MP-ASI rumahan hingga instan

Kini semakin banyak variasi makanan pendamping ASI yang di jual, baik yang instan maupun rumahan. MPASI instan sangat mudah di temui, dari warung sampai hypermarket. Sebaliknya, MPASi di rumah hanya di jual di beberapa tempat, seperti gerai di perumahan atau ruko tertentu atau di jual secara online tapi area pengiriman terbatas. 

Tulisan ini berisi liputan beberapa mp-asi rumahan dan instan, di tulis berdasarkan survey dan ngobrol dengan mompreneur mp-asi rumahan *bukan copas*,  di sertai catatan hasil wawancara dengan  dokter gizi klinis dr. Tirta Prawita Sari MSc. SP.GK.  dari RS Pondok Indah Jakarta, mengenai mp-asi rumahan dan instan.

Ayahbunda edisi no 16 10-23 agustus 2015.

rumahan atau instan, memiliki kelebihan


Jalin silaturahmi gara-gara tulisan

Menulis artikel  untuk majalah ayahbunda walaupun tema bisa di bilang itu – itu saja, seputar parenting dan kesehatan anak dan Ibu hamil, tapi ga bisa comot –comot tulisan dari google atau buku begitu saja. Harus kroscek sama narasumber ahli atau orang-orang yang terlibat langsung dalam suatu kegiatan. Seperti saat saya menulis mengenai kebiasaan baru di sekolah si kecil di sini dan mengenai MP-ASI rumahan yang baru akan terbit minggu ini. 

Kesadaran banyak Mama akan pentingnya makanan sehat membuat MP-ASI rumahan kini jadi pilihan  utama di banding instan, peluang ini terbaca beberapa Mama. Para Mama yang awalnya hanya membuat MP-ASI untuk buah hatinya mulai membuat dengan skala lebih banyak dan menjualnya, karena beberapa Mama terutama Mama bekerja  merasa sibuk dan tidak bisa membuat MP-ASI rumahan sendiri.

Tulisan yang menuntut saya mencari dan mewawancara mompreneur yang bergerak di bisnis ini. Dan teknologi memudahkan semuanya, tanya teman sana – sini via grup WA/BBM, medsos dan blogger.  Aktif dan memiliki banyak teman di komunitas sangat membantu, seorang teman food blogger Fitri pity firmansyah mengenalkan saya pada Amanda Pingkan Wulandari, seorang Mama yang berdomisili di Bandung dan memulai usaha MP-ASI rumahan sejak 2011 dengan merk P&P, ulasannya bisa di lihat di majalah Ayahbunda :).

Bertemanan di dunia maya di lanjutkan dengan kopdar saat saya kemarin mudik (ke Bandung) dan gak nyangka bu Pingkan memberi saya hadiah buku tulisannya bersama ke 3 temannya, semuanya tak lain adalah   sebagai admin HHBF atau homemade healthy baby food sebuah komunitas parenting khususnya berbagi mengenai MP-ASI rumahan di facebook.

Gak terlalu minder bersebelahan dengan bu Pingkan karena ukuran tubuh kita gak beda jauh hahaha. ya, jujur aja suka gimana gitu kalau ketemu teman baru terus badannya menjulang heuheu. Peran sebagai ibu sepertinya yang membuat obrolan kami cair (walaupun awalnya saya canggung), sebagai mama yang sebenarnya gak terlalu lama-lama di dapur tapi maksain masak demi anak-anak, saya tanya-tanya bu Pingkan soal awal mula gemar masak. Ehm, ternyata motivasinya ke dapur karena anak, ingin memberikan anak makanan yang baik. Terus kita share sedikit soap pengasuhan. Semoga saat saya mudik kita bisa ketemuan lagi ya bu Pingkan....:) 

dari online ke offline
Bukunya sudah saya review di www.momsbooksclub.blogspot.com

Dan saya langsung nyesel. Nyesel kenapa buku ini baru terbit setelah saya selesai MP-ASI atau ini kode untuk anak ketiga hahaha.

