggal di kota besar, melek informasi dan teknologi sebenarnya adalah sebuah previllage. Dengan mengakses informasi kita tahu ada banyak tawaran beasiswa yang bisa di apply untuk mendapat pendidikan gratis. Masyarakat daerah terpencil?

Tuntas Belajar 12 Tahun



Ini yang terjadi di kecamatan Ulujadi Kota Palu Sulawesi Tengah, dengan kendala tidak adanya dana pendidikan, anak-anak di sana tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang tingkat menengah atas (SMA). Para orang tua anak-anak ini kebanyakan bekerja sebagai buruh cuci atau buruh bangunan, jadi mereka merasa berat jika harus menanggung biaya sekolah.

Program sekolah negeri gratis yang dicanangkan pemerintah tidak serta merta membuat seluruh anak Indonesia bisa sekolah karena ada kendala dana untuk pembelian buku, ongkos sekolah dsb, dengan orang tua dengan tingkat sosial ekonomi rendah lebih suka anaknya segera lepas jadi beban keluarga salah satunya dengan memutuskan sekolah dan mendorong anak bekerja serabutan atau menikah jika perempuan.

Anak-anak putus sekolah di kecamatan Ulujadi ini akhirnya mencari uang dengan cara mengamen, jadi juru parkir atau menikah selepas lulus sekolah menengah pertama.

Hal ini membuat Surya Darma, seorang guru,  prihatin karena keadaan ini memunculkan lingkaran kemiskinan baru, anak-anak yang kemungkinan putus sekolah di masa depan.

Surya Darma mengaggas sekolah informal paket C, program ini ia namai “Tuntas Belajar 12 tahun”, dibantu istrinya yang memiliki latar belakang sepertinya dirinya, seorang guru. Tujuan program ini adalah agar kelak anak-anak ini memiliki pekerjaan yang lebih baik.

Kelas ini diakan seminggu sekali yang awalnya hanya diikuti 10 anak bertambah menjadi 150 anak. Adapun pelajaran yang diajarkan di sini adalah Bahasa Inggris, computer, fotography dan keahlian lain.

Kegiatan yang digagas Surya Darma bukan tanpa kendala. Dengan bertambahnya antusiasme orang tua dan  anak-anak untuk mengikuti program, jumlah murid bertambah sementara tenaga pengajar terbatas, lalu kendala dana. Dana operasional seperti penyediaan fasilitas belajar. Namun seiring waktu, tepatnya pada tahun 2013, 2 tahun setelah program tuntas belajar 12 tahun ini terbentuk,  kendala berkurang karena mendapat support dari pemerintah kota Palu. Relawan untuk mengajar juga bertambah.  Hingga tahun 2018, tercatat 300 orang dinyatakan lulus dari program ini dan sebagaian besar lulusan sudah memiliki pekerjaan.

Satu Indonesia Award

Karena inisiatif dan gagasannya Surya Darma mendapat apresiasi dari Satu Indonesia Award Astra di bidang pendidikan tahun 2018.



Surya Darma mengajak generasi muda Indonesia yang memiliki potensi dan skill untuk berbagi agar kualitas masyarakat di lingkungan meningkat.

Surya Darma senang terpilih mendapat Satu Indonesia Award Astra karena dari program ini ia dapat sharing dan berbagi pengalaman dengan peserta lain tentang kegiatan di kota lain.

Program Satu Indonesia Award merupakan wujud apresiasi Astra kepada generasi muda, baik individu maupun kelompok (komunitas) untuk memiliki jiwa kepeloporan dan melakukan inovasi serta perubahan di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan teknologi. Juga program unggulan Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA).

 

Blogger kok Jarang Update Blog?

Postingan blognya kok banyakan iklan? 

Ngakunya blogger tapi  kok blognya jarang update, giliran update postingan iklan!  

Kok banyak postingan iklannya daripada postingan organik? 

Masih semangat hadir di event blog


Pernyataan dan pertanyaan untuk diri sendiri. Kadang ada rasa malu ngaku blogger isi postnya banyakan iklan heuheu. Memang salah? Ya nggak hanya kadang merasa tulisannya ga original aja gitu kalau ditumpangi iklan heuheu. 

Tapi sejujurnya postingan iklan jadi  salah satu alasan  bertahan jadi blogger, semacam penyemangat. Kalau ga ada postingan iklan, mungkin blog saya mati suri  hanya update seperlunya, sesempatnya, nunggu moment insidental. 

Kok bisa berubah drastis, dulu apapun ditulis di blog, padahal ga dibayar. Hanya jalan-jalan ke taman kota pun ditulis, moment anak-anak sereceh apapun ditulis, nulis curhat bisa panjang. Sekarang sebaliknya. 

