Tampilkan postingan dengan label kuliner. Tampilkan semua postingan

Menu Arabian Peninsula di Swiss-Café ™ Restaurant Swiss-BelHotel Pondok Indah Jakarta

Menu Arabian Peninsula di Swiss-Café ™ Restaurant Swiss-BelHotel Pondok Indah Jakarta


Menu Arabian Peninsula 

Tak banyak hidangan Arabian   yang pernah saya cicipi, hanya yang sudah populer di tanah air saja seperti Nasi Kebuli, Samosa dan gulai kambingnya.  Jadi saat komunitas Food Blogger Indonesia Community, instagramnya bisa intip di sini  ,mendapat undangan dari Swiss-Café ™ Restaurant Swiss-BelHotel Pondok Indah Jakarta  untuk berbuka di sana dan mencicipi hidangan khas Semenanjung Arab atau Arabian Peninsula, saya langsung tertarik. Arabian Peninsula merujuk pada semenanjung Asia Barat yang meliputi Turki, Arab Saudi, Yaman, Palestina, Qatar, Yordania dll. Jadi hidangan yang disajikan Swiss-Café ™ Restaurant hidangan dari negara-negara tersebut.

Foto dokumentasi mba Katerina


Yap, selama bulan Ramadan menu Arabian Peninsula ini menjadi hidangan buka puasa yang special di Swiss-Café ™ Restaurant. Selain itu ada liove musik mulai pukul 17.30  hingga pukul 20.00 dan puncaknya pada tanggal 14 April ada acara tarian sufi. Wah menarik banget, jadi pengen datang.

Kesamaan beberapa masakan daerah Indonesia dan masakan Arabian Peninsula adalah banyaknya rempah yang digunakan. Beberapa menggunakan jenis rempah yang sama namun berbeda dalam hal komposisi sehingga citarasa dan aromanya berbeda. Pada masakan Arabian Peninsula aroma jinten dan kapulaganya cukup menyengat.

Teman-teman  dari Food Blogger Indonesia Community yang ikut acara ini 10 orang, sebagian datang langsung ke Swiss-Café ™ Restaurant sebagian kumpul di Intermark  BSD. Saya termasuk yang kumpul di Intermark BSD bersama Mba Katerine, mba Ria, mas Ono, mba Tutty queen dan Utami. Dari     Intermark kami dijemput kendaraan oleh pihak Swiss-BelHotel Pondok Indah Jakarta. Perjalanan dari BSD ke Pondok Indah tidak terlalu memakan waktu jadi tidak sampai 1 jam kami sudah sampai.

Nuansa Arabian sudah terasa begitu masuk lobi hotel. Ada ornament cushion dengan warna dan motif khas Arabian. Duh jadi ga sabar mencicipi hidangannya hahaha eits tapi ini masih jam 5.

Foto dokumentasi mba Katerina


Kami disambut mba Wulan selaku PR Manager hotel lalu dikenalkan pada Chef Ruben selaku Chef Executive       yang  sudah berpengalam selama 5 tahun menjadi Chef di Dubai. Jadi masakan Arabian Peninsula  di sini tidak sudah diragukan lagi ya karena diracik oleh Chef berpengalaman. Eits, tapi tak usah khawatir soal rasa, ada beberapa penyesuaian soal rasa sehingga cocok di lidah orang Indonesia tanpa meninggalkan rasa dan aroma otentiknya.

Oh ya jangan khawatir menu Indonesia pun tetap dihidangkan di sini, jadi teman-teman bisa memilih dna mencoba semua makanannya.

Chef Ruben dan mba Wulan memberi sedikit penjelasan mengenai menu Arabian Peninsula  yang spesial dihidangankan selama bulan Ramadan. Sejujurnya saya tidak mencicipinya semuanya karena keburu kenyang, padahal tiap makanan saya ambil sedikit-sedikit lho tapi tetap aja kenyang hahaha.

Chef Ruben


Menu Arabian Peninsula

Berikut menu yang saya cicipi;



Lamb Leg Quzi, ini favorit saya, nasi dengan kambing yang dimasak lembut, aroma dan rasa rempah khas arabiannya terasa banget. Sedikit mengingatkan pada nasi kebuli tapi ini nasinya berwarna kuning cerah dan tastenya sedikit berbeda dengan nasi kebuli.




daging kambing lembut dengan nasi 


Shakshouka, telur yang direbus dengan tomat, paprika, bawang merah bawang putih, cabe rawit. Makanan konon berasal dari ottoman Afrika Utara pada pertengahan abad ke-16. Hidangannya ini telur ceplok dengan kuah tomat dan irisan paprika. Rasanya asam dari tomat dan tidak terlalu pedas. Paprikanya masih terasa kriuk-kriuk gitu.

