Starbucks-er VS Team Mendang-Mending

Starbucks-er VS Team Mendang-Mending

Minggu lalu bahasan  FB lagi rame tentang starbak. Awalnya heran kok beberapa teman kompakan bikin status soal starbak. Langsung kepo donk, cari  jawaban di kolom komentar adalah jalan ninja hahaha. Oalah ternyata status-status ini untuk mengkomentari status  yang menyindir pelajar smp yang nongki di starbak. Entah bagaimana status pertama yang memicu banyak status soal starbak, yang saya tangkap dari status dan komen netizen/teman-teman adalah, ya ga apa-apa anak smp ngopi si starbak, duit-duitnya. Harga starbak mahal buat golongan tertentu, bagi sebagian golongan ya murah, lha orang Indonesia banyak yang kaya. Mungkin jajan kopinya pake diskon atau ditraktir. Mungkin anak smp itu sesekali aja jajan starbak.

Ya memang nggak salah anak smp jajan kopi starbak kalau uang jajan dari ortunya cukup. Yang salah kalau maksain demi gengsi, biar terlihat keren, bahaya untuk masa depannya, kenapa? Jadi generasi kurang pintar finansial karena apa-apa dinilai dari gengsinya.

Ya kurang lebih seperti itulah ya temans…

Tenang-tenang tulisan ini ga akan lanjutin ghibah anak smp yang ngopi di starbak, tapi ngomongin diri sendiri yang kalau jajan banyak mikir mendang-mendingnya hahaha. Maklumlah saya generasi yang  masa kecilnya  sudah merasa mewah kalau makan roti oles mentega dan tabur gula pasir. Generasi masa kecil yang lebih akrab dengan bajigur daripada kopi. Jadi begitulah jiwa mendang-mending masih  tertanam walaupun mampu beli sesuatu mikirnya lama. Urgent ga? Butuh banget ga? Atau karena pengen aja? Apa ini masuk katagori pelit?

Pada suatu masa (sebelum pandemi) suami saya suka banget ngopi starbak. Saya yang begitu lihat harganya langsung memelototkan mata, waktu itu harganya masih kisaran  30 ribu. Alasan pak suami ngopi starbak katanya,“Kopinya enak, susunya terasa, manisnya pas.”

Iya sih pas dicicipin emang enak tapi kalau belinya keseringan, hampir tiap hari? Pak suami merasa perjalanan ngantor butuh effort besar, mampir di beli kopi di starbak itu jadi semacam kebutuhan.

Ga cuma kalau ngantor, kalau kami weekend jalan-jalan pun mampir ke starbak sebentar pesan kopi take kalau ditawarin saya lebih sering nolak, cukup icip-icip.   

Suami merasa itu salah satu caranya menikmati hidup, menikmati hasil jerih payahnya kerja. Lha cuma sekian ribu, masih kecil dibandung gajinya sebagai senior manager di perusahaan (swasta) multinasional. Lagi pula uang dapur yang ditransfer ga berkurang karena jajan starbak. Tapi entahlah jiwa mendang-mending ini susah move on.

Sampai suatu hari saya pengen pindahin les bahasa Inggris si anak sulung ke tempat les lebih bagus, yang pake native speaker, biar cas cis cus gitu kalau ngomong, maklumlah emaknya bisanya sunlish- sunda inggris. Nyerahlah diminta ngajarin ngomong bahasa inggris, mending ngajarin  matematika sama kimia. Harga les bahasa Inggris dengan native speaker sebulannya sekitar 1 juta, tapi keuangan mepet. 

Ya walapun penghasilan suami besar, saya juga punya uang jajan sendiri walaupun ga besar sebagai freelancer tapi karena kami sama-sama generasi sandwich, punya tanggungan lain.

Dengan kesadarannya pak Suami ngurangin jajan kopi, budget kopi buat anaknya les  dan langganan aplikasi simply piano jadi anak-anak belajar piano/organ dengan mandiri, biar punya kegiatan positif dan menstimulasi. Suami juga jadi ga mikir lama kalau pas ke gramed anak-anak minta request buku banyak, katanya ntar  budget ngopinya dikurangin hehehe.