Mungkin, saya sudah sampai di titik jenuh menulis hal-hal biasa tapi juga tidak mampu menulis hal-hal serius berat nan inspiratif. Kalau dipikir lebih jauh hal-hal berikut yang membuat saya jarang update blog atau tidak terlalu semangat ikut lomba blog. 

Tidak mau membagikan banyak hal pada orang lain

Karena blog sifatnya terbuka, siapa saja bisa dan boleh baca, saya mulai memilah lebih ketat mana keseharian/pengalaman hidup kami sekeluarga yang mau dibagikan atau tidak. 

Dan saat ini saya lebih banyak tidak mau membagikan dengan orang lain, lebih suka menikmatinya sendiri, membuat privasi untuk anak-anak dan keluarga. Merasa tidak perlu menceritakan suka duka sekeluarga yang sifatnya personal menjadi bahan post blog walaupun dengan embel-embel inspiratif. 

Dulu, kalau liburan selain sibuk foto sibuk update status ig sekarang memilih sibuk menikmati. Kalaupun akhirnya di post, berminggu-minggu kemudian. 

Menempatkan blog pada prioritas kesekian

Saat ini kedua anak saya sudah menginjak usia  remaja dan praremaja, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah atau dengan kegiatannya. Saya memiliki waktu  lebih banyak untuk  nulis (seharusnya)  tapi saya memilih tidak karena menempatkan ngeblog pada prioritas lebih bawah dari sebelumnya. 

Mungkin saya termasuk golongan orang yang dikatakan, di atas usia 40 tahun lebih suka diam karena butuh ketenangan heuheu. 

Lebih aktif di media sosial

Saya memang jarang update blog tapi masih rajin isi konten medsos karena merasa lebih praktis dan yang di share hal-hal yang sifatnya kurang personal, seperti masakan, makanan, kalau pun men-share acara keluarga seperti jalan-jalan ga detail hanya foto dan caption beberapa kata. 

Aktif di media sosial bukan sekedar mau eksis tapi mencari peluang cuan hahahah. 

Lagi suka bikin video masakan dan memotretnya. 

Memiliki kesibukan baru 

Selain memiliki kesibukan baru saat ini saya sedang mencari kesibukan baru yang lain, persiapan kesibukan untuk masa usia pensiun hahaha. Btw, pensiun bukan berarti diam duduk manis tapi mengerjakan sesuatu yang sesuai porsi tenaga. 

Kalau teman-teman yang sudah jarang update blog seperti saya apa nih alasannya? 







Baduy Craft, Inovasi Pemuda Suku Baduy Menembus Pasar Global

Baduy Craft, Inovasi Pemuda Suku Baduy Menembus Pasar Global

“Mama tahu suku Baduy?”

“Ya tahulah.”

“Kita ke sana yuk jalan-jalan. Tadi guru aku di sekolah cerita tentang suku Baduy, aku jadi pengen ke sana deh,” celoteh si sulung beberapa minggu lalu.

Sebelum dia mengutarakan keinginannya saya pun ada niat mengajak mereka ke sana bukan sekedar jalan-jalan berwisata tapi mengenalkan salah satu suku dan budaya asli Indonesia yang sedikit tersentuh perubahan jaman dan  bagaimana mereka hidup berdampingan dengan alam dengan selaras, mengambil dari alam untuk kehidupan sehari-hari seperlunya dan mengelolanya agar berkesinambungan. Ini akan selaras dengan isu bagaimana menjaga  lingkungan.

Tentang Suku Baduy

Suku Baduy merupakan salah satu suku sunda yang berada di Lebak Provinsi Banten, mereka menyebut diri sebagai urang Kanekes (urang dalam bahasa Indonesia berarti orang). Suku ini memegang teguh adat istiadat mereka secara  turun temurun. Populasi suku Baduy sekitar 26.000 dan terbagi menjadi dua wilayah yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar sudah tersentuh kemajuan jaman, mereka sudah mengakses listrik, diperbolehkan memiliki handphone,  bisa mengakses internet (walaupun tidak semua wilayah Baduy Luar terjangkau internet), mereka mengenal sabun dan sampo untuk mandi, boleh menggunakan pakaian berwarna dan kaos. Namun pengaruh luar itu diperbolehkan dengan batasan tertentu. Sedangkan Baduy Dalam,  melarang sentuhan kemajuan/dunia luar. Tidak diperbolehkan  menggunakan listrik apalagi handphone, hanya diperbolehkan mengenakan pakaian tertentu dan tidak mengenakan alas kaki, bahkan mereka meminta pemerintah menghilangkan peta mereka dari goggle map untuk mengurangi kunjungan wisatawan, untuk menjaga kemurnian budaya dan adat suku Baduy.