Shawarna, penampakannya mengingatkan saya pada sempol tapi Beef Kofta ini full daging dan termasuk menu keluarga baso. Menu ini bisa ditemui di Afrika Utara, Balkan, Timur Tengah.

sejenis bakso

Shish Taouk, kebab ayam tradisonal, ditampilkan dengan tusukan jadi mengingatkan saya pada sate. Walaupun dagingnya tebal tapi empuk dimasak dengan youghurt kata Chefnya jadi rasanya agak asam, enaknya di cocol sambal atau saos pedas.

Masgouf, olahan ikan dari Mesopotamia, hidangan nasional irak. Dari penampilannya mirip ikan bumbu kare. Lihat ini auto inget hidangan Indonesia tapi rasanya beda banget sama olahan ikan ala bumbu Indonesia walaupun penampakannya mirip.

masgouf, ikan bumbu 


Umm Ali, desert manis yang lembut, teksturnya seperti roti yang direndam kuah susu dan gula. Dessert ini manis dan legit. Tak ketinggalan ada Baklava, camilan khas Turki yang populer di Indonesia.

Baklava

Attayef, seperti pancake tapi ukurannya kecil dengan isian krimshta dengan wangi mawar dan jeruk.

Menu lain dari Arabian Peninsula yaitu humus, beef kfta, zhoug, basbousa, muhallabia,  cashew pie,

salad dan (semacam) saus

Untuk menu Indonesia ada ayam klaten, mie goreng (Indonesia banget ini), gulai dll. Es buah, bika ambon, dll.

Camilan khas Indonesia, ada bika ambon, cente, ketan srikaya, dsb

Hanya dengan 375 rupiah perorang, teman-teman bisa menikmati semua hidangan ini  sepuasnya dan ada diskon hingga 35% untuk member Swiss-belHotel, diskon 15% untuk pemegang kartu kredit BCA, BNI, Danamon, OCBC dan Panin. Dapatkan special buy 3 get 1 untuk pemegang kartu kredit Bank Mega.



Oh ya Swiss-Café ™ Restaurant juga menyediakan menu take away, gratis antar dengan radius 5km.

Informasi dan pemesanan bisa di nomor hotel 021-7501088 atau WA 0813-8384-9403.

Yang penasaran dengan menu Arabian Peninsula bisa cus langsung ke Swiss-belHotel Pondok Indah ya. Asiknya sih buka di sini rame-rame bareng teman atau keluarga tercinta.

Peluncuran Buku Sambal Roa dan Icip-icip Kuliner Gorontalo

Peluncuran Buku Sambal Roa dan Icip-icip Kuliner Gorontalo

Sekilas tentang Sambal Roa

Para kontributor buku Sambal Roa

Sambal Roa selalu mengingatkan saya pada kunjungan ke Manado 10 tahun lalu, saat itu ada acara kantor ke sana. Jadi moment pertama kalinya kenal dan mencoba sambal Roa yang disandingkan dengan pisang goreng. Awalnya saya keheranan kok bisa pisang goreng dimakan dengan sambal? Ternyata itu adalah salah satu tradisi di sana.

Disebut sambal Roa karena sambal ini dibuat dengan tambahan ikan Roa atau ikan julung-julung, ikan dengan nama ilmiah Hemiramphus sp.  Masyarakat Gorontalo menyebut ikan Roa atau julung-julung ini dengan sebutan ikan Sagela, sementara masyarakat Maluku menyebutnya ikan Galafea.

Dari penamaan yang berbeda ini lahirlah sambal sagela dan sambal galafea. Jadi sebenarnya sambal sagela dan sambal galafea,  sama-sama sambal yang dibuat dengan tamabahan ikan julung-julung.

Populasi ikan ini berada di perairan Sulawesi, NTT, Maluku, Terate dan Ambon, setiap daerah memiliki penamaan yang berbeda ikan ini. Jadi bisa disimpulkan Sambal Roa, adalah sambal khas Sulawesi Utara, karena kota-kota di provinsi inilah sambal roa ditemukan dengan banyak sebutan, diantaranya sambal sagela dan sambal galafea.  

Selalu menarik bicara tentang kuliner Indonesia yang kaya rasa dan sangat banyak variannya bahkan menurut penelitian  Prof Mudjiati dan tim peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM,    untuk sambal saja Indonesia memiliki  257  jenis sambal!