Jadi dampak suami ngurangin ngopi starbak seperti itu….

Dampak lain dari ngurangin mampir ke starbak ternyata jadi edukasi untuk anak-anak di rumah yang berusia remaja, mereka jadi tahu beli kopi di starbak itu karena  butuh ngopi bukan gengsi atau biar terlihat keren. Bisa membedakan kebutuhan, keinginan dan prioritas.

Suatu hari saya baca postingan IG Windy Teguh, banker, finansial planer bersertifikat yang rajin post konten keuangan, yang postingannya tentang mengurangi jajan kopi biar bisa nabung dan atau investasi, lengkap dengan hitungannya. Bisa intip di sini

Jadi keputusan saya meminta suami mengurangi (nggak melarang sama sekali ya, kasian doi kalau ga ngopi enak sesekali)  ngopi starbak benar donk ya hehehe. Jadi bukan soal pelit tapi prioritas. Bukan soal frugal living juga (lagi trend ini) tapi memilah prioritas.

Ya kalau Papa Rafi sama Mama Gigi saban hari ngopi stabak malah beli gerainya, ekonomi keluarga tetap stabil,  Rafatar bisa tetap sekolah dan les ini itu. Apalah kami yang harus mengelola keuangan dengan tepat hehehe.

Papua Future Project, Menerbangkan Mimpi Anak-anak pulau Mansinam

Papua Future Project, Menerbangkan Mimpi Anak-anak pulau Mansinam

Pendidikan dapat mengentaskan kemiskinan. Pendidikan dapat mengubah dunia.  

Jika menilik sejarah kemerdekaan, para founding father negera ini sudah membuktikan kedua kalimat itu.

Tujuh puluh delapan  tahun berlalu sejak negara ini mengumandangkan kemerdekaan, sayangnya akses pendidikan yang mampu mengetaskan kemiskinan belum sepenuhnya merata, terutama di pelosok tanah air, pulau-pulau terpencil. Kendala faktor geografis tidak bisa dipungkiri.

Bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan tercantum jelas dalam UUD 45 Pasar 31 ayat 1.

Papua Future Project

Papua Future Project


Memang menjadi kewajiban pemerintah menyediakan dan memfasilitasi pendidikan tapi ada kalanya menunggu pemerintah saja tidak cukup, mau  sampai kapan? Itulah yang ada dibenak Jordy saat menatap bumi Papua yang dipijaknya. Melihat anak-anak di pulau Mansinam yang berlari telanjang kaki dengan tawa ceria dikelilingi  bentangan laut yang membiru dan nyiur yang melambai. Anak-anak generasi penerus yang kelak membangun tanah Papua, memanfaatkan kekayaan alam yang mereka miliki untuk kemajuan dan kesejahteraan, tapi apa bisa dicapai jika mereka tidak memiliki pendidikan? Terlambat bisa membaca? Tidak mengerti  pentingnya menjaga kesehatan?

Jordy lahir dan besar di Papua, ia melihat sendiri ketimpangan pendidikan, bak bumi dan langit dengan anak-anak  di luar pulau sana, terlebih saat ia kuliah di President University. Keadaan ini yang menggerakkan hati Jordy untuk mengagas komunitas berbasis projek yang diberi nama Papua Future Project, dengan fokus memberikan bimbingan belajar pada anak Papua yang belum menguasai pelajaran dasar  di wilayah tertinggal seperti pulau Mansiman. Pulau yang terletak di provinsi Papua Barat dan berjarak 2 km dari kota Manokwari.

Papua Future Project yang diinisiasi sejak 2020 bukan hanya mengajarkan anak berhitung, membaca, dan menulis,  juga memberi edukasi mengenai kesehatan, lingkungan, pengembangan diri hingga dampak perubahan iklim. Edukasi ini dikemas  secara kontekstual agar anak-anak tidak merasa terbebani, mudah dipahami dan  dapat mengintegrasikan dalam keseharian.