Dengan sedikitnya akses mereka terhadap dunia luar bagaimana mereka bertahan, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Mereka memanfaatkan alam dengan bercocok tanam, berternak dan memenuhi kebutuhan sandang seperti pakaian mereka menenun sendiri begitupun seperti tas mereka menganyamnya sendiri. Namun begitu bukan berarti suka Baduy tidak bisa membaca dan menulis lho, mereka belajar membaca, menulis dan  bisa berbahasa Indonesia, terutama suku Baduy Luar. 

Kerajinan tangan seperti kain tenun, tas anyaman dsb itu sebagian  mereka perjualbelikan pada wisatawan yang berkunjung ke sana. Namun perputaran kerajinan tangan itu tidaklah cepat jika hanya mengandalkan wisatawan yang datang.

Baduy Craft Menjembatani Suku Baduy dan Dunia Luar

Adalah seorang pemuda bernama Narman yang berasal dari wilayah Baduy Luar, berpikir keras bagaimana caranya agar banyak kerajinan suku Baduy yang terjual tidak hanya mengandalkan wisatawan yang datang. Narman percaya jika banyak produk kerajinan suku Baduy terjual kesejahteraan masyarakat Baduy akan meningkat.

Narman, penggagas Baduy Craft


Sebagai pemuda yang sudah mengenal handphone dan internet, Narman belajar berjualan online, ia mempelajarinya secara otodidak. Saat itu sinyal internet di wilayah Baduy Luar masih terbatas, tak jarang ia harus berjalan jauh keluar dari wilayah Baduy Luar hanya untuk mendapat sinyal internet. Usahanya membuahkan hasil, Narman membuka toko online di beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee dan mendapat respon positif. Ia juga membuat akun media sosial untuk produk yang dijualnya. Dan ia menamai produk jualannya dengan nama Baduy Craft, nama yang dipilih untuk menunjukkan spesifikasi dan kekhasan yang dijual. Produk-produk itu Narman ambil dari ratusan pengrajin Baduy, omset terbesar yang pernah diraih Narman sebesar 50 juta.  Beragam  kerajinan Baduy Craft dibadrol dengan harga bervariatif tergantung jenis dan tingkat kesulitan membuatnya. Oh ya kain tenun Baduy dibuat dengan pewarna alami.

Dengan dipasarkannya Baduy Craft secara online, kerajinan Baduy mulai banyak dikenal orang tidak hanya masyarakat Banten dan Jawa Barat, juag seluruh Indonesia dan mancanegara. Seperti wastra Indonesia lainnya, kain tenun Baduy pun memiliki kekhasan tersendiri, dari pilihan warna hingga motif.

Dari jualan secara online, Baduy Craft diundang  mengikuti beragam pameran untuk mengenalkan produk dan adat suku Baduy. Pencapaian ini sangat diapresiasi para pengrajin suku Baduy, mereka menjadi lebih semangat membuat produk kerajinan untuk dipasarkan di Baduy Craft dan taraf hidup mereka meningkat.

Narman tidak terlalu memperhitungan keuntungan yang ia dapat, yang terpenting produknya dikenal dan laku dengan keuntungan untuk para pengrajin Baduy. Rasa bahagianya terbayar dengan semangat dan senyum para pengrajin Baduy.

Narman bisa dibilang sukses mengenalkan dan  memasarkan kerajinan khas Baduy namun bukan tanpa tantangan terutama di masa awal ia mengungkapkan ide itu. Sebagian masyarakat adat menentangnya karena aturan adat melarang penggunaan teknologi bagi warga Baduy.  Namun akhirnya masyarakat adat merestui setelah terbukti penggunaan internet meningkatkan pendapatan dan tidak menggangu orisinalitas budaya Baduy.

Mengintip Produk Baduy Craft 

Teman-teman yang penasaran seperti apa produk Baduy Craft  bisa intip instagramnya Baduy Craft, pada   linktree di profilnya bisa klik alamat tokonya di beberapa marketplace. Produk yang dijual berupa syal, kain tenun khas Baduy, tas dan gelang.




Karena inovasinya Narman mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Award Astra tahun 2018 dengan bidang kewirausahaan.

Penutup kepala suku Baduy, kain biru berbentuk segitiga


 

Referensi

Wikipedia.co.id

www.goodnewsfromindonesia.id

www.satu-indonesia.com

instagram Baduy Craft

wawancara via WA dengan Narman

Mengajarkan anak mengelola uang jajan dan uang ‘hadiah’

Mengajarkan anak mengelola uang jajan dan uang ‘hadiah’

Berapa besaran ideal uang jajan anak?

Berapa sih besaran ideal uang jajan anak sehari? 10 ribu? 5 ribu? 15 ribu? atau tidak perlu diberikan uang jajan? Ehm, menurut saya berdasarkan pengalaman membersamai dua anak yang kini berusia belasan tahun, besaran uang jajan anak itu relatif.

