Tampilkan postingan dengan label kuliner. Tampilkan semua postingan

Oleh – oleh kekinian dari Kota Bogor

Oleh – oleh  dari Kota Bogor

Post blog ini masih ada hubungannya sama acara Jelajah Gizi Bogor yang saya ikuti pertengahan bulan Oktober lalu yang  liputan pernah saya tulis di Jelajah Gizi Bogor; Aksi Kita Menentukan Masa Depan.


Sejalan dengan tema Hari Pangan Sedunia yang jatuh tanggal 16 Oktober, yaitu Aksi Kita Menentukan Masa Depan, Jelajah Gizi Nutricia – Sarihusada eksplorasi potensi pangan Kota Bogor dan mendorong implementasi healty diets untuk Bumi dan Masyarakat yang lebih sehat.

Jelajah Gizi Bogor 

Selain menjelajah makanan khas daerah, dari mulai icip –icip kuliner di sepanjang jalan Suryakencana kita juga mengunjungi perkebunan Boja Farm, melihat bagaimana proses penanaman, mengunjungi perkebunan Talas, umbi – umbi an khas Bogor dan pengolahan beragam camilan dari buah Pala. Yap, Jelajah Gizi ga sekedar icip – icip, peserta diajak langsung melihat bagaimana proses makanan sampai ke tangan konsumen, dari mulai penanaman, pengolahan dan penyajian. Dan yang tak kalah penting mengetahui kandungan gizinya, dengan narasumber yang menemani sepanjang acara Jelajah Gizi berlangsung Prof. Ahmad Sulaeman, pakar gizi dan ketahanan pangan IPB.

Boleh baca Jelajah Gizi Bogor; Aneka olahan buah pala, oleh - oleh khas kota Bogor
Di 2 blog post sebelumnya saya menuliskan kuliner khas daerah, kali ini kuliner kekinian yang menjadi oleh – oleh kota Bogor.  Istilah kekinian saya ambil karena makanan ini bisa dibilang bercitarasa western yaitu roti, cake dan pasta.

Sejalan dengan yang  diungkapkan Prof Ahmad; Pola konsumsi masyarakat memang berubah – rubah sesuai dengan perkembangan jaman. Yang penting adalah menyadarkan masyarakat bahwa pola makan yang sehat merupakan hal yang dapat diakses dan didapatkan secara mudah.

Aneka Olahan Buah Pala, Oleh - Oleh Khas Kota Bogor

Aneka Olahan Buah Pala, oleh - oleh khas kota Bogor   buatan Kelompok Wanita Tani kampung Buntar Muarasari Bogor.

Jelajah Gizi hari kedua kami mengunjungi Kelompok Wanita Tani kampung Buntar Muarasari Bogor. Sesuai tema Jelajah Gizi hari ke-2 yaitu melihat langsung proses pengolahan pangan. Kelompok Wanita Tani di sini  mengolah buah pala menjadi beragam makanan dan minuman sebagai oleh – oleh khas kota Bogor dengan merk Mysari.

Keseruan Jelajah Gizi Bogor 2019 secara lengkap bisa baca di Jelajah Gizi Bogor 2019, Aksi Kita Menentukan Masa Depan 

Foto dokumentasi Dadang Trippo

Beberapa produk olahan pala KWT kampung Buntar Muarasari adalah permen pala, sirup pala, minuman pala dan manisan pala basah.


Peserta Jelajah Gizi diajak melihat langsung proses pembuatan permen pala.

Membuat permen pala
Foto dokumentasi pribadi/rinasusanti


Pada kunjungan ini Prof Ahmad Sulaeman, pakar gizi dan keamanan pangan IPB, yang menjadi narasumber selama Jelajah Gizi berlangsung,  memaparkan Indonesia adalah menyumbang 60% kebutuhan pala dunia, dua kota di Jawa Barat pengekspor biji pala adalah Bogor dan Sukabumi. Minyak dari biji pala digunakan untuk berbagai macam campuran dari parfum hingga minuman. Itu sebabnya biji pala dihargai cukup tinggi dan diekspor. Daging buah pala mengandung banyak serat dan dapat mengobati Insomnia, lanjut Prof. Ahmad.

Empat Kuliner Legendaris kota Bogor

Jelajah Gizi Bogor 2019; Empat  Kuliner Legendaris kota Bogor

Empat kuliner legendaris kota Bogor ini harus teman - teman coba jika berkunjung ke Bogor

Foto dokumentasi Dadang Tri Ippo

Jalan – jalan ke suatu daerah rasanya belum afdol kalau tidak mencicipi kuliner khasnya. Walaupun mungkin makanan sejenis ada di kampung halaman tapi pasti ada satu hal yang membedakannya, yaitu citarasa. Citarasa ini menjadi unik karena makanan dengan nama sama di daerah berbeda, menggunakan racikan bumbu yang berbeda atau ada beberapa dari campuran makanan itu yang berbeda.