Seperti diungkapkan Jordy pada hari Pendidikan Nasional 2023 kemarin,” Tujuan utama pendidikan adalah untuk berkontribusi terhadap pembangunan bangsa, membantu setiap anak dalam mengembangkan potensi serta mempersiapkan mereka untuk meraih masa depan. Dalam memaksimalkan hal tersebut pembelajaran berbasis kontekstual serta memuat unsur kearifan likal perlu adanya implementasi secara maksimal dan berkelanjutan. Sehingga proses pembelajaran dapat sepenuhnya mengasah kemampuan dan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran.”



Every child matters

Dengan motto Every Child Matters, Jordy mengatakan,”Ingin memberikan kesempatan yang sama pada semua anak untuk mengakses pendidikan dan menurunkan buta huruf di masyarakat adat yang ada di Papua Barat demi memajukan peradaban Papua ke depannya,” Jordy yakin pendidikan adalah hal fundamental yang berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.



Bimbingan belajar dan edukasi kesehatan secara inklusuif  diadakan seminggu sekali secara sukarela.

LITERASI

Buku adalah jendela dunia

Pendidikan yang baik akan beriringan dengan pemahaman literasi yang baik, begitupun sebaliknya. Literasi diawali dengan kegiatan membaca dan menulis, dengan kebiasaan ini akan terbentuk kemampuan berbicara serta memahami ide dalam sebuah konteks. Itu sebabnya literasi tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Hal ini disadari Jordy dan relawan di Papua Future Project yang kemudian mendirikan pojok baca di beberapa perkampungan dan membuat program donasi buku. Gerakan literasi dan pojok baca ini tidak hanya di pulau Mansiman juga Raja Ampat dan Tambrau.

Jika teman-teman berminta mendonasikan buku bisa hubungi IG Papua Future Project.`

Sukarelawan yang datang dan pergi

Papua Future Project adalah komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, anak muda yang terlibat di Papua Future Project adalah para relawan yang bekerja dengan sukarela mengajari anak-anak Papua belajar menulis, membaca, mengedukasi mengenai kesehatan, lingkungan dan lain-lain.

Karena mengandalkan para relawan, masalah yang dihadapi adalah ada kalanya relawan kurang dari yang dibutuhkan, relawan datang dan pergi, ungkap Jordy. Untuk itu Papua Future Project selalu terbuka untuk relawan, untuk teman-teman yang mau bergabung dengan Papua Future Project bisa buka linktree dari instagram Papua Future Project, sedang ada pembukaan relawan batch 2 lho.

Kini 13 kampung dan 700 anak yang merasakan dampak positif program Papua Future Project dengan melibatkan 25o relawan dan pemuda dari seluruh Indonesia untuk bergabung baik secara langsung maupun daring.

Kontribusi    Bhrisco Jordy Dudi Padatu untuk anak-anak Papua melalui Papua Future Project membuat Jordy dianugrahi 13th SATU Indonesia Awards di Bidang Pendidikan. Anugrah ini melecut Jordy untuk terus konsisten berkontribusi pada pendidikan di Papua.

Semoga langkah Jordy memberi inspirasi pada generasi muda lain untuk bersama-sama menjadikan  anak-anak dan masa depan Indonesia lebih baik. 


Sumber tulisan

Instagram.com/papuafutureproject

wawancara via dm ig dengan papuafutureproject

www.kumparan.com

Satuindonesia.com

Kenangan 17 Agustusan masa kecil

Mendengar lagu Indonesia Raya selalu bikin mata berkaca-kaca apalagi saat 17 Agustus, teringat buku-buku sejarah yang menceritakan perjuangan bangsa ini. Teringat Kakek (almarhum) dan nenek yang kerap kali menceritakan perjuangan melawan penjajah. Kakek saya seorang pejuang 45, tentara siliwangi yang ikut long march (jalan kaki) ke Yogya, setiap beliau cerita tentang jalan kaki ke Yogya selalu membuat saya merinding, ga sanggup membayangkan. Tak jarang kakek bercerita sambil berkaca-kaca mengenang masa itu, bersyukur masih diberi umur melihat anak cucunya karena banyak teman seperjuangannya meninggal saat perang pasca kemerdekaan. 