Uang jajan anak


Dulu, saat mencari sekolah dasar untuk si sulung, saya mensurvey beberapa sekolah, salah satu sekolah yang saya survey uang masuknya 20 an jt  spp perbulan 800 ribu itu tahun 2014. Survey kantinnya, harga jajananya, aduhai mihil hehehe. Waduh harus dikasih bekal sekolah berapa nih? Atau tidak usah dikasih bekal sekolah aja. Akhirnya pilih sekolah yang biaya masuk dan sppnya setengah dari sekolah itu hahahah, ya disesuaikan dengan kemampuan.

Menurut saya,  kalau di sekolah disediakan kantin untuk anak-anak jajan sebaiknya anak dibekali uang jajan secukupnya, kenapa? Agar tidak meminta-minta saat temannya jajan. Karena berbagi sama meminta-minta itu beda jauh ya konteksnya hehehe. Ini berdasarkan cerita anak dan teman juga, ada anak yang tidak diberi uang jajan sama ibunya karena sudah dibekali makanan dari rumah tapi karena teman-temannya jajan, anak ini  mungkin 'kabita' , jadi tiap temannya jajan meminta. Duh menurut saya sih sikap anak seperti ini tidak bagus untuk kedepannya.

Anak kedua saya yang sekarang kelas 6 SD saya bekali 10 ribu, makan siang bekal dari rumah, minum selalu bawa dan bisa isi ulang di kelas. Jam sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Jam sekolah formal sampai 14.30, tapi setelah ashar lanjut ikut madrasah tahfiz yang diadakan di sekolah sampai 17.15.  Madrasah tahfiz sampai hari rabu, hari berikutnya pulang jam 14.30 biasanya saya bekali uang jajan 700 ribu karena pulang sekolah di rumah biasanya minta jajan lagi. Uang jajan 10 ribu cukup, sesuai harga makanan yang dijual di kantin dan koperasi sekolah.

Si Kakak kelas 1 sma saya bekali uang jajan 10 ribu, makan siang dari rumah, sekolah sampai 3.30. Uang jajan anak sd kok sama anak sma? Si Kaka biasanya diisinya gopay buat ongkos gojek dan jajan tambahan sekitar 20 ribu perminggu plus kuota. Si Adik jarang sekali diisi kuota hp nya karena memang ke sekolah tidak boleh membawa handphone dan di rumah pake wifi dari hp mamanya. . 

Si Adik pernah cerita, uang jajan temannya ada yang sampai 25 ribu sehari. Setelah diselidiki ternyata itu termasuk makan siang, karena temannya tidak bekal makan siang dan tidak mau ikut catering yang ada di sekolah. Jadi 25 ribu sudah termasuk beli makan siang yang bisa dibeli di kantin dan koperasi sekolah seperti ayam geprek, gado-gado atau nasi chicken katsu, dll.

Sumber uang anak

Selain dari uang jajan, anak-anak juga biasanya punya uang dari hadiah, misal angpau lebaran, dikasih saudara jikaberkunjung atau mendapat hadiah karena prestasi. Hampir semua anak dapat uang lebaran dari saudara atau kakek nenek.

Kedua anak kami di rumah pernah merasakan punya uang sebagai hadiah lomba, hanya seratus ribu  reward dari sekolah, karena kalau lomba biasanya hanya dapat medali dan sertifikat hahaha. Gambar anak-anak juga pernah dimuat di komik next G masing–masing dapat honor 350 ribu.

Mengajarkan anak mengelola uang

Kalau diperhatikan uang yang dimiliki anak-anak dalam setahun cukup banyak juga terutama saat lebaran heuheu. Untuk anak yang belum mengerti nilai uang biasanya di simpan mamanya, untuk anak yang sudah melek uang, punya keingian ini itu, biasanya mereka simpan sendiri. Agar tidak habis plus anak-anak juga bisa mengelola uangnya, saya memberi pengertian dan masukan pada anak-anak.

Menyisihkan uang jajan untuk ditabung/simpan

Saya selalu menekankan pada anak-anak jatah uang jajan tidak bisa nambah, jadi misal kalau 10 ribu habis ya sudah ga bisa minta uang lagi buat jajan. Dan sebaiknya uang jajan tidak dihabiskan tapi sebagian disisakan untuk ditabung/simpan.

Uang tabungan itu bisa digunakan jika perlu atau saat ingin membeli sesuatu yang hargnya mahal. Si Kaka yang SMA sudah paham banget soal ini, uang jajannya sengaja disisain jadi punya pegangan katanya kalau teman sekolahnya rame-rame ngajak jajan atau nonton. Seperti beberapa waktu lalu pulang sekolah Kaka dan teman-temannya mampir ke mie gacoan karena si Kaka belum penah makan di mie gacoan. Ya walaupun kedai mie gacoan deket dari rumah setiap lewat kok keliatan ngantri, jadi malas mau mampir.

