(alhamdulillah, tulisan ini jadi juara untuk lomba blog TB sesi 5)
Sesi 5 menulis tentang
TB. Bosan? Nggak lah karena setiap
sesi memiliki tema berbeda dan yang pasti pengetahuan saya mengenai penyakit
TB bertambah. Awalnya, sebelum ikut
kontes blog ini, penyakit TB selalu mengingatkan saya pada seorang tetangga
yang meninggal karena
TB, belasan
tahun lalu. Di benak saya
TB adalah
penyakit penakutkan dan tidak bisa disembuhkan. Kini saya tahu, TB bisa
disembuhkan jika diobati secara teratur sesuai petunjuk dokter. serba-serbi
tentang
TB bisa dilihat di serba-serbi tuberculosis katagori
blog ini.
Kali ini bahasannya tentang
TB dan HIV. Apa hubungannya
TB dan HIV? Saya juga baru tahu lho jika
TB dan HIV itu berhubungan ketika saya googling untuk mengikuti tema di sesi 5
ini.
Persamaan
TB dan
HIV, keduanya digolongkan sebagai penyakit yang mematikan atau menyebabkan
kematian.
Perbedaannya;
- TB dapat disembuhkan
- HIV tidak
dapat disembuhkan tapi bisa dikendalikan sehingga penderita dapat hidup
berkualitas dan produktif.
- TB disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis dan menyerang berbagai organ tubuh tapi terutama dan umumnya
menyerang paru-paru.
- HIV atau
Human Immunodeficiency Virus di
sebabkan oleh virus, menyerang
sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan
penyakit yang datang. Penyakit yang umum dan biasapun menjadi berat jika menginfeksi
penderita HIV
- Penularannya;
TB ditularkan melalui udara yaitu saat
penderita batuk atau bersin, kuman yang keluar akan tersebar ke udara dan jika
terhirup orang sehat yang kekebalan tubuhnya lemah akan terjangkit.
Sedangkan HIV ditularkan melalui
darah, cairan mani (bukan sperma), cairan vagina dan air susu ibu (ASI).
Tindakan yang bisa menularkan HIV adalah;
- Berhubungan intim dengan
orang yang terinfeksi HIV
- Menggunakan jarum suntik
yang sama
- Ibu yang terinfeksi HIV
menyusui bayinya
Ko-infeksi
TB –HIV
adalah pasien
TB dengan HIV dan
ODHA dengan
TB
Kombinasi
TB dan HIV adalah penyakit yang
mematikan dan menurut lapororan WHO pada tahun 2012 menyebutkan bahwa 320.000
dan 1,3 juta yang meninggal karena
TB
adalah orang yang mengidap HIV-AIDS (ODHA). Di Indonesia sendiri menurut dirjen
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) 3% kasus
TB baru adalah mengidap HIV. Dan penyebab utama kematian orang yang
terinfeksi HIV/AIDS adalah karena terjangkit
TB.
Bagaimana kombinasi ini bisa mematikan? Untuk memahaminya kita
perlu lebih dulu tahu lebih detail mengenai HIV/AIDS
HIV/AIDS dan Sistem Kekebalan Tubuh
HIV membunuh salah satu sel darah
putih yaitu sel CD4 yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Jika jumlah CD4 berkurang, sistem dalam tubuh menjadi lemah untuk melawan
infeksi. Jumlah CD4 pada orang normal berkisar antara 500-1500.
Tes untuk menentukan CD4 tidak
tersedia luas di Indonesia dan biayanya mahal. Jadi biasanya untuk mengetahui
CD4 dilakukan tes TLC atau
total
lymphocyte count yaitu tes untuk menghitung jumlah total sel darah putih.
TLC normal 2000. Jika CD4 orang yang terinfeksi HIV di bawah 200, setara dengan
TLC 1000-1250, berarti sistem kekebalan tubuhnya rusak dan pada saat itu
beragam infeksi dapat menyerang tubuh, infeksi yang di sebut infeksi
oportunistik (IO), salah satunya
TB.