Dulu sambal Roa belum sepopuler sambal terasi, sambal matah atau sambal bawang, dan sulit sekali mendapatkan sambal roa, kini dengan kehadiran internet, sambal roa mulai populer dan mudah didapatkan dengan membelinya secara online.

Peluncuran buku Sambal Roa dan Icip-icip Kuliner Gorontalo

Buku Sambal Roa 



Hari minggu 12 Februari 2023 lalu saya bersama menghadiri peluncuran Buku Sambal Roa, Ragam, Resep dan Rupiah, sekaligus Icip-icip Kuliner Gorontalo. Acara ini diadakan di Nusa Indonesia Gastronomy dan digagas oleh Omar Niode Foundation yaitu sebuah organisasi Nirbala kecil yang turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, citra budaya dan kuliner Nusantara, khususnya Gorontalo di Indonesia dan mancanegara.

Saya hadir bersama teman-teman Blogger dari Komunitas Food Blogger Indonesia, yang beberapa diantaranya adalah kontributor Buku Sambal Roa. 

Peluncuran buku ini diawali dengan talkshow dengan narasumber Ibu Amanda Katili Niode Founder sekaligus ketua Omar Niode Foundation, Ade Putri Paramadita praktisi kuliner, penggagas Hari Sambal Nasional dan telah menulis banyak artikel mengenai kuliner, Lidia Tanod dari komunitas Jalansutra, komunitas penikmat kuliner dan sudah membukukan perjalanan kulinernya bersama ahli kuliner Indonesia Bondan Winarno, dan Maria Sumitro seorang food blogger.

Obrolan menarik tentang sambal 

Kuliner Gorontalo belum sepopuler kuliner Indonesia daerah lain seperti masakan Padang dengan rendangnya, Yogya dengan gudeknya atau Bali dengan sambal matahnya. Ini salah satu alasan Omar Niode Foundation mengangkat kuliner Gorontalo, agar masyarakat lebih mengenalnya, seperti dituturkan ibu Amanda Katili Niode. Gagasan membuat buku Sambal Roa berawal dari diskusi live tentang Sambal Roa yang diadakan di instagram Omar Niode yang ternyata menarik minta banyak penonton tentang apa dan bagaimana Sambal Roa.

Foto milik mba Katerina


Ade Putri Paramadita mengungkapkan, sambal tidak bisa dipisahkan  dari kuliner Indonesia, begitu banyaknya variasi sambal di Indonesia dan memiliki kekhasan tersendiri setiap daerah. Sebagian masyarakat Indonesia juga memiliki kebiasaan makan harus memakai sambal, apapun lauknya. Inilah yang membuat Ade Putri menggagas Hari Sambal Nasional sekaligus melestarikan keberagaman sambal nusantara.

Lidia Tanod, kecintaannya pada dunia kuliner membuatnya menggagas komunitas Jalansutra, komunitas yang berdiri sejak tahun 2003. pengalamannya mencicipi aneka makanan nusantara dan membukukannya bersama pakar kuliner Bondan Winarno (alm).

Narasumber lain adalah Maria G Sumitro seorang blogger senior, dia menekankan  pentingnya peranan blogger dalam mendokumentasikan kuliner Indonesia, karena blog berbeda dengan media sosial yang tidak terdeteksi di mesin pencari google, blog akan terdeteksi di mesin pencari google sehingga saat orang mencari informasi mengenai kuliner Indonesia bisa ditemukan.

Hadir juga ibu Tantrie Soetjipto, banker dan juga seorang womenpreneur . 

Sambal Roa, ragam, resep dan rupiah

Buku sambal roa, ragam, resep dan rupiah, buku yang berisi kumpulan tulisan  mengenai seluk-beluk  sambal roa, dari penamaan ikan yang berbeda-beda di setiap daerah di Sulawesi Utara, bagaimana ikan ini diawetkan dengan cara diasap dan diolah menjadi sambal, para UMKM yang membuat sambal roa dikenal dan populer di masyarakat Indonesia karena dijual melalui platform online hingga beragam resep sambal roa ada di buku ini. 

Yap di buku ini kita akan menemukan 7 resep sambal roa yang berbeda dalam hal takaran cabe, bawang,  ikan roanya dan penambahan ingrediens lain seperti tomat, jahe dsb. Yang  menarik ada resep sambal roa ala chef Ragil, resepnya menurut saya unik karena menggunakan cabe hijau dan kecombrang, ini mengingatkan saya pada sambal hijau padang dan sambal kecombrang Bali.