Uang hadiah karena jumlahnya besar masih mereka titipkan ke saya. Uangnya saya belikan LM dan  saya tunjukkan  ke anak-anak, bahwa ini punya mereka berdua, saya jelaskan juga alasan dibelikan LM, mereka jadi sedikit belajar investasi LM hehehe.  

Berbagi dan atau zakat

Mengingatkan anak-anak soal pentingnya berbagi dan mengenalkan pada zakat, infak dan shadaqoh. Sejak mereka paham tentang zakat, infak dan shadaqoh, jika di sekolah ada infaq dan shadaqoh (biasanya setiap jumat ada kegiatan infak di sekolah) mereka pakai uang jajannya. Saya pernah bilang kalau uang infak minta ke mama, nanti pahala dan berkahnya buat mama.

Menentukan kebutuhan prioritas

Butuh atau cuma ingin? Seperti orang dewasa, kalau punya uang  lebih anak-anak suka tiba-tiba merasa butuh ini itu, kedua anak saya juga begitu. Kalau dapat uang tak terduga dengan jumlah lumayan  minta jalan-jalan dan  makan di restoran, kayak orang ga pernah diajak makan di mall aja.

Kalau sekedar jalan-jalan makan oke tapi tidak berlebihan menghabiskan uangnya. Pilih makanan yang harganya terjangkau, makan enak ga harus ke mall, mie ayam Bangka deket sekolah, why not.

Yang kita mau tidak harus dibeli/dimiliki

Saya selalu mengingatkan anak-anak apa yang kita mau tidak harus dibeli atau dimiliki, apalagi jika tidak penting. Ini sekaligus mengajarkan anak mengendalikan diri.

Bermain games sambil belajar soal keuangan

Mengajarkan anak mengelola uangnya  bisa juga  diajarkan melalui games. Games dengan konsep enterpreneur. Misal games coffee shop, ceritanya anak-anak memiliki Coffee Shop.    Games ini mengajarkan anak tentang inventory jika berjualan, strategi, penetapan harga, memprediksi keuntungan dan melihat respon pembeli.

Coffee shop

Games farming simulation, menanam dan merawat tanaman secara virtual dengan perhitungan bisnis.

Farming simulation

Menanam benih, panen dan mengembangbiakan ternak. Lalu menjualnya ke past ar di kota. Keuntungan dibelikan lagi benih dan peralatan bertani. 

Games ini bisa teman-teman lihat di  money games   , ada banyak macam games yang bisa dimainkan anak-anak dengan tema berbeda-beda. 

Selain itu ada juga jenis games berkonsep lingkungan,  Enviromental Games, games yang bisa mengenalkan anak pada lingkungan, energi terbarukan, recycling dan management sumber energi. Seperti games Win and Solar.  Permainan energi terbarukan dimana pemain menyesuaikan penempatan  kincir angin dan solar planel untuk mendapatkan energi matahari secara maksimal.

Enviromental games 

Gerakkan panel surya ke kiri atau ke kanan sesuai kebutuhan agar terpapar matahari secara maksimal. Kincir angin dinaikkan atau diturunkan sesuai tinggi angin  yang datang, jika sesuai kincir angin akan berputar. Di sebelah pengatur waktu ada pengukur energi total yang menunjukkan berapa banyak energi yang dihasilkan. 

Penasaran? Yuk coba main bareng si kecil. 

 

 

GenRengers EduCamp, Mengedukasi Remaja untuk Mencegah Pernikahan Dini

GenRengers EduCamp, Mengedukasi Remaja untuk Mencegah Pernikahan Dini 

Beberapa waktu lalu diberitakan di sejumlah media jika permintaan dispensasi menikah mengalami kenaikan di sejumlah daerah. Permohonan dispensasi diajukan oleh orang tua yang ingin menikahkan anaknya tapi berusia masih muda, di bawah usia minimal yang diperbolehkan menikah sesuai UU Perkawinan yaitu 19 tahun.

Fenomena pernikahan dini ini seperti gunung es, nampak sedikit dipermukaan, kenyataannya sangat banyak dan tidak menunjukkan angka penurunan yang signifikan setiap tahunnya malah di beberapa daerah mengalami kenaikan. Di negara Asia Tenggara lain, Indonesia merupakan negara dengan kasus pernikahan dini terbanyak kedua (setelah Kamboja) dan menempati peringkat ke 8 di dunia.