Pada saat itulah kekebalan tubuhnya akan melemah dan timbul berbagai penyakit.
Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang
disebut AIDS (
Acquired Immune Deficiency
Syndrome)
Sistem kekebalan tubuh orang yang
terinfeksi HIV dapat di bantu dengan memakai obat antiretroviral (ARV).
Bagaimana TB menyerang penderita HIV?
Walaupun
TB dianggap sebagai salah satu infeksi
oportunitik,
TB dapat menyerang
pada saat kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV masih tinggi atau pada
jumlah CD4 normal (CD4 di atas 200).
Orang yang terinfeksi HIV tidak
langsung sakit, bertahun-tahun mereka tidak nampak sakit bahkan kadang merasa
dirinya terinfeksi HIV. Beraktivitas normal dan tidak mengalami gangguan
kesehatan yang berat walaupun tanpa terapi ARV. Lamanya masa sehat itu
tergantung bagaimana dia menjaga dan melakukan pola hidup sehat. Namun jika
orang yang terinfeksi HIV tertular TB atau memiliki
TB laten dalam tubuhnya, masa sehatnya
akan pendek. CD4 nya akan turun terus sehingga infeksi lain dapat menyerang.
TB laten adalah di mana seseorang
mempunyai bakteri
mycobacterium
tuberculosis dalam tubuhnya namun dalam keadaan tidak aktif atau tidur,
sehingga penderita tidak merasakan sakit. Jika TB laten berada di tubuh orang
yang terinfeksi HIV bakterinya akan cepat bangun dan aktif menyerang tubuh hal
itu karena sistem kekebalan tubuh penderita HIV lemah. 60% ODHA yang terinfeksi
TB laten akan menjadi
TB aktif.
Jika
TB menyerang penderita HIV saat sistem
kekebalan tubuhnya lemah (CD4 sekitar 200),
TB menyerang bagian tubuh selain paru
seperti kelenjar getah bening, tulang dan sistem saraf.
Penyebab Sulitnya Menyembuhkan Ko-Infeksi TB-HIV
TB pada penderita HIV/AIDS bisa
disembuhkan jika menyerang saat CD4 tinggi, namun bukan hal mudah karena pasien
harus minum dua obat sekaligus yaitu ARV dan OAT. Selain jumlahnya menjadi
banyak juga adanya efek samping yang disebabkan kedua obat tersebut.
Jika
TB dialami ODHA saat sistem kekebalan
tubuhnya rusak (CD4 rendah), umumnya tubuh tidak tahan menahan obat yang
digunakan untuk menyerang infeksi. Selain
itu ko-infeksi
TB - HIV di luar
paru. Diagnosa
TB yang menyerang
diluar paru-paru cenderung lebih sulit, begitu pula menyembuhannya.
Dari paparan di atas dapat
dipahami kenapa kombinasi
TB dan
HIV mematikan.
TB
dan HIV; Tantangan ke depan
Seperti yang pernah di postingan mengenai
TB sebelumnya di blog ini,
Indonesia menempati peringkat ke 4 dengan jumlah
TB terbanyak di dunia. Itu belum
termasuk penderita
TB laten yang
tidak bisa terdeteksi. Namun menurut survey yang dilakukan WHO sepertiga total
dari pupolasi dunia mengidap
TB
laten artinya ada kemungkinan penderita
TB
laten di Indonesia juga banyak.
 |
sumber gambar dari sini |
Pada saat bersamaan perkembangan
epidemi HIV di Indonesia termasuk yang cepat di kawasan Asia. Jumlah kumulatif
kasus
TB dari tahun 2005 sampai
2013 sebanyak 108.600 kasus. Epidemi HIV
di Indonesia merupakan epidemi terkonsentrasi di wilayah tertentu, seperti
misalnya Papua, namun ada kecenderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa
propinsi. Dan
TB merupakan infeksi
menyerta yang terjadi pada ODHA sebesar 31.8 %. Menurut survey WHO pasien
TB dengan HIV di Indonesia pada tahun
2013 7.5% meningkat dari tahun sebelumnya 3.5%.