Oh ya buku ini ditulis oleh penulis dengan beragam profesi dan latar belakang, menjadikan buku ini memiliki sudut pandang yang kaya. Ada praktisi kuliner seperti Ade Putri Paramadita penggagas Hari Sambal Nasional, Lidia Tanod dari Komunitas Jalansutra dan menulis buku kuliner, Ibu Amanda Katili Niode aktivis lingkungan, juga kontributor buku kuliner, Zahra Khan, pengusaha makanan khas Gorontalo, pegiat UMKM dan Blogger.

Ikan roa asap dan pisang goroho, dua makanan khas Gorontalo

Zahra Khan salah seorang kontributor buku ini sekaligus pemilik umkm kuliner khas Gorontalo menuliskan tentang bagaimana proses pengasapan ikan roa sehingga menghasilkan bau asap yang khas sekaligus memperkaya citarasa dan aroma pada masakan atau sambal. 

Amanda Katili memaparkan peranan internet/dunia digital pada bisnis sambal roa yang membuat sambal roa makin dikenal masyarakat luas dan ini tentunya memutar roda perekonomian nasional. 

Nasi kuning Gorontalo


Ulasan lengkap mengenai buku ini akan saya tulis secara terpisah sebagai resensi buku di postingan selanjutnya, teman-teman pecinta kuliner yang penasaran, tunggu ya…

Yang penasaran banget bisa pesan bukunya di Penerbit Diomedia, bisa cek IG nya di @penerbitmedia atau wa 085643762005.

Sejujurnya di acara ini pertama kalinya saya mencicipi masakan Gorontalo. Rasa dan aromanya khas dan unik walaupun sekilas saat saya melihat menu ayam iloni, kok mirip ayam suwir cabe biasa, ternyata beda banget rasanya dengan ayam suwir cabe yang pernah saya buat atau nikmati di tempat lain. Sate Balanga dengan bumbu halus yang melimpah, beraroma dan berasa rempah, tidak seperti kebanyakan sate yang berbumbu kacang atau kecap.   Ini pertama kalinya juga saya dengar menu sate Balanga.

Kue tobu'u

Kue cara isi

Untuk menu pencuci mulutnya ada kue Tobu'u, mirip lumpur surga tapi ada campuran daging kelapa muda dan  gula aren dibagian bawahnya. Dikemas dengan daun pandan yang memberi aroma wangi yang lembut. Lalu ada kue cara isi, tepung beras dengan ikan  suwir dan cabe. 

Pizza roa


Selain itu ada hidangan special dari Chef Ragil, berupa penganan khas Gorontalo yang sudah dimodifikasi dengan citarasa modern seperti Pizza Roa, Pisang Goreng Goroho manis tabur wijen. Duh masih kebayang semua makanan itu dan pengen lagi. 

Panada 


Berbicara soal kuliner Indonesia memang selalu menarik ya, menelisik sejarahnya dan bagaimana budaya dan geografi membentuk selera makan suatu masyarakat. Tapi yang lebih menarik tentu saja mencicipinya heuheuheu.

Foto bareng food blogger yang hadir
Foto milik Katerina 

Semoga suatu hari bisa jalan-jalan ke Gorontalo, mencicipi langsung kulinernya di sana. Aamiin. 

[Kuliner] Menilik Jejak Kuliner Minahasa

Sajian  Istimewa di Akhir Tahun dengan Masakan  Minahasa

Indonesia Food Blogger. Lahir dan besar di Bandung, Bapak saya orang sunda tulen, ibu saya orang Madiun yang besar di tanah Sunda (Purwakarta), membuat lidah saya terbiasa dengan  menu makanan Sunda,   Jawa atau perpaduan keduanya. Ibu saya selalu menambahkan gula pada setiap masakannya termasuk sambal. Awalnya saya pikir memang resep sambal itu memakai gula, sampai akhirnya saya menikah dengan orang berdarah Sumatera Barat, yang spontan mengerutkan kening mencicipi sambal buatan saya untuk pertama kalinya.

“Kok rasanya manis?”

“Iya kan pake gula tapi tetap pedes kan?”

“Iya tapi rasanya aneh. Memangnya bikin sambal pake gula ya?”

Masakan Jawa memang terkenal dengan cita rasanya yang manis, masakan Sumatera Barat selain pedas juga kaya rempah. Sementara orang sunda, paling doyan lalapan,  sayuran mentah yang dimakan dengan sambal.

Ngobrolin cita rasa masakan nusantara yang beraneka ragam dan rasa tidak bisa dilepaskan dari budaya dan sejarah. Bagaimana budaya dan sejarah membentuk selera makan sebuah suku bangsa. Menurut pakar kuliner, William Wongso, “Tidak ada yang namanya makanan Indonesia, yang ada hanyalah masakan atau makanan daerah.” Pernyataan ini untuk menunjukkan sangat beranekaragamnya masakan daerah di Indonesia dan tidak bisa disamakan walaupun mirip.  Masakan Aceh dan Sumatra Barat, sama-sama pedas, berkuah santan dan kaya rempah, tapi cita rasa dan aromanya berbeda.