Dampak buruk pernikahan dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia 19 tahun. Ini mengacu pada UU Perkawinan yang mengijinkan menikah jika usia sudah di atas 19 tahun. Di berdasar pada studi kesehatan jika pernikahan dilakukan di bawah usia 19 tahun,  ada banyak resiko yang akan ditanggung Ibu saat hamil. Resiko kesehatan untuk ibu dan bayi serta resiko pengasuhan. Usia 19 tahun dinilai emosi ibu belum stabil. Untuk teman-teman yang sudah menikah dan memiliki anak mungkin kenal istilah  syndrome baby blues. 

yang lumrah dialami banyak ibu setelah melahirkan. Sydromeedukasi  yang bisa sembuh dengan sendiri namun tidak jarang syndrome ini mengarah pada kesehatan mental yang berbahaya.

Resiko , menjadi stunting. Ini tentunya menjadi ancaman serius karena stunting berpengaruh pada kualitas generasi suatu bangsa berikutnya. Stunting atau kekurang gizi yang menyebabkan anak tumbuh kurang cerdas dan tidak tangguh secara fisik.

Ada banyak faktor yang menyebabkan pernikahan dini terjadi, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya dan pergaulan bebas.

Faktor ekonomi, menikahkan anak melepas tanggung jawab dan melepas beban saalah satu anggota  keluarga.

Pada beberapa daerah  beranggapan anak selesai sekolah, memang waktunya menikah jika khawatir tidak dapat jodoh, menikah diatas 25 dinilai perawan tua.

Pernikahan karena kehamilan. Kasus ini tak kalah banyaknya dan menjadi peer untuk kita sebagai orang tua.

Pernikahan dini memiliki banyak faktor resiko, resiko kesehatan ibu saat melahirkan dan  ketidaksiapan menjadi ibu secara pengetahuan tentang pengasuhan (termasuk soal gizi), ketidaksiapan fisik dan mental  akan menyebabkan anak stunting. Selain itu ada juga resiko ekonomi, dengan menikah dini, apakah sudah mandiri secara ekonomi? Terlebih jika dilakukan di usia sekolah, pasangan menikah dini belum bekerja yang akhirnya melahirkan kemiskinan baru.

GenRengers Educamp

Kasus pernikahan dini banyak terjadi di daerah, salah satunya di Kubu Raya Kalimantan Barat, hal ini menggerakkan Nordianto untuk melakukan suatu kegiatan yang dapat menekan tingginya angka pernikahan dini.

GenRengers EduCamp


Keinginannya untuk berkotribusi pada pencegahan nikah dini, berawal dari keikutsertaan Nordianto menjadi peserta PIK Remaja BKKN yaitu pelatihan tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas serta NAPZA. Mengenai pernikahan dini, mengingatkan Anto (panggilan akrab Nordianto) pada ibunya yang menikah muda. Ibunya pernah berkata, andai saja beliau tidak menikah muda mungkin kehidupannya lebih baik. Anto juga melihat efek pernikahan dini pada Ibu yang menyebabkan ibunya sering sakit-sakitan karena hamil pada usia terlalu muda dan sempat mengalami keguguran beberapa kali.

Tahun 2016 Nordianto menggagas kegiatan yang diberinama GenRengers Educamp. Berbentuk aktivitas camp yang rutin digelar  sebagai bentuk pendidikan alternative. GenRengers Educamp dibentuk untuk melahirkan relawan yang peduli dan paham isu-isu kesehatan khususnya pernikahan dini dan pola pergaulan remaja. Di GenRengers Educamp juga diajarkan pentingnya kemandirian ekonomi dalam membangun rumah tangga untuk memutus rantai kemiskinan.  

Kegiatan GenRengers Educamp sudah melibarkan 14 kabupaten kota sepanjang tahun 2016. Tahun berikutnya 10 kota dan lima provinsi selain Kalimantan Barat untuk mengadakan kegiatan sejenis dengan mereplikasi dan memodifikasi GenRengers Educamp. Hingga ini telah ada 20 relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp.

Dengan tim inti ini dalam dua minggu sekali Nordianto merancang dan mengadakan kegiatan Educamp di pelosok daerah Kalimantan Barat yang rentan pernikahan dini dan pergaulan bebas. Harapannya dari setiap acara Educamp yang diadakan akan lahir relawan baru yang kemudian berperan, menyebarkan informasi mengenai dampak negatif pernikahan dini serta pentingnya pendidikan agar masa muda bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan diri, meraih mimpi dan  berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

Keseriusan kampanye Anto dalam mengkampanyekan dampak negative nikah muda mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Awards yang diselenggarkan PT. Astra International pada  tahun 2018. Sebelumnya, Anto menjadi delegasi Asia-Pasifik untuk kegiatan Indigenous People Youth Conference di Rio De Janeiro Brasil.


sosok Nordianto Hartoyo


 