Tentang keseruan Jelajah Gizi Bogor secara lengkap teman – teman bisa baca di Jelajah Gizi Bogor 2019, Aksi Kita Menentukan Masa Depan


Contohnya Soto. Banyak daerah di Indonesia memiliki masakan bernama soto, tapi soto bandung jelas berbeda dengan soto betawi, berbeda jauh dengan soto mie bogor, beda banget dengan soto (coto) makasar, beda juga dengan soto lamongan. Di Bogor ada dua jenis soto yang terkenal yaitu soto mie dan soto kuning.

Jadi gak berlebihan  kalau dibilang Indonesia ini sangat kaya dengan keanekaragaman, bukan hanya budaya juga citarasa dalam masakan.

Kuliner Bandung


Kuliner Saat Lebaran. Mudik, pulang kampung, tidak afdol rasanya kalau ga kulineran, jajan makanan khas daerah atau jajanan kekinian yang lagi ngetrend. Saya mudiknya ke Bandung kulineran yang biasanya saya jajal adalah batagor, tumis oncom Bandung, ketan bakar bumbu oncom.


Kalau mudik juga biasanya jalan – jalan barengan sama keluarga besar, adik, ponakan, ibu dan bapak. Kalau mengajak Ibu dan Bapak kita pilih kulineran yang nyunda. Lidah mereka mah ga bisa move on dari sambal dan lalapan, jadi pilihannya pasti restoran sunda. Sebenarnya saya juga susah move on sih dari citarasa sunda, kalau jalan – jalan seputaran Jakarta danTangsel aja mentoknya makan di restoran sunda kalau ga ada rumah makan padang. Kalau makan pasta – pasta atau yang kekinian kok ga berasa makan ya hahaha.

Ada beberapa rekomendasi tempat jajan di Bandung

Resep Soto Ayam Kampung


Resep Soto Ayam. Assalamualaikum, penggemar soto mana suaranya? Saya penggemar semua jenis soto. Soto Bandung, soto kuning Bogor, soto ayam tanpa santan, soto daging betawi, soto mie Bogor.

Kuahnya yang segar dan gurih, ditambah rasa asam dari perasan air jeruk limodan sambal, mantap tenan ya. Apalagi dinikmati saat cuaca dingin, kayaknya pas deh. Pas juga buat menu berbuka puasa yang cenderung bawaannya pengen makan yang hangat – hangat dan segar.

Kuliner Favorit di BSD, Sate Kambing Muda Yogyakarta H.Paijo

Kulnerdi Bumi Serpong Damai Tangsel. Secara administratif tempat tinggal saya masuk ke wilayah kab. Bogor tepatnya Gunung Sindur. Tapi secara geografis deketnya ke Pamulang dan BSD Tangerang Selatan, jadi kalau ada keperluan belanja, jalan – jalan, kuliner ya ke pamulang  atau BSD.

Bicara soal kuliner di sekitar BSD, banyak banget yang rekomended. Di sepanjang jalan pahlawan seribu, setelah pertigaan puspitek dan sebelum statsiun rawa buntu, berderet kuliner – kuliner menggugah selera dan umumnya sudah terkenal. Bebek Kaliyo, ayam kremes bu Condro, Sop Janda, gado – gado Ria, sup ayam Klaten pak Mien, Sate Kambng Muda Yogyakarta Bpk. H. Paijo dan yang terbaru (baru di buka beberapa bulan lalu) adalah bakso Budjangan.

Alhamdulillah sudah mencicipi kuliner – kuliner di sini yang belum hanya bakso Budjangan karena keburu bulan puasa hehehe.

Sate Kambing Muda Yogyakarta H.Paijo
Luas,  dilengkapi Playground dan mushola

Jika teman – teman mau berbuka puasa bersama keluarga atau teman di sekitar BSD sini, saya rekomendasikan Sate Kambung Muda Yogyakarta Bpk. H. Paijo, karena tempatnya luas banget, ada area lesehan dan duduk. Dari luar memang nampak kecil hanya bangunan rumah tapi di belakangnya luas dan ada bangunan lain - selain area lesehan.

Arsitektur dan dekorasinya jawa, dengan kursi – kursi, meja dan lemari jati antik. Dilengkapi area play ground yang cukup komplit.

Oh ya area parkir di depan memang tampak kecil karena di belakang ada area parkir lain, masuk dari gang samping restoran.