Karena lidah saya terbiasa makan masakan Sunda, Jawa dan Sumatra Barat (setelah menikah), untuk menyajikan hidangan istimewa di akhir tahun lalu,  saya menantang diri sendiri untuk mencoba masakan khas daerah lain di Indonesia yaitu masakan dari Menado Sulawesi Utara tantangan ini sekaligus diikutsertakan dalam IDFB Blog Challenge sebuah komunitas food blogger Indonesia. 

Woku, cita rasa Minahasa yang pedas dan kaya aroma





Perkenalan saya dengan kuliner Menado dimulai tahun  2012, saat itu ada acara kantor (jaman masih kerja) ke Menado. Kunjungan yang menjadi moment pertama kalinya  mencicipi pisang goreng di cocol sambal roa. Untuk orang sunda yang terbiasa mencocolkan lalapan mentah ke sambal tentu saja ini hal aneh, tapi ternyata enak. Kok bisa pisang goreng yang manis disandingkan dengan sambal yang bercita rasa pedas?

Ternyata karena lidah orang Minahasa (suku terbesar di Sulawesi Utara) terbiasa makan makanan pedas, hampir semua masakan Minahasa mengandung cabai. Selera pedas yang disukai masyarakat Sulawesi Utara ini bukan tanpa sebab, ada sejarah panjang yang berkaitan dengan kolonialisme yang terjadi di Indonesia. Sebagai Indonesia Food Blogger tentu tak sekedar menikmati makanan tapi menilik lebih jauh soal makanan khas Indonesia. 

Sebelum lanjut cerita sejarahnya, intip dulu resep khas Sulawesi Utara yang populer yaitu Woku. Woku ini merujuk pada bumbu, yang bisa dimasak dengan ikan, daging ayam atau sayuran. Saya mencoba masak woku ayam. 

Woku adalah menu favorit masakan Minahasa Sulawesi Utara. Bumbu kaya rasa dan aroma ini (aroma dari daun kemangi, daun jeruk, daun pandan) tidak hanya dipakai untuk ikan atau ayam, bisa juga untuk sayuran. Saya sendiri baru tahu lho jika bumbu Woku bisa digunakan untuk sayuran. Ehm, jadi pengen coba, kira-kira masak sayur apa yang cocok pake bumbu woku, ada saran?

Resep Ayam Woku

Bahan

1 ekor ayam, potong bersihkan

Minyak untuk menumis bumbu halus secukupnya

2 lembar daun jeruk

1 batang serai

2 ikat kemangi (atau sesuai selera)

1 batang daun bawang

2 lembar daun pandan

2 buah tomat, potong kasar

2 Cabe merah, iris kasar

Bumbu halus:

8 bawang merah

4 bawang putih

10 cabe merah

5 cabe rawit

½  ruas jari kunyit

½ ruas jari jahe  batang seraiserai

Cara membuat

Rebus ayam sebentar lalu buang airnya (untuk membersihkannya dari lemak)

Tumis bumbu halus hingga harum, tambahkan daun jeruk, serai, ayam tambahkan air sekitar 500ml dan garam lalu ungkep hingga bumbu meresap dan ayam empuk. Tambahkan air jika dirasa kurang.

Masukkan irisan daun bawang, cabe iris, tomat dan kemangi, masak sebentar. Angkat, hidangkan ayam woku dengan nasi hangat.

Pada masakan Sulawesi Utara ada istilah bumbu campur yaitu campuran bumbu yang terdiri dari serai, kemangi, daun kunyit dan daun jeruk. Bumbu campur ini hampir digunakan pada banyak masakan khas Sulawesi Utara. Bumbu campur ini menciptakan aroma yang khas pada masakannya. 

Perjalanan Cabai di Sulawesi Utara

Menurut buku antropologi kuliner yang saya baca, kegemaran masyarakat Minahasa (suku terbesar di Sulawesi Utara) akan makanan pedas berawal saat penjelajah Spanyol sampai ke Sulawesi (tahun 1521 M) karena cengkih, salah satu rempah yang diburu pada masa itu. Cengkih, rempah yang kemudian sering ditemui pada masakan daerah   Sumatera Barat dan Aceh tapi pada masakan khas Minahasa justru cengkih tidak ditemukan.