Btw, walaupun saat anak-anak MP-ASI saya masih kerja, saya memberi mereka MP-ASI rumahan salah satu penyemangatnya karena teman-teman kantor juga melakukan hal yang sama. Ya, mereka bekerja masih bisa MP-ASI rumahan masa saya nggak, di tambah lagi basic kuliah kimia, jadi selalu punya alasan ekstrim  untuk memilih makanan yang kandungan kimia sintesisnya minimal .

Pertanyaan yang biasanya di lontarkan para Ibu yang baru memulai MP-ASI rumahan adalah apa untuk membuat MP-ASI rumahan perlu peralatan dapur khusus? Menurut pengalaman saya sih iya yaitu alat untuk menghaluskan makanan. Jadi apa harus punya blender? Nggak juga, Ibu saya cerita kelima anaknya MP-ASI rumahan dan gak pake blender, cara menghaluskannya di kukus terus di haluskan pake lumpang dan alu yang khusus sebagai perlengkapan makan bayi. Jadi tidak punya menghalus modern bukan alasan untuk gak MP-ASI rumahan. Tapi MP-ASI rumahan atau MP-ASI instan adalah pilihan, karena dua-duanya memiliki kelebihan. Apa kelebihannya?

Simak di majalah ayahbunda minggu ini, tulisan saya mengenai MP-ASI rumahan dan instan, di sertai catatan dari dokter spesialis gizi klinis dr. Tirta Prawita Sari MSc. SP.GK.


Berenang dan piknik di Tirta Maya II Sawangan

Ketiga kalinya saya sekeluarga berenang ke sini dan ada sedikit kejutan selain tarifnya naik juga nampak lebih rapih, terawat dan tertata. Tiketnya sebesar rp 25.000,-.

Dulu pertama kali ke sini saya sempat berguman dalam hati, sayang tempat sebagus dan seluas ini kurang terawat dan di kelola dengan baik. Point plus dari tempat ini adalah banyaknya area hijau. Kolom renang yang dalamnya pun luas (dengan kedalaman maksimal 1.9m), pas buat beneran olahraga berenang.

Banyaknya area hijau selain membuat udara lebih sejuk juga asik buat piknik.

Dan kunjungan kali ini, terlihat banyak perbaikan di sana-sini, dari petugasnya yang berseragam, tanaman dan kebunnya rapih, petugas yang menjaga keselamatan kolam renangnya banyak, kantinnya lebih rapih dsb.

Tempat ini terletak di Jalan Raya Parung, jika dari Jakarta dari lebak bulus lurus ke arah Ciputat lalu ke arah Parung, tepat di depan Supermarket Giant. Dari luar tampak tidak terlalu mencolok sebagai area renang yang luas tapi parkirannya cukup  luas.

Area Hijau
Nuansa hijau dan sejuk langsung terasa begitu masuk area kolom renang.  Kalau datang pagi malah terasa dingin. Dan dari beberapa kali pengalaman kemari, saya rekomendasikan datang pagi selain udara dan airnya terasa segar juga belum terlalu ramai pengunjung jadi bisa lebih leluasa.

Pilihan kolam renang
Paling depan terdapat dua kolom renang utama dengan 4 kedalaman berbeda, satu kolam anak-anak dengan dua macam kedalaman, dan satu kolam dewasa dengan dua macam kedalaman. Di depannya ada water boom, kolam renang yang di lengkapi perosotan dengan dua macam ketinggian.

kolam renang utama
water boom
Di sisi kanan bawah ada kolom renang anak-anak yang di lengkapi perosotan juga dan di dataran paling bawah ada kolam renang berarus, berbentuk melingkar panjang dengan kedalaman 1.2 m.


kolam renang dengan perosotan kecil

kolam renang berarus 
Di tengah kolom renang melingkar terdapat area tunggu dan taman bermain dengan pohon yang batangnya  menjulur panjang, unik menyerupai kursi panjang.