Menu dan harga
Makanannya, mantap banget memang sih harganya sedikit diatas harga kuliner  sejenis tapi kualitas daging, dan bumbunya memang top.

Sate, potongan besar dan tanpa lemak.




Sop dagingnya. Mericanya terasa banget.




Oh ya kami juga memesan seporsi tahu goreng yang langsung tandas tak sempat di foto. 

Makan Zaman Now di Yumzaa Restaurant

Makan Zaman Now di Yumzaa
Sebagai ibu yang hampir 24 jam di rumah kecuali antar jemput anak sekolah, ke pasar dan mini market, menghabiskan weekend di luar rumah sekalian wisata kuliner adalah saat yang ditunggu – tunggu. Kriteria utama kami saat memilih tempat makan adalah bersih, nyaman, harga terjangkau dan ada yang menu yang pas untuk anak - anak.

Restoran Yumzaa, nyaman banget

Bersih, nyaman dan harga terjangkau, memang ada? Bukannya bersih dan nyaman identik dengan restoran  karena ruangannya pasti bersih dan berAC?  Ada donk yaitu  di  restoran Yumzaa. Restoran yang sudah memiliki beberapa cabang ini bulan Desember lalu meluncurkan konsep Makan Zaman Now yang bernama Mini Meal. Sesuai dengan namanya,  porsinya memang mini, 1 porsi ga cukup dan membuat nambah dan nambah lagi. Tapi walaupun nambah harganya tetap terjangkau lho karena harganya seporsinya hanya Rp 9.900 ,- dan ada 6 varian mini meal, jadi kalau nambah bisa coba menu berbeda.


Satu porsi bikin nambah dengan menu berbeda

Keenam varian Mini Meal itu diantaranya Spaghetti Carbonara, Spaghetti Bolognese, Mie dengan Ayam Pedas, Mie dengan Ayam Lada Hitam, Nasi Goreng Ayam Chop, Nasi Goreng Ayam Saus XO. Cucok untuk teman – teman yang suka berpetualang lidah dengan menu dan rasa baru.

Walaupun harganya terjangkau tidak mengurangi kualitas citarasa dan servicenya lho. Itu yang saya rasakan setelah mencicipi semua menunya.  Bumbu Mienya terasa dan beraroma. Beda banget sama mie ayam biasanya dimana mienya terasa tawar atau hanya berasa asin.

Oh ya selain Mini Meal ada 9  menu lain dengan harga 1 porsinya dibawah Rp 17.000,-, yaitu; daging sapi Mongolia, ayam kung fao, ayam goring pedas bawang putih, ayam goreng pedas, tahu jamur shimeji, wanton goring, tumis buncis daging sapi dan tumis kailan bawang putih.


Daging sapi Mongolia

Beragam menu dengan harga ramah di kantong

Ayam goreng pedas 

Mungkin teman – teman bertanya, ada di mana saja sih restoran Yumzaa itu? Selain di Transmart Graha Bintaro dimana desember lalu saya mencicipinya kelima belas menunya, restoran yumzaa juga ada di Cibinong City Mall, Supermal Karawaci, dan Transmart Dewi Sartika.

Yumzaa pas untuk dikunjungi barenga keluarga atau teman, karena pilihan menunya variatif, cita rasa Asian dan western food suasananya sangat nyaman.

Untuk para Mama yang kadang galau ngajak makan anak – anak ke restoran karena makanan suka bersisa (dilemma pesan satu porsi kebanyakan, satu porsi berdua kurang atau antara anak satu dan lainnya beda selera, hal yang sering saya alami sebenarnya hehehe.  Restoran Yumzaa ini cocok porsinya untuk anak – anak.

Keseruan Launcing konsep Makan Zaman Now
Tanggal 22 Desember lalu saya dan teman – teman ke Yumzaa untuk mencicipi menu berkonsep Makan Zaman Now ini sekaligus sharing food fotography dari beberapa teman yang memang sudah mahir memfoto makanan.

Ngintip para food blogger motret makanan
Acara menjadi meriah karena beberapa dari kami ditantang lomba  makan 15 porsi makanan berbeda termasuk 6 Mini Meal. Pemenangnya sesuai prediksi juri, yang kurus seperti saya kalah hahaha. Yap, untuk saya 4 porsi saja sudah sangat kenyang.

Tapi setidaknya saya jadi yang pertama merasakan enaknya menu - menu di Yumzaa.

Peserta lomba makan 

Ada yang penasaran dengan menu – menu Makan Zaman Now di Yumzaa? Kalau saya sih iya masih penasaran karena belum sempat mengajak anak – anak dan suami ke sana.