Nenek mengulang-ngulang  cerita jaman mengungsi saat Bandung lautan api, jalan kaki ke Bandung Selatan. 

Dibalik cerita haru, ada kenangan kemeriahan 17 Agustus. Lomba makan kerupuk, balap karung, panjat pinang, memasukkan pensil ke botol dan aneka lomba lainnya menjadi salah satu kemeriahan khas 17 Agustus. Biasanya kemeriahan itu ditutup dengan panggung hiburan. Tapi di kota besar sepertinya sudah jarang ya ada panggung hiburan 17 Agustus yang acaranya hiburan nari anak-anak, stand up komedia ala-ala, bank anak muda dan atau dangdutan. Di kampung tempat saya tinggal masih ada tradisi panggung hiburan biasanya diadakan 1 atau 2 minggu setelah 17 Agustus. 

Dulu saat masih kecil di Bandung (saya lahir dan besar di Bandung) ada juga tradisi panggung hiburan sebagai penutup rangkaian lomba agustusan. Oh ya dulu kemeriahan 17 Agustus ada tontonan layat tancap juga. Anak generasi 80 an umumnya mengalami tontonan layar tancap. Saat itu hanya ada satu saluran tv, tvri, yang kebanyakan acaranya formal dan serius heuheu. Jadi kalau mau nonton film seru ya nunggu layar tancap, tapi ini tidak berlaku untuk kelangan menengah atas kali ya karena jaman itu udah ada juga bioskop. 

Diantara rangkaian acara kemeriahan 17 Agustus yang paling berkesan bagi saya adalah nonton film layar tancap karena tidak akan terulang lagi. Berbeda dengan aneka lomba yang diulang setiap tahun. Yap dengan banyaknya pilihan tv dan internet layar tancap sudah tidak punya tempat, ketinggalan jaman kalau pun diadakan belum tentu ada yang nonton kan hahahha. 

Saya selalu menunggu-nunggu nonton layar tancap, walaupun film yang diputar itu-itu saja yaitu film Rhoma Irama, Suzana dan warkop DKI. Acara layar tancap diadakan di lapangan rw, saya nonton bersama bapak, nenek dan adik-adik. Ibu saya ga pernah ikut nonton, entah kenapa. Kami membawa tikar, sarung, bantal dan camilan. Layar tancap biasanya memutar 2 sampai 3 film, setelah film kedua biasanya kami pulang, sekitar jam 12 an malam. Layar tancap biasanya diputar mulai pukul 8 malam. 

Biasanya adik saya sudah tertidur saat nonton jadi bapak akan menggendongnya saat pulang, saya dan nenek kebagian membawa tikar, sarung dan bantal. Kalau ingat itu saya suka haru, karena saat itu bisa dibilang bonding dan quality time saya dan adik-adik dengan bapak. Bapak saya jarang bicara/ngobrol, tipe introvert. 

Oh ya di tempat pemutaran layar tancap rame dengan pedagang makanan, gorengan, kacang rebus, ubi dam jagung rebus, dan bajigur. Belum ada seblak hahahah. Cireng dan cilok sih udah ada karena saya ingat di sekolah SD saya ada kang cilok dan cireng. 

Kalau dipikir-pikir sekarang, film yang saya tonton waktu itu (dan ditonton banyak anak lain) adalah bukan film anak-anak, masuk katagori film 13+ atau mungkin 17+, tapi rasanya biasa aja, orang tua juga ga terlalu khawatir, mungkin karena arus informasi saat itu tidak sebanyak sekarang, kekhawatiran orang tua tentang efek film itu untuk anak-anak sedikit. Artinya anak-anak akan segera lupa, karena besoknya kembali ke dunia nyata sebagai anak-anak yang main bebas sesuai dunia anak-anak. Beda dengan jaman sekarang tontonan/adegan dewasa bisa dikonsumsi anak kapan aja melalui media sosial. Informasi yang berulang masuk ke benak anak jadi mempengaruhi pola pikir dan perilakunya. 

Saat kecil kalau abis nonton film (layar tancap) warkop DKI yang diingat adegan lucunya, bukan yg lainnya. Film Rhoma Irama yang diingat lagu dan romance yang terbilang aman untuk anak, film Suzana yang diikat adegan jump scarenya. 