Orang Spanyol yang datang ke Sulawesi Utara selain untuk bertransaksi cengkih (pada akhirnya bukan transaksinya tapi perampasan hingga Spanyol rebutan dengan Belanda soal cengkih) juga memiliki misi menyebarkan agama. Para biarawan yang datang dan tinggal menanam cabai untuk dikonsumsi (campuran masakan), dari sanalah pohon cabai menyebar di Sulawesi dan dibudidayakan terlebih pada masa itu sebagian masyarakat Minahasa sudah bertani. Hingga kini Tomohon, salah satu daerah di Sulawesi Utara penghasil cabai terbesar di Sulawesi. 

Jalan-jalan ke Tomohon Sulawesi Utara 

Cabai sendiri berasal dari benua Amerika, sampai ke Eropa dibawa Columbus setelah doi nyasar ke sana (boleh baca ulasan buku Sejarah Rempah yang saya tulis di kompasiana/rinasusanti2), lalu sampai di Sulawesi Utara oleh para biarawan dari Spanyol. 

Sejarah Rempah. Citarasa yang melayarkan ribuan kapal. 

Klappertart



Klappertart, siapa tidak kenal kue asal Sulawesi Utara yang satu ini, manis, lembut dengan aroma kayu manisnya yang bikin ketagihan. Tak cukup makan satu cup, tak heran saya lebih suka membuatnya sendiri daripada membeli biar bisa makan sepuasnya hahaha. Makanan satu ini tak lepas dari sejarah penjajahan Belanda di Sulawesi Utara.

Sekitar tahun 1600 M, Belanda masuk ke Sulawesi Utara, berlahan tapi pasti mengusir keberadaan Spanyol. Pendudukan Belanda di Sulawesi Utara menyebabkan asimilasi dan akulturasi budaya termasuk dalam hal kuliner. Klappertart merupakan makanan berpaduan resep Belanda dan Indonesia . Penamaan kue ini sendiri berasal dari dua suka kata yaitu Klapper lafal yang diucapkan orang Belanda untuk kelapa, sedangkan tart dalam bahasa Belanda berarti kue. Jadi menurut referensi yang saya baca, orang Belanda yang tinggal di Sulawesi Utara dan  terbiasa membuat kue tart tertarik mencampurkan kelapa ke dalam adonan tartnya  karena melihat di Sulawesi Utara banyak kelapa. Eksperimen yang ternyata berhasil, terciptalah makan yang sangat enak, akh pokoknya enaklah si Klappertart ini.  Oh ya pilihan kacang kenari yang ditambahkan pada kue ini bukan tanpa sebab, tapi karena Sulawesi Utara sejak jaman dulu terkenal sebagai penghasil kacang kenari. Kue ini juga ditaburi kayu manis atau cinnamon, rempah yang sudah sejak dulu digunakan orang Eropa untuk aneka cake atau masakan.

Resep Klappertart

Bahan

Lapisan 1

300 gram daging kelapa muda

200 ml susu uht

300 ml air kelapa

60 gram terigu

60 gram maizena

200 gram kental manis

100 gram salted butter (atau margarine)

4 kuning telur

vanili

garam

Lapisan 2

4 putih telur

2 sdm gula pasir

2 sdm terigu

kayu manis, kismis dan kacang kenari secukupnya.

Cara membuat

Lapisan 1

Campurkan  tepung terigu, maizena, susu, air kelapa, aduk rata. Tambahkan susu kental manis dan salted butter. Panaskan dengan api kecil, aduk hingga kental. Dinginkan, lalu tambahkan kuning telur, mixer hingga tercampur rata. Tambahkan daging kelapa muda, aduk, tuang ke dalam wadah. Oven selama kurang lebih 25 menit. 

Lapisan 2

Sementara mengoven, siapkan lapisan 2. Kocok putih telur dan  gula pasir hingga kaku, tambahkan terigu, aduk dengan spatula. Tambahkan lapisan dua ke dalam wadah yang sudah berisi lapisan satu yang sudah matang, taburi kacang kenari dan kayu  manis, oven kembali selama 10 menit. Sajikan hangat atau dingin.


Tertarik mencoba kedua resep di atas? Rasanya enak-enak lho 


Referensi tulisan

Sejarah Rempah, Jack Turner , Penerbit Bambu

Antropologi kuliner Indonesia, Penerbit Gramedia. 