Berenang dan atau main air
Salah satu yang membuat saya suka dengan area renang di sini, adanya kolam renang dengan ukuran luas dan dalam, pas untuk olahraga berenang. Dengan alasan menghemat,  kami ingin menjadikan kunjungan ke area renang sekalian Kaka olahraga berenang ( diluar hari dan jam les renang). Tapi rencana tinggal rencana, kalau sudah ke area wisata berenang, bawaannya langsung nyebur main air dan kecipak kesana kemari. Jadilah kami membuat kesepakatan, sebelum main air olahraga dulu di tempat dalam.


main air
Duh, kesannya jadi pemaksaan ya hehehe. Tujuannya sih kami ingin anak-anak terbiasa dengan olahraga (apapun olahraganya) hingga merasa menjadi suatu kebutuhan untuk sehat (jangan seperti kami) dan pilihan renang karena emaknya ini ingin agar tinggi badan anaknya gak kayak emaknya hahaha. Untunglah si Kaka hobi main air jadi tak sukar mengarahkannya berenang.

Kaka suka menolak di minta renang gaya bebas, gaya katak adalah fav. nya https://instagram.com/p/5loy87A6gF/?taken-by=t_rinasusanti

Safety first

Yap, walaupun kaka sudah bisa berenang, tetap selalu kami awasi jika berenang atau sekedar main air apalagi di keramaian. Kedua, perlengkapan olahraga berenang harus selalu di kenakan, salah satunya kacamata renang.  Fungsinya agar mata tidak pedih dan iritasi saat berenang. Nah, apa bedanya sih kacamata renang yang harganya 20 ribuan dan bermerk yang harganya di atas 200 ribuan? Dari beberapa pengalaman, kacamata renang yang murah umumnya mudah patah di bagian tengah atau samping, sering bocor (air masuk ke dalam kacamata) dan kacanya mudah buram jadi saat melihat ke dalam air gak jernih. Kacamata renang mahal sebaliknya, jadi untuk memakaian rutin atau olahraga sebaiknya gunakan yang kualitasnya bagus.

Suporter terandal

Tidak hanya pemain sepakbola yang butuh suporter juga ibu ASI. Suporter-suporter terandal itu antara lain suami, orangtua, mertua, teman .... Narasumber tulisan ini dr. Amalia SpOG., IBCLC

Selengkapnya bisa baca di majalah Ayahbunda edisi no 15 (27 juli - 10 agustus 2015). Di artikel ini juga memuat pengalaman beberapa bunda ASI dengan suporter terandalnya, dan tiga bunda bercerita tentang kendala yang mereka hadapi saat memberi ASI. 


tulisan terbaru saya 





Arini dan Athirah

Ada yang sudah  film Surga Yang Tak Dirindukan? Saya belum tapi sudah membaca novelnya bertahun lalu, novel versi lama yang judulnya masih Istana Ke Dua. Novel yang sukses membuat saya gregetan dan emosi jadilah memilih fast reading, baca menclok-clok terus langsung ngintip endingnya dan ternyata endingnya bikin sakit hati L Ya, jauh beda sama ending di filmya (dapat bocoran dari teman yang nonton kalau filmya Happy Ending bla...bla...bla).

Beberapa hari lalu saya mendapat WA dari seorang teman yang habis nonton film ini, begini kurang lebih tulisan WA nya,”Teh X udah nonton film Surga Yang Tidak Dirindukan, kok jadi takut nikah ya...”*ehm untung saya baca novelnya pas udah nikah dan punya anak jadi ga parno*

Saya pun baca komen di status teman FB yang ngaku kapok baca buku Asma Nadia karena pernah buku Catatan Hati Seorang Istri karena bawaannya jadi curigaan dan waswas.  Saya jadi teringat, pernah mendiskusikan buku Catatan Hati Seorang Istri dengan pak suami *lebih tepatnya saya yang ngomongin isi buku itu ke pak suami* dan tanggapannya.

Kendala yang mungkin di hadapi saat memberi ASI

Beberapa waktu lalu saya mendapat tugas menulis mengenai ASI dengan narasumber dokter spesialis kandungan sekaligus konselor laktasi bersertifikat internasional – tulisan di muat di majalah edisi bulan April 2015. Selama jadi kontributor ayahbunda, ini pertama kalinya dapat tugas menulis mengenai ASI dan langsung bikin shock. Inget ‘dosa’, menyesal, terus mewek diam-diam ....