17 Agustusan ala emak emak
Setelah punya anak sekolah, saya ikut merayakan 17 agustusan di sekolah karena biasanya selain lomba untuk anak-anak, orang tua dilibatkan dengan lomba membuat tumpeng antar walmur setiap kelas. 

Saya selalu menanamkan pada anak-anak, perayaan 17 Agustusan dengan aneka lomba semata hiburan tapi intinya sebagai pengingat bahwa di hari itu kita merdeka dari penjajah, merdeka karena perjuangan nenek moyang kita, bukan hadiah dari penjajah. 

Kalau teman-teman apa nih pengalaman 17 Agustusan yang berkesan? 


Menyulap rumah menjadi area ‘kerja’ yang fleksibel

Menyulap rumah menjadi area ‘kerja’ yang fleksibel

Salah satu pekerjaan sampingan  yang kini banyak diminati adalah menjadi konten kreator di media sosial. Salah satu alasan konten kreator diminati karena bisa dikerjakan di mana saja termasuk di rumah dengan syarat ada smartphone dan kuota, kedua bisa mendatangkan penghasilan menggiurkan. Besarnya penghasilan akan tergantung pada  seberapa konsisten dan kreatif membuat konten. Makin konsisten dan kreatif, penghasilan makin besar.

motret di studio odong-odong teras belakang 


Saya termasuk ibu rumah tangga yang bekerja sampingan menjadi konten kreator. Penghasilan belum seberapa karena masih belum konsisten.

Salah satu cara agar mood membuat konten terjaga, ga ribet pasang copot property adalah membuat beberapa ruangan/area di rumah menjadi ruang untuk membuat konten.

Dapur

Beberapa waktu lalu saya pernah membuat konten masak secara konsisten 2 hari sekali karena terikat kontrak dengan agensi salah satu platform media sosial. Karena kontennya memasak, salah satu sudut dapur jadi spot khusus untuk membuat konten. Untuk menghasilkan video masak yang baik pencahayaan menjadi kunci, jadi walaupun dapur cukup terang saya tambahkan lampu saat membuat konten video masak. Untuk mendapatkan pantulan cahaya yang baik pilih background putih.

Teras Belakang

Teras belakang rumah yang disulap jadi studio foto odong-odong. Pernah ada di masa saya konsisten motret makanan dan memajangnya di shutterstock sekarang jarang memotret karena waktunya berkejaran dengan antar jemput anak sekolah dan ekskul apalagi sekarang anak-anak sudah tidak satu sekolah.

studi odong-odong teras belakang 


Teras belakang kurang terang jadi jika memotret tanpa soft box hasilnya kurang bagus, biasanya saya memindahkan memotret ke bagian depan kamar mandi cuci di sebelahnya.

Meja kerja

Meja kerja terutama dibutuhkan untuk menulis blog. Saya belum bisa menulis blog di handphone karena rasanya kagok, jadi kehadiran meja untuk menulis penting. Meja kerja ini terletak di ruang keluarga bersebelahan dengan meja tv. Meja yang merangkap  meja belajar anak-anak menggambar dengan komputer.

meja kerja buat nulis blog 

Teras depan

Karena saya berjualan anggrek dan tanaman hias online, teras depan jadi tempat untuk membuat konten foto dan video tanaman jualan hehehe. Biasanya teras depan juga jadi meja kerja pak suami kalau malem-malem, laptopan sambil ngadem.

Tips agar ruangan di rumah bisa untuk membuat konten

Memiliki pencahayaan baik agar hasil foto dan video baik dan mudah diedit.

Dapur, tempat ngonten


Lapang sehingga  leluasa untuk menempatkan properti konten yang dibutuhkan.

Warna cat tembok netral agar mudah disesuaikan dengan tema konten yang dibuat dan dapat memantulkan cahaya yang bagus.