Referensi

kemenpora.go.id

goodnewsfromindonesia.id

bkkbn.go.id

satuindonesiawards.astra.co.id

Zulrifan Noor, mengelola zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian ekonomi

Zulrifan Noor, mengelola zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian ekonomi 

Jeratan  rentenir 

Masyarakat kita belum bisa sepenuhnya lepas dari rentenir, salah satunya karena faktor ekonomi yang lemah. Sasaran pada rentenir ini memang masyarakat yang kepepet yang sebenarnya tahu resiko ‘tanpa ampun’ rentenir tapi karena terpaksa dilakukan. Tapi tak sedikit UMKM yang terjerat rentenir, ini terjadi pada tetangga saya pemilik warung kelontong dan jajajan anak-anak, niat meminjam untuk menambah modal usaha, ternyata bunga pinjaman lebih besar dari laba yang didapat dari warung, terlebih laba dari warung sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Cicilan tak terbayar, pinjamanpun membengkak dari asalnya dua juta sampai belasan juta. Beruntung keluarga besar tetangga saya ini mau membantu, hingga akhirnya pinjaman lunas.

Penyaluran bantuan


Di kota besar, muncul rentenir modern dengan nama keren, pinjaman online atau online, bukan satu dua orang korban pinjol ini berakhir naas, selain bertambah miskin.

Situasi yang sama terjadi di desa Tabalong Kalimantan Selatan yang sebagian masyarakatnya menggantungkan hidup pada usaha karet dan UMKM. Keadaan ini tidak menjadi masalah sampai wabah Covid-19 terjadi dan menghantam perekonomian. Penghasilan menurun tapi kebutuhan hidup seperti sandang dan makan tidak bisa ditunda, tawaran pinjaman dari rentenir yang mudah didapat dengan janji manispun membuat masyarakat luluh terlebih kebutuhan pangan tidak bisa ditunda. Cicilan pertama bisa dibayar seterusnya menunggak dan terus menunggak, bunga pinjaman makin besar malah lebih besar dari pinjamannya, rentenir yang menagihpun makin galak. Masyarakat menjadi miskin, yang asalnya miskin makin miskin.

Keadaan ini membuat Zulrifan Noor, gelisah terlebih masyarakat yang terjerat rentenir sebanyak 80%. Tak sampai hari melihat tetangga sekitarnya bertambah miskin dengan hutang yang menumpuk.

Sosok Zulrifan Noor


Terbersit ide memanfaatkan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf untuk membantu keadaan ini. Caranya dana yang terkumpul dari zakat, infaq, shadaqah dan wakaf dari orang yang mampu, dikelola dan disalurkan pada UMKM, untuk modal dan membayarkan hutang pada rentenir dan UMKM yang mendapat bantuan ini membuat perjanjian tertulis untuk tidak meminjam lagi pada rentenir.

Untuk mempermudah bertanggungjawaban mengenai pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf, Zulrifan Noor mendirikan Baitul Maal Wakaf Indonesia (BWI). Sasaran utama penerima adalah para UMKM mikro, kecil dan menengah, yang membutuhkan modal usaha atau yang terlilit hutang pada rentenir.

Yang membedakan BWI dari koperasi dan fundraising adalah konsep sumber dana dan penyalurannya. Penyaluran selain pada UMKM dan masyarakat yang terlilit rentenir juga pada kaun dhuafa dengan penyaluran beras gratis.

Sejauh ini, sudah Rp.50,5 juta telah dikucurkan untuk membantu 300 orang fakir miskin. Dan 15 diantaranya sudah terlepas dari hutang rentenir. Penerima bantuanpun dibina agar usahanya meningkat dan tidak terjerat lagi oleh rentenir.

Kontribusi Zulrifan Noor mampu mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga berdaya dan mandiri.

Zulrifan Noor lahir di Tabalong Kalimantan Selatam pada tanggal 16 Juli 1990 berhasil mendapat penghargaan Astra Satu Indonesia Awards 2020 dengan katagori ‘Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19’.\

Sekilas tentang zakat, infak, shadaqoh dan wakaf

Zakat, infak, shadaqoh dan wakaf adalah kewajiban yang harus ditunaikan setiap kaum muslimin yang sifatnya memberi untuk mengharapkan pahala dan ridha Allah atau agar mendapat keberkahan.

Zakat adalah memberikan sebagian harta atau penghasilan sebesar 2.5% dan hukumnya wajib. Sedangkan infak, shadaqoh dan wakaf hukumnya sunnah (tidak harus), jumlah dan waktu memberinya pun bebas.

\Infak biasanya berupa uang. Shadaqoh biasanya bukan dalam bentuk uang tapi benda berguna  bisa pangan, sandang atau papan. Sedangkan wakaf, memberi sesuatu yang sifatnya tidak habis atau terus menerus, misal wakaf sumur, artinya sumur bisa digunakan semua masyarakat tanpa batas waktu. Artau contoh lain wakaf tanah untuk kuburan, jalan, masjid dsb.