#trowback . Delapan tahun lalu saat hamil anak pertama, merasa jadi calon mama yang bersemangat. Semangat baca ilmunya punya anak, dari beli majalah bertema parenting (yang gak cukup satu majalah sebulan), beli buku sampai ikut workshop or seminar di Jakarta – bagi saya ke Jakarta sendiri  itu perjuangan pertama karena rumah di Bogor, kedua sebagai perantauan  saya ‘buta’ kota Jakarta.
Walaupun sudah baca ‘ilmu’nya  tetap merasa belum siap begitu si kecil lahir. Tetap merasa gak bisa apa-apa. Jadilah pilih lahiran di Bandung,  biar ada Mama dan saudara-saudara yang menghadle si baby hehehe.

Hari pertama kedua, ketiga, kempat ASI belum keluar juga. Kepanikan di mulai plus stres. Ya, saya mama yang gagal memberi ASI full  dua tahun, gagal ASI eksklusif. Kok bisa? Ga tau ya kalau ASI itu makanan terbaik untuk bayi? Ga tahu ya bla...bla .....soal teori mah saya tahu semuanya karena sudah di persiapkan sejak hamil yang tidak saya persiapkan adalah bahwa tidak semua Ibu ASI nya lancar sejak hari pertama, tidak semua Ibu ASI nya ngucur jadi perlu ekstra usaha untuk bisa memberi ASI.  Yang saya persiapkan malah perlengkapanmenyiapkan stok ASIP jika kembali bekerja seperti membeli pompa ASI, breast pad, ice gel dsb.

Saya pikir ASI itu akan dengan mudah keluar, lancar dan banyak keluarnya seperti yang dialami Ibu, adik  dan saudara-saudara saya (sepupu, bibi dsb)....jadi saat saya tidak seperti mereka, saya down, tertekan, stres, merasa tidak adil dsb di tambah lagi saya harus kembali ngantor, akh makin lebaylah emosi saya waktu itu...

So, buat calon mama, selain menyiapkan ilmu pentingnya ASI, cari tahu kendala yang mungkin di hadapi seputar memberi ASI dan solusinya agar siap dan bisa memberi ASI full, biar tidak menyesal seperti saya.

Banyak cara, dari baca malajah, buku atau ikut workshopnya. Dan  di pekan ASI yang jatuh awal bulan Agustus nanti komunitas The Urban Mama mengadakan workshop mengenai ASI. Bookmark tanggalnya ya




Di pekan ASI ini pun majalah AyahBunda menurunkan artikel mengenai Support System ASI (edisi no 15 akhir bulan Juli, berarti minggu depan ya) salah satunya tulisan saya (sekalian promo J) hasil wawancara dengan dokter spesialis kandungan sekaligus konselor laktasi yang praktik di RSIA Hermina,  plus beberapa mama yang berbagi pengalamannya memberi ASI pada buah hatinya.




Kehebohan 'kerja' membawa dua anak

Pasca si mba resign minggu lalu, saya mulai kebingungan saat harus menitipkan anak-anak karena suatu keperluan. Seperti hari jumat minggu lalu, redaktur merekomendasikan dokter di rumah sakit pondok indah (rspi) sebagai narasumber dan harus wawancara langsung. Jarak rspi dari rumah hanya 30 menit (jika tak macet) jadi tak masalah jika saya harus kesana langsung. Masalahnya pada siapa kedua anak saya di titipkan?

Gak bisa duduk manis
Membawa anak-anak ke rs untuk wawancara dokter adalah hal yang selalu saya hindari. Selain riskan karena wawancara di lakukan di ruang praktik juga karena kedua anak saya tipe yang gak bisa duduk manis. Kalau melihat sesuatu yang baru dan menarik pasti ngoprek*, berkomentar atau  nanya ini itu. Kalau ga ngoprek  jika berduaan selalu ada ide main, entah kejar-kejaran atau main sembunyi-sembunyi (di mana pun termasuk saat mereka ke rs karena sakit atau ke mall). Oh ya anak saya yang kecil berusia 3 tahun setengah jadi lagi aktif-aktifnya. Sedangkan kakanya yang berusia 7 tahun, selalu mau tahu dan sok tahu.