Tips memiliki rumah bersama suami/istri di usia muda

Rumah biasanya menjadi target utama yang ingin dimiliki pasangan yang baru menikah selain buah hati. Saya dan suami termasuk yang mentargetkan memiliki rumah sebelum usia pernikahan 5 tahun, Alhamdulillah sebelum usia pernikahan 3 tahun kami memiliki rumah walaupun mencicil hehehe. Beberapa hal  yang kami terapkan agar target memiliki rumah tercapai di usia muda adalah;

Membeli rumah yang  harganya sesuai dengan kemampuan finansial. Jika membeli rumah secara KPR, bank akan menentukan jika cicilan harus 1/3 dari penghasilan. Agar cicilan lancar pengeluaran tidak besar pasak daripada tiang sebaiknya tidak membohongi data keuangan saat mengajukan KPR ke bank.

Hitung cicilan rumah dengan kalkulator Mortgagecalculator, sebuah kalkulator online yang memiliki fitur membuat perhitungan pembayaran pinjaman dengan tabel amortisasi bulanan dan tahunan. Teman-teman bisa mencoba mortgage kalkulator yaitu aplikasi untuk menghitung pembayaran cicilan. Perhitungan bisa disesuaikan dengan mata uang yang kita gunakan. Di sini juga ada beberapa  fitur tambahan yang memungkinkan menghitung pembaran pinjaman untuk beragam keperluan.

Contoh perhitungan dengan mortgagecalculator


Menerapkan gaya hidup sesuai budget. Ini penting banget jangan dengan alasan healing keseringan traveling bahkan sampai menggunakan kartu kredit.

Menyisihkan penghasilan untuk menabung/investasi. Untuk bu ibu bisa nih menabung emas.

Boleh baca Tips menabung emas 

Jika memungkinkan memiliki pekerjaan sampingan. Ini jika hanya memungkinkan ya dan sebaiknya dilakukan dengan senang hati jadi tidak terasa jadi beban. Menjadi konten kreator mungkin? Heheheh. 

 

 

 

 

Tentang Keberuntungan

Tentang Keberuntungan

Masih ga nyangka anak gadis keterima di sman favorit Tangsel. Sejujurnya saya sempat tidak pede waktu anaknya nyeletuk pengen nyoba masuk sman itu karena namanya favorit pasti banyak peminat, saingan banyak. Daripada peluangnya kecil atau malah tidak memiliki peluang lolos, saya saranan pilih sman lain, yang penting negeri, si anak gadis pun nurut.

Lomba Indomaret dan kalah 😀


Detail menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi bisa di baca di   Menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi 

Bisa dibilang kami beruntung. 

Tapi saat kata beruntung itu diungkapkan orang lain kok rasanya gimana gitu heuheu. Jadi seorang teman (orang tua teman sekolah anak gadis) saat ketemu bilang - setelah mengucapkan selamat,”Beruntung ya Mam Azka, kadang orang pintar kalah sama orang beruntung.”

Benarkah sekedar beruntung? 

Kalau dipikir-pikir dan flash back ke belakang, anak gadis keterima di sman bukan semata keberuntungan. Nilai akademisnya memang ga wow, di atas rata-rata sedikit, nilainya kisaran 80 sampai 85, tergantung mata pelajarannya hahaha. 

Rajin ikut kejuaraan, ga selalu menang, pernah mau nangis karena lawannya lebih tinggi 😀


Tapi perjuangan untuk akhirnya juara di kejuaraan nasional bela diri tingkat SMP ini cukup panjang. Dia konsisten aktif latihan bela diri sejak kelas 4 SD dan terus berlanjut sampai kelas 3 SMP. Seminggu latihan 2 sampai 3 kali (hanya saat pandemi off latihan), jam latihan bisa bertambah jika akan ikut kejuaraan. Sepanjang aktif bela diri sudah 7 kali ikut bertandingan, dari tingkat sekolah, kota, daerah hingga akhirnya pertandingan ke 8 ikut kejurnas. Peran saya dan suami dikegiatan ini kecil, artinya tanpa paksaan, kalau ikut lomba pun yang dia yang mau bukan dorongan kami.

Keberuntungan adalah saat kesempatan datang pada waktu yang tepat sesuai skenario sang Pencipta. 