Artinya jumlah ko-infeksi
TB-HIV bertambah.
TB sangat mudah ditularkan pada
penderita HIV selain masa sehat penderita HIV akan semakin pendek yang berarti
kualitas dan peroduktivitas mereka menurun, mereka pun akan menjadi sumber
penularan
TB.
Jadi tanpa penanganan yang tepat
dan efisien terhadap penderita ko-infkesi
TB - HIV,
TB tidak akan mudah diberantas.
Di sinilah pentingnya
pemberantasan yang kolaboratif antara
TB
dan HIV dan pemerintah sudah memulainya sejak tahun 2007. Adapun tujuannya;
- Membentuk
mekanisme kolaborasi antara program TB
dan HIV/AIDS caranya dengan memadukan layanan kesehatan untuk TB dan HIV. Caranya;
a.
Pasien
TB
dan HIV diobati dalam satu kunjungan ke satu klinik atau rumah sakit
b.
Kurangi resiko ODHA tertular
TB dengan mengurangi waktu menunggu
antrian saat di klinik atau rumah sakit
c.
Bila pasien
TB di
curigai terinfeksi HIV segera di rujuk untuk tes HIV dan konseling
d.
TB
pada ODHA dipercepat penanganannya
e.
Memberi pengobatan pencegahan dengan pemberian
ARV dan kotrimoksasol
f.
Kepatuhan terapi
TB dan HIV
g.
Petugas
kesehatan
di berikan pelatihan untuk menangani
TB
dengan HIV atau HIV dengan
TB
 |
sumber gambar dari sini |
- Mengurangi
dampak TB pada HIV
Seperti
tertulis di atas, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV lemah
sehingga jika tertular
TB, CD4
dalam tubuhnya yang harusnya menyerang virus HIV harus juga menyerang kuman
TB, sehingga jumlah CD4 nya bisa
menurun sangat drastis dan infeksi lain mudah menyerang sehingga dia menderita
AIDS.
Untuk
mengurangi dampak itu adalah dengan memberantas penyakit
TB, caranya dengan cepat menemukan
penderita
TB dan menyembuhkannya.
Karena setiap orang memiliki kemungkinan mengidap
TB laten, maka diperlukan menumbuhkan
kesadaran untuk selalu menjaga
kesehatan
tubuh dan lingkungannya, melalui pola hidup sehat.
3. Mengurangi dampak HIV pada
TB
Sulit
mendeteksi
TB pada ODHA, karena
pada saat sistem kekebalan tubuhnya lemah (CD4 200) berbagai infeksi lain bisa
menyerang. Pengobatannya pun sulit karena obat yang akan dikonsumsi lebih
banyak dengan resiko efek samping cukup besar. Dan ODHA memiliki peluang 50%
terkena
TB.
Untuk
mengurangi dampak ini, pertama, kendalikan penularang HIV dengan cara tidak
berhubungan intim selain dengan suami/istri dan menjauhi narkoba. Kedua, penting
sekali mempercepat penanganan ODHA yang terkena
TB dengan bantuan dokter dan petugas
kesehatan yang tepat pula, agar terapi OAT
dan ARV bisa dilakukan dengan aman.
Memberantas dan membunuh mata
rantai penularan
TB, HIV dan penyembuhkan pasein Ko-infeksi
TB-HIV bukan hanya
tugas pemerintah dan petugas
kesehatan namun perlu dukungan dan kesadaran
masyarakat dengan selalu menjaga
kesehatan
diri, lingkungan dan menerapkan gaya hidup sehat termasuk setia pada suami/istri dan menjauhi narkoba.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition Temukan, Sembuhkan TB
Referensi tulisan
www.who.org