Keseruan hari itu 






Dendeng Balado, Citarasa Nusantara dari Sumatra Barat

Dendeng balado, masakan khas Sumatra Barat ini memang kurang popular di banding rendang atau sate padang. Mungkin karena tidak sepopuler rendang, tidak semua rumah makan/warung nasi padang menyediakan menu ini kecuali rumah makan padang yang cukup besar dan komplit.

Dan jangan heran jika teman-teman memesan menu dendeng balado, penampakan dan citarasanya akan berbeda antara satu rumah makan padang dengan rumah makan padang lainnya. Ada yang potongan dagingnya kering dan renyah, diatasnya diberi bumbu cabe merah. Ada yang tekstur dagingnya empuk dengan bumbu cabe berminyak,  seperti ini;

Resepnya aslinya tidak memakai kentang, tapi saya tambahkan kentang karena request Pak suami.

Dendeng Balado Basah

 Kesamaannya, irisan dagingnya  tipis.

Saya mengenal dendeng balado sejak menikah karena Pak Suami berasal dari Sumatra Barat. Seperti kebanyakan perantauan asal Sumbar, walaupun mereka tinggal lama diperantauan soal selera tidak bisa move on, jadi mewariskan resep masakan tradisonal keluarga itu seperti keharusan. Nggak  heran bulan-bulan pertama menikah, saya ditraining beberapa masakan khas Sumbar, dua diantaranya rendang dan dendeng balado.

Boleh baca resep rendang 

Mungkin karena selera orang Sumbar yang merantau susah  move on dari resep warisan leluhurnya dan banyaknya orang Sumbar yang merantau,  rumah makan padang mudah ditemui di manapun, termasuk di luar negeri,  hingga akhirnya menjadi selera orang Indonesia. Selain karena citarasa pedas dan kaya rempah yang membuat masakan padang enak, khas dan menggugah selera.

Dendeng Balado
Untuk saya yang awam soal kuliner dan baru menjajaki masakan padang di rumah makan – rumah makan padang Jabodetabek, hanya mengenal dua jenis dendeng balado yaitu dendeng balado basah dan kering.

Saya sebut dendeng balado kering karena dendeng nampak kering alias tanpa kuah dengan bumbu cabe yang diletakkan di atasnya. Dendeng jenis ini yang umum di temui di banyak rumah makan padang  Jabodetabek  (karena saya baru menjelajah rumah makanpadang di Jabodetabek dan Bandung, semoga suatu saat bisa langsung di Sumbar). Dendeng balado basah, dengan  bumbu cabe berminyak.
Setelah saya membaca-baca artikel pakar kuliner Bondan Winarno, saya menjadi tahu ternyata ada 4 jenis dendeng yang ada  di Sumbar, yaitu dendeng balado, dendeng batokok, dendeng lambok dan dendeng baracik.

Dendeng balodo adalah irisan daging tipis yang digoreng garing lalu disiram sambal berwarna merah. Proses pembuatannya, irisan daging mentah dibumbui cabai lalu di jemur sampai kering, kemudian di goreng saat akan di sajikan. Tekstrurnya garing dan renyah.

Dendeng batokok adalah dendeng khas Bukitinggi. Istilah batokok diambil dari cara memasak dendeng ini yang dengan cara  ditokok-tokok atau dipukul-pukul. Jadi daging mentah di rendam dalam bumbu lalu diiris tipis, setelah itu dipukul-pukul batu atau cobek agar seratnya pecah, lebih tipis dan lebar, bumbu pun ikut meresap. Daging ini kemudian dibakar setelah matang,  dilumuri dengan minyak tanak dan bumbu cabai.

Dendeng Lambok, Irisan daging sapi yang direbus dengan bumbu balado sampai menyisakan kuah minyak. Tapi tidak menggunakan santan jadi kuahnya berasal dari minyak. Ciri khas lain dari dendeng balado basah ini bumbunya pedas asam karena di tambahkan tomat dan asam jawa.

Dendeng Baracik. Ini adalah dendeng khas Minangkabau. Dendeng ini dibuat dari potongan tebal bagian dada sapi kemudian dijemur agar layu setelah dilumuri bumbu. Proses pelayuan berlanjut di dapur yang panas dan penuh asap. Dendeng ini disajikan dengan mengiris dari bongkahan daging layu itu kemudian digoreng dan dibumbui bumbu cabai bertomat.

Dari keempat macam dendeng balado diatas, dendeng balodo  yang biasa saya masak mirip dengan dendeng lambok atau mungkin termasuk jenis dendeng lambok. 