Boleh baca Prestasi bidang literasi 

Di luar latihan itu, dia harus tetap belajar agar nilai akademiknya bagus, kami mentargetkan nilai akademiknya masuk 10 besar di kelas. Jadi kalau hasil ujiannya kurang bagus, pasti kena semprot bapaknya. Belum termasuk juga menghadapi kegalakan mamanya kalau ngajarin matematika hahaha. Belum termasuk saya mendorongnya untuk tetap menggambar  dan ikut lomba gambar online. Di luar itu si anak yang senang berorganisasi tidak pernah mau ketinggalan ikut kegiatan ini itu di sekolah.



Salah satu  event lomba gambar online dengan skala nasional dan diikuti profesional adalah lomba menggambar kemasan Teh Botol Sostro tahun 2020 tapi kalah, kedua lomba gambar Indomaret 2023 tapi  kalah juga dan yang membuat saya salut dia tidak putus asa malah meng apply jadi freelancer gambar.

Sejujurnya saya pernah ada di moment kecewa karena anak tidak menonjol secara akademik di sekolah, katakanlah nilai rata-ratanya tidak sampai diperingkat 1,2,3 di kelas sampai saya teringat 8 kecerdasan versi Howard Gardner. Belum lagi kecerdasan spiritual dan emosional.Yap setiap anak punya kecerdasan yang unik yang tidak selalu berkorelasi dengan nilai akademik di sekolah. Si anak cerdas kinestetik, visual atau interpersonal mungkin tidak menonjol dalam bidang akademik di sekolah tapi menonjol di bidang lain. Jadi buat mama-mama yang anaknya secara akademik biasa aja di sekolah, bukan berarti anak kita bodoh atau tidak memiliki bakat, tapi bakatnya ada di bidang lain, tinggal digali jika belum kelihatan. 

Sebagian besar dari kita masih mengkorelasikan  pintar dengan nilai akademik, semua nilai mata pelajaran tinggi di sekolah berarti anak pintar. Berbahayanya jika mindset ini masuk ke dalam benak anak, jadi dia merasa bodoh jika ada nilai  mapel kecil, timbul rasa rendah diri dan merasa tidak mampu padahal dia hanya belum menemukan kelebihannya.   

Anak saya pernah ada di posisi ini, tapi saya selalu meyakinkannya, dia bisa hanya  timeline yang berbeda untuk keahlian yang memang bukan bakatnya. Misal untuk paham matematika mungkin dia butuh waktu belajar lebih banyak dari temannya yang pintar matematika, tapi dia butuh waktu sedikit untuk bisa menggambar dengan detail dan belajar berenang dengan baik.   Saya bilang, kamu hanya perlu paham matematika dasar karena terpakai dalam keseharian, selepas sma bisa pilih jurusan yang ga ketemu matematika  heuheu. 

Bayangkan betapa kakunya dunia ini jika semua anak (yang kelak jadi orang dewasa) jago matematika, kita tidak dapat menikmati film animasi yang ciamik, film dengan cerita yang mengaduk emosi, musik yang enak di dengar atau permainan olahraga yang seru di tonton, tidak ada orang yang menyampaikan hal spiritual yang membuat hati adem tentram. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Salah satu buku parenting yang saya baca saat anak-anak masih balita dan berkesan Battle Hymn of the Tiger Mother, yang membuat saya berpikir kadang perlu jadi  Tiger Mom untuk mendukung bakat dan minat anak. But every family has different rules, different value, yang cocok untuk keluarga kami belum tentu cocok untuk keluarga yang lain, begitu pula sebaliknya.

Btw, semangat membersamai anak-anak. Setiap anak membawa bakatnya masing-masing. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Solitaire, Game Lawas untuk Bersantai

Solitere, game lawas untuk bersantai

Ada yang suka main game? Hati-hati jangan sampai kebablasan dan lupa waktu ya. Ini sih sebenarnya reminder untuk diri sendiri heuheu.  Biar ga lupa waktu, pasang alarm karena kalau main game dan di rumah seorang diri (suami kerja dan anak-anak sekolah) suka lupa waktu

Solitaire game

Bicara main game jadi inget nih jaman kuliah tingkat akhir dan awal masa kerja dulu tahun 2000-an (ketahuan umurnya), saat handphone masih jadi barang mahal, begitupun laptop, main game hanya bisa dilakukan di pc atau computer dekstop. Pilihan game pun tidak sebanyak sekarang, game yang ada  cenderung mudah, tidak bayar (beli koin atau apalah istilah), tidak berhadiah  tapi kok ya tetap asik. Sekedar bermain untuk santai.