Kanca Space, Tempat Kumpul bareng Konco

Kanca Space, Tempat Kumpul bareng Konco

rekomendasi tempat ketemu sama besti

Setelah pandemi, bertemu dan berkumpul bareng teman selalu jadi momen yang saya tunggu, walaupun teman-teman ini kerap ‘bertemu’ dan berinteraksi  di grup WA dan atau media sosial , tetap saja bertemu tatap  muka secara langsung itu lebih excited, terlebih jika memiliki minat yang sama. Seperti kumpul hari kamis lalu bareng beberapa teman dari Food Blogger Indonesia Community yang digagas mba Katerina. Komunitas tempat kumpulnya blogger yang suka bahas makanan, ga harus bisa masak lho, tapi ngobrolin makanan. Review tempat makan enak, rekomendasi tempat kongkow asik atau bahas makanan secara detail.

makan-makan hehehe


Saya termasuk yang jarang bahas tempat makan enak, karena kalau makan ke luar bareng keluarga masih malu-malu kalau motret sana sini selain anak-anak lagi suka protes, malu katanya heuheu..

Ya udah saya mah bahas resep dan motret-motret makanan di rumah aja. Walaupun suka masak dan mencoba resep baru, saya belum bisa dibilang hobi masak karena masaknya masih moody. Dorongan masak lebih karena butuh daripada suka. Butuh makanan enak dengan hemat heheeh.

Buat teman-teman yang suka nulis soal makanan di  blog boleh follow akun Food Blogger Indonesia Community di sini.

Tempat kami bertemu adalah Kanca Space Pamulang yang terletak di Bali House. Eh gimana ini, Kanca Space di Bali House? 

Penampakan Bali House dari luar 



bagian dalam Bali House

semi outdoor jadi adem


Jadi Bali House ini sebuah tempat semi outdoor dengan konsep bangunan model rumah bali. Bali House ini berkapasitas 300 an orang dan disewakan untuk berbagai acara seperti acara keluarga, seminar, komunitas dan pernikahan. Karena semi outdoor tempatnya adem dan nyaman.

Berbagai event dan acara di Kanca Space Bali House 

Ulang tahun, family gathering atau acara komunitas 


Setiap kamis sore di sini ada kelas menari Bali untuk anak-anak, jika berminat bisa langsung datang ke sini atau dm ke IG untuk info lebih lengkap.

Nah di samping Bali House ini ada coffe shop bernama Kanca Space. Tempatnya nampak kecil tapi besar, eh gimana konsepnya ini? 

Ruangan indoornya kecil tapi ruangan outdoornya lumayan besar, karena terdiri dari 2 lantai. Lantai 2 dengan pemandangan keramaian jalanan Pamulang. Asik kalau duduk di sini malam hari.



Oh ya tempat ini dilengkapi kamar mandi super nyaman (foto ga moto) tapi benaran lho kamar mandinya. Musholanya   adem karena semi outdoor.

Nah karena tempat di Kanca Space ini terbatas kalau saat  ke sini pengunjung sudah ramai, bisa banget kok duduk di area Bali House.

Menu makanan dan minuman di Kanca Space

Minuman special yang ditawarkan adalah es kopi susu kanca, mix kopi arabica dan robusta dengan campuran gula aren dan susu. Rasanya enak ga terlalu pahit.  Selain itu ada Hot Cappucino,, hot latte flavoured, blue coco dan mojito.

Untuk makanannya terdiri dari tiga varians, ada camilan, makanan berat ricecowl dan kids meal atau menu khusus untuk anak-anak.

Tiga macam camilan yang coba kami pesan teridiri dari dimsum, tahu siomay dan singkong goreng sambal roa.

Kids meal terdiri dari dua varians yaitu Kids menu karage dan Kids menu teriyaki.

Untuk ricebowl terdiri dari   5 varian  yaitu

Ricebowl cakalang telur, ricebowl rica telur, ricebowl betutu telur, ricebowl






Bagaimana tertarik  Kanca Space bareng konco? Kalau saya iya, pengen lagi ke sana, mungkin next ngajak genk arisan heheheh.

 

 

 

 

 

Bolu Kukus Nusa Rasa Menghangatkan Moment Silaturahmi

Bolu Kukus Nusa Rasa Menghangatkan Moment Silaturahmi

Assalamualaikum,

Ramadan dan lebaran tahun ini akan berbeda dari 2 kali Ramadan sebelumnya karena pandemi sudah sangat terkendali. Sekolah anak-anak sudah mulai PJJ dengan kapasitas 100, begitupun aktivitas perkantoran, jaga jarak di ruang publik sudah dihapuskan, hanya penggunaan masker yang masih direkomendasikan.



Beberapa hari lalu, lewat di time line, berita tiket kereta api untuk mudik sudah dibuka. Lebaran tahun ini akan mengobati kerinduan teman-teman yang sudah 2 tahun tidak mudik.