Semoga langkah memanfaatkan zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian umat yang dilakukan Zulrifan Noor menginspirasi. 

Referensi 

www.satu-indonesia.com

www.kompas.com

Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali

Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali 

Pandemi Covid-19 telah berlalu, anak-anak sudah kembali bersekolah dengan normal dengan tawa ceria karena mereka bukan hanya bisa belajar juga bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.

Namun pandemi menyisakan banyak cerita yang kelak akan dikenang. Salah satu cerita inspiratif dari masa pandemi adalah sosok Gede Andika dari Buleleng Bali. Pandemi mengguncang semua sektor kehidupan yang paling terasa adalah sektor pariwisata. Bali yang menjadikan pariwisata sebagai sektor penggerak ekonominya lumpuh yang berimbas pada perekonomian keluarga. Banyak anak yang harusnya sekolah secara online tidak melakukannya karena tidak ada dana untuk membeli kuota. Itu yang dirasakan Gede Andika saat pulang kampung ke tempat kelahirannya Desa Pemuteran kab. Buleleng Bali. Ia mendapati jalanan yang biasanya rame dengan lalu lalang wisatawan asing, kini sepi. Anak-anak yang seharusnya sekolah daring hanya bermain-main di rumah karena tidak memiliki handphone apalagi  kuota.

Kelas KREDIBALi


Ini membuat hati Gede Andika miris, apalagi ini terjadi pada anak-anak di kampung halamannya, desa Pemuteran. Ia memutuskan menunda keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S2 dan membantu anak-anak ini dengan merintis KREDIBALI yang merupakan singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan dengan kegiatan mengadakan kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak dari SD sampai SMP yang tidak bisa mengikuti kelas daring. Tidak seperti kursus biasanya, KREDIBALI ini hanya menerima siswa dengan bayaran sampah plastik.

Banyak anak-anak yang tertarik untuk ikut kegiatan ini tapi Gede Andika membatasi hanya untuk siswa/siswi yang tidak mampu, siswa yang orang tuanya penerima bantuan sosial dan BLT, juga siswa yang orang tuanya terkena dampak COVID-19 karena bekerja di sektor pariwisata.

Sampah plastik yang dibawa para siswa akan dikumpulkan lalu ditukarkan dengan beras. Dan beras ini akan diberikan pada lansia  yang membutuhkan.

Dalam program penukaran sampah plastik ke beras KREDIBALI bekerja sama dengan Plastic Exchange yaitu sebuah program yang diinisisasi oleh Made Janur Yasa aktivis lingkungan dan kemanusiaan asal Bali.

KREDIBALI

Kelas KREDIBALI  mengajarkan bahasa Inggris dan diadakan setiap hari Minggu dan kelas dibagi menjadi 3 tingkatan basicjunior dan general. Untuk pengajarnya sendiri kini ada 6 orang termasuk Gede Andika, dan tak jarang ada relawan yang ikut mengajar.

Salah satu alasan memilih bahasa Inggris karena Bali sebagai salah satu tujuan wisata Dunia, masyarakatnya akan kerap berinteraksi dengan orang asing dan berbahasa internasional,  dan banyak masyarakat Bali bekerja di sektor wisata, karena itu sangat penting memiliki kemampuan berbahasa Inggris terlebih desa Pemuteran adalah salah satu desa yang banyak dikunjungi wisatawan sebelum pandemi.

Mengajak anak ikut KREDIBALI


Selain itu program pembarayan dengan sampah plastic secara tidak langsung mengajarkan anak-anak akan kepedulian pada sampah, bagaimana mereka memililah sampah dan menjadi tahu dampak sampah platik yang tidak bisa hancur jadi harus didaur ulang.

Apa yang dilakukan Gede Andika bukan tanpa hambatan salah satunya  dari aparatur desa yang khawatir dengan protokol kesehatan anak-anak. Setelah Gede Andika memberikan pemahaman disertai berbagai riset yang telah dilakukan dan tegasnya aturan protokol kesehatan yang diterapkan, akhirnya dari pihak desa memberikan izin untuk menggunakan ruangan rapat. Lalu dari pihak orang tua juga awalnya menentang anaknya mengikuti KREDIBALI karena takut biayanya mahal. Setelah diberitahu tidak dipungut biaya dan hanya membawa sampah plastik akhirnya kini banyak orang tua yang mendukung anaknya agar bisa mengikuti kursus di KREDIBALI.

Karena kegiatannya ini  I Gede Andika Wira Teja menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra Indonesia sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19.

 

Referensi.

www.idntimes.com

www.satu-indonesia.com

www.goodnewsfromindonesia.id