Kenyatannya, jarang sekali saya menemukan dendeng yang nama dan penampakannya seperti 4 jenis dendeng di atas. Misalnya saya pernah memesan dendeng batokok,  di rumah makan padang A berbumbu cabai merah, dirumah makan padang lain berbumbu cabai hijau, ada yang citarasanya asam pedas, ada yang full  pedas. Mungkin karena dalam dunia kuliner tidak ada standar baku jadi satu resep bisa dikreasikan dengan beragam tapi itulah yang membuat dunia kuliner  selalu menarik  dan bisa terus bertambah keragamannya, tak habis untuk dijelajahi rasanya.

Oh ya menurut saya dendeng balado basah versi resep keluarga suami  lebih mudah membuatnya di banding rendang, waktu memasaknya lebih singkat, campuran bumbunya lebih simple walaupun tetap campuran rempahnya harus tercium dan terasa karena ini yang memperkaya citarasanya.


Jika teman-teman ingin mencoba membuatnya, saya bocorkan nih tip dan trik cara memasaknya;

Irisan daging harus tipis agar bumbu meresap, lebih gurih dan empuk.

Jika saat memasak kuah mengering dan daging masih belum lembut, tambahkan air panas, agar daging cepat empuk.

Tomat ditambahkan setelah daging agak empuk, begitu juga kentang (jika ingin ditambahkan kentang). Tomat akan menambah citarasa asam dan gurih.

Saat memasak sesekali diaduk agar bumbu tidak mengerak di dasar wajan.

Jangan lupa menambahan rempah karena mempengaruhi citarasa dan wangi.

Selamat mencoba membuat dendeng balado, Teman.

Budae Jigae, Menu Baru di Mujigae Resto

Apa yang ada dibenak teman-teman jika mendengar kata Korea? Merk smartphone yang ‘ntuh’ atau drakornya yang bertabur artis ganteng dan cantik?  Yang pasti seiring teknologi dari Korea yang diwakili smartphonenya mendunia, budaya dan kulinernya pun mulai dikenal luas.

Jika teman-teman ke supermarket yang cukup besar dan komplit, tersedia rak khusus yang menjual makanan instan dan bumbu khas Korea. Ini menunjukkan bahwa kuliner Korea diminati. Berawal dari rasa penasaran, seperti apa sih masakan Korea, mencoba mencicipi eh ketagihan. Terlebih masakan wilayah Asia memiliki beberapa kesamaan, memiliki banyak/campuran rasa terutama pedas.
Bicara kuliner Korea tak lengkap jika belum mencicipi kulinernya yang ada diresto yang khusus menyediakan kuliner khas Korea, salah satunya Mujigae.


Budae Jigae
Awalnya saya pikir, Mujigae ini semacam restoran franchise dari Korea ternyata bukan tapi resto asli Indonesia yang memang mengkhususkan diri pada menu-menu khas Korea. Mujigae sudah ada 13 cabang yang tersebar di 6 kota yaitu; Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor dan Bandung. Baru baru ini Mujigae memenangkan Top Brand Award sebagai restoran yang banyak diminati. Dan kini Mujigae memperkenalkan menu baru yaitu Budae Jigae. Seperti ini penampakannya;

Menikmati Kuliner Jepang di A&W Restoran

Bicara soal kuliner khas dari negara Jepang, apa sih yang ada dibenak teman-teman? Ramen, Sushi, Soba atau Takoyaki?

Ternyata ada ho kuliner Jepang berbumbu kari dan saya baru tahu *kemana aja, Rin?* Dan di Jepang kari merupakan masakan yang populer.  

Kari mungkin mengingatkan kita pada masakan khas Indonesia sendiri yang berbumbu kari. Kari adalah istilah untuk berbagai hidangan berkuah yang dimasak dengan rempah-rempah sehingga mempunyai citarasa khas yaitu terasa pedas dan berbau khas rempah. Awalnya hidangan kari berasal dari Asia Selatan yaitu India, pada perkembangannya hidangan ini meluas di kawasan Asia Pasifik dan rempah-rempah yang digunakan pun disesuaikan dengan Negara yang bersangkutan. Seperti kari Jepang ini atau yang biasa di sebut Japanese Curry, berbeda cita rasa dan harumnya dengan kari Indonesia. Sama-sama lezat namun beda.



Mau tahu bedanya? Teman-teman bisa mencoba Japanese Curry  ini di A&W Restoran. Lha bukannya A&W menunya ayam goreng? Japanese Curry  ini adalah menu baru dari A&W , mulai diperkenalkan bulan September lalu. Saya sudah mencicipinya lho, rasa dan harum dari rempahnya terasa banget.