Selama pandemi saya sudah beberapa kali mudik ke Bandung tapi bukan di hari raya, nah tahun ini insyallah bisa lebaran di Bandung. Mudik saat lebaran itu memang rasanya beda,  salah satunya karena bisa menikmati makanan masakan Mamah  yang hanya ada saat lebaran. Ya makanan sejenis memang banyak, bisa dipesan atau bikin sendiri, tapi masakan Mamah terasa istimewa mungkin karena terselip kenangan. Rindu opor ayam dan sambal goreng kentang buatan Mamah.

Insyaallah lebaran tahun ini bisa saya bersilaturahmi dengan beberapa saudara dan teman masa kecil yang sudah 2 tahun tidak bertemu karena pandemi.

Pulang kampung rasanya ada yang kurang ya kalau tidak bawa buah tangan walaupun orang tua atau saudara tidak mengharapkan, seperti yang kerap dikatakan Mamah kalau saya bawa buah tangan saat berkunjung,”Tong ngaririweh bawa sagala, ku datangna ge geus atoh.” Terjemahannya seperti ini kurang lebih, jangan repot segala dibawa, sudah datang aja senang.” Sebaliknya kalau saya pulang dari rumah ibu pasti segala dibekelin, dari tahu, makanan siap makan (biar pas sampai rumah ga masak katanya, capek), sampai tanaman (tahu aja ya anaknya suka tanaman heuheu).

Membawa buah tangan saat pulang kampung tak lebih dari keinginan berbagi kebahagian, teman-teman pasti merasakan juga saat pulkam bawa buah tangan terus disambut suka cita sama keponakan, pasti rasanya senang.

Membawa buah tangan Bolu Kukus Nusa Rasa bisa jadi pilihan karena rasanya enak,harga terjangkau dan praktis dibanding membuat sendiri,  secara gitu ya persiapan pulang kampung itu lumayan banyak, terutama packing.



Bolu Kukus Nusa Rasa

Bolu Kukus Nusa Rasa terbuat dari bahan baku pilihan bermutu tinggi, sehingga menghasilkan bolu dengan tekstur super lembut yang dilengkapi topping yang melimpah sesuai dengan selera konsumen Indonesia. Bolu kukus Nusa Rasa merupakan standar emasnya Bolu Indonesia, bisa dijadikan camilan sehari-hari atau momen khusus seperti; arisan, bertamu dengan membawa Bolu Kukus Nusa Rasa sebagai hantaran, sebagai buah tangan atau oleh-oleh, atau saat berkumpul bersama keluarga nonton atau mengobrol.


Bolu kukus nusa rasa menghangatkan moment keluarga 

Bolu kukus Nusa Rasa bisa 4 hari dalam suhu ruangan dan 7 hari jika dimasukkan ke chiller kulkas. Jadi aman ya dibawa selama  perjalanan selama sehari dua hari mudik. 

Bolu kukus Nusa Rasa dapat dibeli di 

Offline Store

Jatiwaringin: Jl. Jatiwaringin no.262A, Pondok Gede Bekasi

Bintaro: Jl. Kesehatan Raya no.12, Bintaro, Jakarta Selatan

Channel Social Media

Instagram: @bolunusarasa.id






Keistimewaan kenapa memilih Bolu Kukus Nusa Rasa

Rasa vanila 



Teksturnya lembut karena terbuat dari bahan baku bermutu tinggi dan pilihan. Rasanya juga enak, dengan aroma khas bolu kukus. Saya sudah mencoba semua rasanya, anak-anak di rumah suka banget.

Sudah bersertifikat halal MUI, jadi sudah terjamin kehalalannya. Teman-teman muslim tidak perlu ragu dan khawatir.

Topping melimpah. Topping keju dan coklatnya melimpah. Nah kalau di foto saya ini topingnya tidak terlihat melimpah karena sudah dicomoti anak-anak. Biasalah ya kalau ada makanan suka ga sabar pengen buru-buru makan sementaranya emaknya yang hobi moto-moto ya pengen moto dulu.

Terverifikasi badan POM, artinya Bolu Kukus Nusa Rasa terjamin keamanannya dengan standar Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Harga terjangkau. Harga bolu kukus Nusa Rasa 35K untuk base coklat, non  coklat 33K. Tersdia 5 varian rasa yaitu; black forest, brownies, vanilla, talas dan original.

Safety seal sebagai jaminan keamanan. Jika saat membeli safety seal masih terpasang berarti packing bolu belum dibuka tutup. 




Selamat mencoba Bolu Kukus Nusa Rasa teman-teman 😊