Teman-teman angkatan 2000 an pasti tahu game yang saya maksud, yap game solitarie. Salah satu gamenya yang terkenal adalah permainan kartu.  Seperti ini penampakannya, familiar kana

Game Solitaire.org ini, dulu biasanya  saya memainkan  game ini di komputer kampus/lab, saat istirahat, abis sholat makan siang.

Game

Sebelum lahirnya komputer permainan kartu ini familiar di dunia. Menurut literature yang saya baca permainan kartu sudah dikenal sejak abad ke-17.

Yang saya ingat suka lihat bapak-bapak kalau ngeronda biasanya salah satu cara menahan kantuknya dalah dengan bermain kartu, tentunya tanpa taruhan ya sekedar main. Seiring perkembangan teknologi, permaianan kartu ini dibuat dalam bentuk onlinenya dan ada di komputer dekstop. Mengikuti perkembangan jaman solitaire.org mengembangkan banyak game dengan basis kartu dan bisa dimainkan di handphone dengan mengunduh aplikasinya secara gratis, semua game pun bisa dimainkan secara gratis. Pilihan permainannya pun semakin banyak dan bervariasi.

Salah satu game yang saya coba adalah Ride the Bus 

Memilih game ini karena dari gambarnya sepertinya cocok dan aman  dimainkan anak-anak.

Cara bermain game

Game dengan putaran  unik dan mengumpulkan poin 31 berdasarkan naik bus sekolah.

Setiap pemain diberi 3 kartu dan berkesempatan menarik kartu dari dek, mengambil tumpukan teratas. Posisi kartu yang diambil dalam terbalik, jika kita tidak tahu kartu apa yang akan kita dapat.

Ride the Bus Game



Ride the Bus game

Kita harus mengumpulkan 31 point atau angka yang mendekati itu. Kartu As 11 poin, kartu bergambar bus 10 poin. Kartu yang dikumpulkan harus sama jenisnya, misal heart semua atau diamond semua.

Ambil sebuah kartu dari dek lalu buang kartu (buang kartu yang nilainya rendah). Jika skor yang kita miliki tinggi, stop bus sebelum membuang kartu. Jika skor rendah kita kehilangan token bus. Jika koin hilang, kita harus meninggalkan bus. Jika salah satu pemain memberi isyarat agar bus berhenti, semua pemain akan mendapat satu putaran lagi dan selesai.

Strategi agar mendapatkan banyak poin pada permainan ini

Kenapa orang tua harus melek game

Suka game atau tidak itu pilihan, tapi untuk mama yang anak-anaknya akbrab dengan handphone/gadget, melek dengan beragam game online jadi keharusan. Tidak harus bisa memainkan tapi tahu game apa yang dimainkan anak-anak. Tahu mana game yang sesuai usia anak mana yang tidak sesuai dimainkan anak-anak. Kita bisa mencari tahu melalui google atau media sosial. Saya pernah ga sengaja menemukan game dengan vibes anak-anak tapi isinya kekerasan, pukul-pukulan dsb.

Game di solitaire.org  relatif aman untuk anak-anak, belajar  berstrategi, tidak ada kekerasan atau hal-hal negatif.

Tips bermain game

1.       Saat waktu luang bukan meluangkan waktu

2.       Batasi waktunya

3.       Setelah pekerjaan rumah/kantor selesai

4.       Pilih permainan yang bikin relaks/enjoy

5.       Untuk anak-anak pastikan game tersebut aman-sesuai beruntukan usianya 

ASUS ROG Phone 7, Ponsel Gaming Terbaik

ASUS ROG Phone 7, Ponsel Gaming Terbaik